Sudah tiga hari, Rania tidak bertemu dengan Bayu. karena Bayu mendapatkan tugas keluar kota dari kantor.
Selama tiga hari, Bayu tidak sekalipun menghubungi Rania. Dan Rania tidak merasa heran, karena setiap keluar kota. Bayu selalu tidak menghubunginya, makanya Rania tidak merasa heran. Jika Bayu tidak memberikan kabar kepadanya.
Hari ini Rania pulang kuliah sendiri, Karena Jesi tidak masuk kuliah.
Saat Rania keluar dari kampus dan berjalan menuju halte bus, ada mobil yang mengikuti dirinya dari belakang. Awalnya Rania tidak merasa diikuti, tetapi lama-kelamaan dia merasa bahwa mobil yang dibelakangnya tidak mendahuluinya dan berjalan pelan dibelakangnya.
Rania memperlambat jalannya, sehingga mobil tersebut tepat berada disampingnya. Karena merasa kesal Rania mengetuk kaca mobil tersebut, secara perlahan-lahan kaca mobil turun dan terlihat wajah yang tersenyum lebar memandang Rania.
"Mas Bayu !" Rania cukup terkejut ketika melihat Bayu yang berada didalam mobil tersebut.
"Hai sayang," ucap Bayu kepada Rania.
"Mas Bayu, mau menakut-nakuti Rania ya ?" tanya Rania dengan perasaan yang kesal, dan matanya membulat memandang Bayu yang berada dalam mobil.
"Jangan marah, ayo masuk. Lihat banyak mobil dibelakang yang terganggu," ucap Bayu, saat mendengar ada suara klakson mobil yang saling bersautan, akibat mobil Bayu sedikit menghalangi jalanan.
Rania berlari menuju pintu penumpang dan langsung masuk kedalam.
"Mas naik mobil siapa, Rania tidak pernah lihat mobil ini ?" tanya Rania, makanya dia tidak menyadari Bayu yang mengikuti dirinya sejak keluar dari kampus.
"Ini mobil kantor, mobil butut mas minta di servis ," ucap Bayu dan melajukan kendaraannya menembus jalanan yang mulai sibuk. Karena perkantoran dan sekolah mulai jam pulang, sehingga jalanan padat dengan orang-orang yang berlalu-lalang.
"Kapan mas pulang ?" tanya Rania sambil menatap wajah kekasihnya.
"Semalam mas pulang, dan tadi masuk kantor hanya setengah hari. Hanya menyampaikan hasil kunjungan saja."
'Kita mau kemana mas ?" Tanya Rania.
"Nonton yok, mas mau menyegarkan pikiran dulu. Semalam otak ini sudah diperas untuk bekerja," ucap Bayu.
Dalam perjalanan Rania terus bertanya tentang kunjungan kerjanya keluar kota, sedangkan Bayu bertanya tentang kuliah Rania.
"kita nonton dimana mas ? Gedung bioskop sudah lewat itu ?" tanya Rania, saat mobil Bayu Sudah melewati dua gedung bioskop.
"Kita nonton dirumah saja, mas lagi males keluar. Nonton dirumah juga sangat mengasikkan," ucap Bayu sambil melirik Rania.
"Mana asik mas, nonton itu asiknya jika digedung bioskop," kata Rania.
"Kita bisa buat asik sendiri nanti ." Sambil berkata, Bayu mencubit pipi Rania dengan mesra.
Setelah sampai dirumah Bayu, Rania keluar dan melihat pekarangan rumah yang bersih dan terawat.
'Mas, apa ada yang menyapu?" tanya Rania.
"Ada, dua hari sekali tukang bersih-bersih datang untuk membersihkan luar dan dalam rumah ," ucap Bayu.
"Ayo masuk." Bayu membuka pintu rumahnya dan kemudian kembali kemobil dan mengambil belanjaan dari dalam bagasi mobil.
"Sini mas ." Rania ingin membantu membawa barang belanjaan.
"Ini, bawa yang ringan saja." Bayu memberikan satu kantong plastik berisi buah-buahan.
Rania dan Bayu meletakkan bungkusan yang mereka bawa keatas meja yang ada didapur.
"Ini apa mas ?" tanya Rania saat melihat bungkusan yang sedikit berminyak.
"Itu sayur, mas ada beli nasi tadi, Mas belum makan. Rania juga belum makan kan ?"
"Belum mas, tadi Jesi tidak kekampus ," ucap Rania, dan membuka bungkusan makanan ke atas piring.
"Apa temanmu hanya Jesi ?" tanya Bayu, karena dia hanya mendengar. Rania hanya menyebutkan satu nama yang sering keluar dari dalam mulut Rania.
"Banyak sih..tapi hanya Jesi yang akrab."
Rania mentata makanan yang dibeli Bayu keatas meja. Dan mereka mulai memakannya.
Selesai makan, Rania membersihkan sisa-sisa makanan dan mencuci piring kotor.
Rania mencari keberadaan Bayu dan dilihatnya Bayu berada diruang keluarga.
"Ayo duduk ," kata Bayu.
Rania duduk di sofa, dan mengambil film yang mereka tonton.
'Mas jangan nonton film setan ya ," ucap Rania setelah melihat ada film yang ngeri terlihat dari sampulnya.
"Nggak, kita nonton film romantis ," ucap Bayu.
"Betul ya ," Rania tidak percaya dengan perkataan Bayu.
"Iya." Bayu mematikan lampu, sehingga hanya cahaya dari televisi yang menerangi ruangan tersebut.
Bayu duduk disamping Rania dan menarik Rania masuk kedalam pelukannya.
Film mulai dengan pasangan kekasih yang sedang berada didalam mobil, dan pasangan tersebut menangis karena ini pertemuan pertama mereka setelah sempat berpisah karena kesalah pahaman.
Mata Rania memerah, saat pasangan tersebut menangis sambil berpelukan.
"Kenapa mas memutar film sedih sih..," ucap Rania sambil mengusap matanya yang sudah mengalirkan air bening.
"Ini bukan film sedih, lihat mereka sempat terpisah dan akhirnya mereka bersatu kembali," ucap Bayu sembari mengusap-usap lengan Rania.
"Bagaimana jika apa yang terjadi didalam film itu, terjadi pada kita ?" tanya Rania kepada Bayu.
"Tidak mungkin kejadian difilm menimpa kita." Bayu mencium pipi Rania.
"Bagaimana jika terjadi mas?" Rania terus mendesak pertanyaannya agar dijawab Bayu.
"Kalau itu terjadi kepada kita, mungkin sudah menjadi takdir kita. Kita bisa bersatu atau kita tidak berjodoh ," jawab Bayu dengan santainya.
"Apa mas akan mencari kekasih lagi ?"
"Iyalah, untuk apa menunggu yang tidak pasti. Hanya Karena salah paham berpisah, itu tandanya mereka itu tidak saling percaya. Untuk apa hubungan seperti itu dipertahankan ." Kata Bayu.
Rania hanya diam, dia tidak menanggapi perkataan Bayu. Entah apa yang ada didalam benaknya saat ini.
"Hei.. kenapa diam, kita tidak akan seperti dalam film itu. Mas sangat mencintai dirimu."
"Ayo nonton lagi, lihat sekarang mereka sudah senang-senang ." Terlihat pasangan tadi sudah meluapkan perasaan cinta mereka dengan memadu kasih didalam mobil.
Bayu melirik Rania, saat adegan tersebut. Bayu menjadi tersenyum.
"Kenapa sayang, ingin seperti mereka ?" Goda Bayu.
"Hih..mas ini, pikirannya mesum terus." pipi Rania sudah merah merona, akibat godaan Bayu dan ditambah adegan yang ada di film tersebut.
"Kalau mau, bisa mas wujudkan." bisik Bayu ketelinga Rania.
"Mas.." tangan Rania memukul dada Bayu dengan pukulan manja.
"Aduh..!" Bayu pura-pura merasakan sakit, akibat pukulan tangan Rania kedadanya.
"Kenapa mas?" Rania kaget melihat Bayu meringis memegang dadanya.
"Sakit disini ." Bayu menarik tangan Rania dan meletakkannya diarea selangkangannya.
"Mas Bayu..!" Rania kaget dan menarik tangannya.
Bayu menarik tengkuk Rania dan langsung melumat bibir yang sedari tadi sudah sangat menggoda.
"Mas...mas..ah..ah..!" Rania hanya dapat mengelinjak karena Serangan mendadak dari Bayu.
Bayu menidurkan Rania disofa, dan kemudian menindihnya.
Bayu terus melumat bibir Rania dengan penuh nafsu, gignya mengigit bibir Rania. Sehingga bibir Rania terbuka, sehingga Bayu dapat dengan mudah mengabsen satu demi satu yang ada didalam rongga mulut Rania.
"Mas.." suara Rania makin membuat nafsu Bayu makin melonjak, bibir Bayu beraksi. Begitu juga dengan tangannya.
Tangan Bayu merajalela meremas apa yang bisa dijangkau nya.
"Mas tidak tahan lagi sayang ." Bayu mengangkat Rania dan membawanya kedalam kamarnya.
Begitu tiba didalam kamar, Bayu terus menindih Rania. Sehingga Rania tidak bisa menghindar lagi
Dibawah Kungkungan tubuh Bayu, Rania terus mengeliat karena tangan Bayu terus bergerilya di badannya.
Next
Bayu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Rania yang bersemu merah. Bayu menatap Rania dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan, apa yang ada dalam pikirannya. Saat menatap wajah Rania. Setelah puas menatap gadis yang sudah berada di dalam genggamannya, tangan Bayu kembali bergerilya. Tangan nya menyentuh apa yang bisa disentuhnya. "Ingat sayang, tubuh ini hanya punya mas ya. Tidak boleh ada yang menyentuhnya," ucap Bayu dan kembali mengecup bibir Rania. Setelah puas berperang lidah dan berbagi Saliva, tautan kedua bibir terlerai. Keduanya menetralkan napas mereka yang hampir habis, pasokan oksigen keparu-paru mereka juga menipis. Akibat ciuman panas yang dilakukan Bayu. "Ingat! Apa yang mas katakan tadi. Tubuh ini semua milik mas ya, jangan ada yang berani menyentuhnya." Tegaskan Bayu. "Bagaimana dengan tubuh ini?" tanya Rania dengan menunjukkan tubuh Bayu yang berada diatas badannya. "Ini hanya punya mu sayang, t
Hari diluar sudah hampir gelap, tetapi dua anak manusia yang baru saja melepaskan hasratnya masih saling berpelukan dalam satu selimut tebal. Tubuh polos mereka masih melekat tanpa jarak, rasa letih akibat pergumulan mereka tadi membuat keduanya larut dalam tidurnya. Betapa ganasnya Alex menggauli Rania, membuat Rania juga berat untuk bergerak untuk membuka matanya. "Hemhh..," Rania membuka matanya sedikit, sesaat dia kaget. Begitu merasakan bahwa dia terbangun didalam pelukan lengan dan dada telanjang seorang pria yang kokoh. Rania kaget, dan melepaskan pelukan laki-laki yang memeluknya dengan erat tadi. 'Dimana ini ?" Mata Rania mengitari pandangannya, untuk mengenali dimana dia saat ini berada. Ketika tersadar dimana Dia saat ini berada, Rania menepuk jidatnya. 'kenapa aku lupa, ini rumah mas Bayu," ucap Rania begitu tersadar bahwa dia berada diatas ranjang Bayu/Alex, dan baru saja melakukan apa yang harusnya belum untuk dilakukan olehnya b
Setelah puas menyalurkan hasratnya, Bayu membungkus Rania dengan handuk dan membopongnya keluar dari dalam kamar mandi. Bayu mendudukkan Rania diranjang dan kemudian Bayu mengambil baju bersih dari lemari. "Pakai sayang." Bayu menyerahkan baju dan pakaian dalam yang bersih kepada Rania. "Punya siapa mas?" tanya Rania saat melihat pakaian yang diberikan Bayu kepadanya. "Punya Rania lah, tidak mungkin mas memakai baju wanita, dan tidak mungkin punya wanita lain. Saat ini mas hanya punya Rania seorang," kata Bayu dan mendaratkan kecupan kekening Rania. "Apa mas tahu ukuran badan Rania ?" tanya Rania, dan raut mukanya sudah bersemu merah. Walaupun Bayu sudah melihat tubuhnya semua, masih ada rasa malu menyelimuti perasaannya. "Mas sudah tahu ukurannya, tangan ini sudah meraba dan mengetahui besar dan kecil yang ada di seluruh badan Rania ," kata Bayu. Rania menunduk malu mendengar perkataan Bayu yang vulgar menurutnya. Rani
Dalam perjalanan menuju kantor, Alex/Bayu berubah pikiran. Alex/Bayu membatalkan untuk bertemu dengan orang yang dihubunginya tadi, dia memutar arah perjalanannya. Dia kembali menuju rumah. Alex/Bayu tiba didepan rumah yang sangat besar dan mewah, begitu mobilnya tiba didepan pagar rumah tersebut. Pintu gerbang terbuka dengan sendirinya, menyambut kedatangannya. Dan seorang laki-laki menunggu Alex/Bayu turun dari dalam mobilnya. "Selamat malam Tuan muda," sapaan yang khas selalu menyambutnya, jika dia tiba di rumahnya tersebut. "Malam pak Wahyu ," jawab Bayu. Orang yang disapa dengan panggilan pak Wahyu, mengikuti Bayu dari belakang. Saat mereka tiba disatu kamar Bayu masuk kedalam, tetapi pak Wahyu hanya mengikutinya Tuan muda hanya sampai didepan pintu kamar tersebut. Pak Wahyu tidak mengikuti Bayu masuk kedalam, dia menunggu didepan pintu kamarnya. "Selamat malam maa," kata Bayu kepada wanita setengah baya yang ada didalam kamar ter
Setelah menghubungi Tante Wenny, Alex keluar dari ruangan kerjanya. Dia mencari keberadaan mamanya. "Mana mama pak Wahyu?" tanya Alex kepada pak Wahyu. "Saya lihat tadi berjalan menuju kebun bunga Den, biasanya Nyonya suka melihat bunga-bunganya," ujar pak Wahyu. Alex bergegas menuju ketempat biasa mamanya berada, jika mamanya sedang gundah. Alex melihat mamanya sedang berbicara dengan bunga-bunganya. "Maa" panggil Alex, seraya berjalan mendekati Mamanya. Mamanya menoleh kearah asal suara dan menghentikan berbincang-bincang dengan bunga-bunganya. "Ada apa Lex ?"tanya mamanya. "Alex berencana, untuk menambah suster lagi untuk menjaga Arumi," kata Alex kepada Mamanya. "Untuk apa Lex, mama dan suster Rani sudah cukup. Kami bisa menjaga Arumi, secara bergantian ," kata mamanya, menolak usulan Alex. Untuk merekrut satu suster lagi untuk menjaga Arumi. "Mama terlihat tidak sehat, ada suster satu lagi untuk menja
Bayangan Arumi terkapar ditengah jalan, dengan darah yang membasahi raut wajahnya. Terus membayangi setiap Andre terbangun dari tidurnya, sehingga Andre mengasingkan diri ke pulau Bali. Tapi begitu sampai disini, Andre bukan melupakan Arumi. Tetapi bayangan wajah Arumi yang memandang dirinya dengan perasaan yang kecewa terus berada didalam benaknya. Bayangan itu selalu mengikuti Andre sepanjang waktu, tidak hanya dalam mimpi. Diwaktu tersadar juga, bayang Arumi kecelakaan terus memenuhi isi otaknya. Sampai-sampai Andre mengkonsumsi obat itu, agar dia dapat merelaksasi pikirannya. Agar badan dan otaknya bisa beristirahat. "Arumi, semoga kau tidak apa-apa. Maafkan aku Arumi." Kalimat itu yang terus terucap dari bibirnya, jika bayangan Arumi bersimbah darah datang kembali. Andre terus duduk ditepi pantai memandangi laut lepas, sampai hari hampir senja. Baru Andre kembali ke Villa nya, begitu terus menerus dilakukan Andre selama tinggal di Bali. Orangtuanya juga
"Rania, serem tu Dosen killer. Sesuai dengan julukannya." gurau Jesi, sembari menyikut lengan Rania. Rania yang fokus mendengar perkuliahan menegur Jesi. "Diam, apa kau ingin dapat nilai E mata kuliah ini. Aku tidak mau mengulang mata kuliah ini ?" ucap Rania seraya melirik kearah Jesi sekilas. "Sorry ." gumam Jesi dengan menundukkan kepalanya, karena dosen killer sepertinya selalu memandang kebagian belakang. Dimana Rania dan Jesi duduk. "Dosen itu, sepertinya punya mata empat. Kepalanya menunduk, tapi dia tahu. Ada mahasiswa yang berbicara" dalam benak Jesi, saat melihat dosen yang mendapatkan julukan killer terus memandang kearah mereka berdua. Mata keduanya mulai fokus kedepan, tapi siapa yang tahu. Apa yang ada didalam benak keduanya. Rania dengan pikiran yang mengenai Bayu, sang kekasih. Sedangkan Jesi, pasti memikirkan tidak jauh dari makanan favoritnya. Tak lama kemudian, terdengar suara bel. Yang
Alex duduk dikursi yang ada di samping ranjang Arumi, sedangkan mamanya duduk disisi ranjang sembari mengelus-elus jemari Arumi yang berada dalam genggaman tangannya. "Arum, mas Alex datang. Adek nggak rindu dengan mas dan mama," ucap Alex sambil mengelus rambut pendek Arumi, dulu rambut Arumi panjang. Tetapi setelah kecelakaan rambut Arumi terpaksa di buat botak, karena Arumi mengalami dua kali operasi di bagian kepalanya. "Papa juga rindu dengan Arumi," ujar mamanya. "Maaf Dek, mas lupa tadi nyebut papa. Adek jangan marah ya, kalau adek marah. Ayo pukul mas Alex ya, mas rela adek pukul. Asalkan adek bangun, jangan tidur saja ," kata Alex. Alex mengelus pipi tirus Arumi dan wajah yang pucat, karena sudah lama tidak kena cahaya sinar matahari. "Dek, ayo bangun. Katanya adek mau jalan-jalan keliling Dunia, kalau adek terus tidur. Bagaimana bisa kekiling dunia" ucap mamanya. "Adek nakal ya maa, Dia malas kuliah. Malas bantu mama, makanya
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
"Mas, toko roti tutup," ucap Sarah pada Alex dan Leo, karena mengira keduanya ingin ngopi."Tutup ya Mbak, kami ingin istirahat sekaligus ngopi. Karena kami dengar, roti di toko ini sangat terkenal dengan kelezatannya," ucap Leo.Alex menatap wajah bayi yang berada dalam gendongan Sarah."Aku sepertinya sangat familiar dengan wajah bayi ini, mirip siapa ya?" pertanyaan dalam benaknya Alex."Mamamam...!" Baby Devan mengeluarkan ocehannya."Mau mamam ya?" tanya Alex seraya menggenggam jemari kecil baby Devan."Cakep anaknya ya mbak?" tanya Leo."Bukan anak saya mas, ini anak majikan saya," ucap Sarah.Deg..."Majikan?" tanya Alex."Lex" Leo memberi tanda, agar Alex tidak menanyakan secara gamblang pada Sarah."Biar aku" ucap Leo dengan suara yang pelan."Sangat ganteng ya," Leo mengusap-usap rambut baby Devan, setelah mengusap-usapnya. Leo melihat, ada beberapa helai rambut baby Devan ditangannya. Leo
Bude Maria dan Yoseph, masih berbincang di luar ruang rawat inap Rania.Tiba-tiba..."Bude..! Mas Yoseph..!" Suara Naila memanggil keduanya, dari depan pintu."Ada apa!" Sahut Bude dengan seraut wajah khawatir, dia takut ada apa-apa dengan Rania."Mbak Rania sadar..!" Seru Naila.Bude Maria dan Yoseph bergegas masuk kedalam kamar tempat Rania dirawat.Bude Maria bergegas menuju ranjang, tempat Rania terbaring. Dengan infus terpasang ditangannya."Bagaimana Ran..?" tanya Bude Maria."Pusing Bude, ini di mana?" tanya Rania saat menyadari, dia tidak didalam kamarnya."Ini rumah sakit Ran." beritahu Bude Maria."Rumah sakit? aduh..!" Rania memegang keningnya, matanya terpejam."Kenapa Ran..?" tanya Bude.Mana yang sakit Ran?" tanya Yoseph.Rania membuka matanya, dan melihat kearah asal suara."Mas Yoseph, Na
Berita kedatangan Alex menemui Rania, sampai ke telinga Jesi. Dengan wajah yang marah, Jesi turun dari mobilnya. Dan langsung menuju keruang kerja Alex."Dia pasti membututi aku, bodohnya aku. Hingga tak menyadari, aku diikuti.." Jesi teramat kesal pada dirinya, hingga Alex bisa mengetahui keberadaan Rania.Sampai didepan ruang kerja Alex, Jesi langsung menghampiri meja kerja sekretarisnya."Apa Boss ada ?" tanya Jesi kepada sekretaris Alex, yang bernama Vania."Maaf, Boss hari ini tidak masuk kantor" jawab Vania, sekretaris Alex."Siall..!" kesal Jesi."Kurang ajar orang itu" umpat Jesi."Pak Leo, apa dia ada ?" tanya Jesi."Pak Leo belum datang juga, ada apa kau mencari keduanya ?Ingat, kau jangan berani suka dengan kedua itu. Jika ingin lama bekerja di sini, keduanya milikku" ucap sekretaris Alex, dengan ekspresi wajah yang sombong. Terlihat bibirnya