Anna begitu terkejut mendapati dirinya berada satu ruangan dengan seorang pria. Hal yang paling membuatnya terkejut adalah dirinya sendiri.“A-apa yang kau lakukan padaku?” tanya Anna sambil memeriksa pakaian miliknya, betapa terkejutnya diri sudah berganti dengan pakaian yang lain. “Kenapa pakaianku—“Elang tersenyum. “Ah, aku tidak melakukan apapun padamu, tapi kau yang melakukan sesuatu padaku,” ucap Elang sambil membuka pakaian yang dipakainya. “Lihat, kau yang melakukannya padaku,” tambah Elang membuat Anna seketika cegukan, matanya membulat sempurna melihat begitu banyak kiss mark.Anna terdiam sejenak, sambil menatap ke arah pria yang saat ini berada di hadapannya. Dia baru menyadari jika pria itu adalah Elang, pria yang seharusnya dihindarinya tetapi malah bertemu dengan pria itu dan lebih parahnya lagi, Elang mengatakan jika dia yang telah membuat kiss mark ditubuh pria itu.“T-tidak mungkin aku melakukannya,” elak Anna. “Aku tidak mungkin melakukannya,” bantah Anna. Dia jela
Febia baru saja kembali dari luar, sambil membawa beberapa paperbag. Dokter tengah menuliskan resep obat pada Anna. Raut wajah Anna terlihat begitu dingin. Dia menatap layar kaca di mana sebuah berita tengah disiarkan. “Sepertinya mereka memberitakan mengenai kejadian itu. Aku baru mencaritahunya, dan itu adalah bar yang kau datangi ‘kan? Elang Aderra membuat tempat itu kacau balau.” Amm mematikan televisi kemudian menatap ke arah Febia, kemudian beralih melihat ke arah dokter.Dokter itu memberikan resep obat pada Febia. “Kamu tahu, jika harus merahasiakan tentang Nona saya, ‘kan?” Suara Febia begitu tegas dan dingin.“Iya. Saya akan merahasiakan mengenai Nona Anna.”“Baguslah, jika kamu mengerti. Jika keberadaan Nona Anna diketahui oleh orang lain, kau adalah orang pertama yang akan kucari,” tegas Febia sekali lagi. “Aku akan datang dan meratakan klinik milikmu.”“Saya paham dengan kata ‘rahasia’ Nona. Lagi pula, selama ini Nona Anna yang telah membantuku hingga berada di titik ini
Di dalam mobil, Anna membaca beberapa berkas mengenai perusahaan. Bahkan beberapa koran diberikan oleh Febia untuk dibaca Anna mengenai dunia perbisnisan di Indonesia. “Bagaimana dengan informasi terbaru mengenai keluarga Arsando? Kau sudah mengumpulkan semua informasi mengenai mereka ‘kan? Termasuk wanita itu. Clara?”“Ya. Jangan khawatir, mata-mata kita sudah berada di dekat keluarga itu. Mereka akan selalu memberikan informasi yang kita inginkan.”“Bagus. Apa kau yakin sudah melakukannya dengan benar untuk menutupi jejakku dari Elang Aderra?”“Ya. Tidak perlu khawatir, aku sudah melakukannya dengan benar. Selepas dari Bar, Anna segera menuju ke perusahaan Denn, ia tidak ingin terlihat mencolok karena itu tidak mengabari Denn ataupun mengganggu pekerjaan pria itu, ia memilih untuk menunggu Denn selesai rapat.Denn begitu terkejut mengetahui jika Anna berada di perusahaan tanpa memberitahu keberadaannya terlebih dahulu.“Kenapa tidak memberitahuku, jika akan datang? Aku bisa memper
“Sebelumnya aku tidak percaya diri, jika aku akan mendapatkan project ini, tetapi—“"Kau hanya tidak percaya pada kemampuannya. Dan, aku tidak denganku, aku percaya kemampuanmu dan menurut yang kutahu kalau penyelenggara proyek itu sampai menelpon orang yang mengikuti tender proyek, itu berarti penyelenggara proyek sudah sangat mempercayai orang yang mengikuti proyek itu dan dia pasti akan mengejar orang itu, walaupun orang itu sempat berhalangan hadir. Itulah yang kau tahu."“Kau tidak ikut campur dalam hal ini kan?” tanya Denn.Anna terdiam sejenak. “Untuk apa aku ikut campur, Denn?” Anna balik bertanya pada Denn membuat pria itu tidak bisa berkata-kata. "Lagi pula, kamu memiliki banyak pengetahuan juga. Karena kau sudah memenangkan tender bagaimana jika aku akan traktir mu hari ini.""Ini yang kutunggu-tunggu. Setelah lama sekali kita tidak pernah makan bersamamu, aku ingin membicarakan banyak hal,” seru Denn pada Anna membuat wanita itu terkekeh.“Kalian tidak akan mengajakku?” t
"Tidak perlu. Kami bisa masuk sendiri dengan rekomendasi orang lain, kami tidak butuh yang rekomendasi dia," kata Anna kepada Boy sambil menatap ke arah Wanita itu. Boy nampak mengangguk-anggukan kepalanya, sikap cari mukanya kepada wanita itu, diperlihatkan sekali oleh Boy ini, kemudian Boy berkata, "wanita itu ini adalah teman baik dari pemilik restoran ini bahkan berencana untuk membeli sebagian saham restoran ini, jadi kalau Wanita itu sudah melakukan blacklist untuk pengunjung tertentu, maka restoran ini akan melakukan blacklist." Anna langsung tersenyum kecut mendengar kata-kata Boy ini, Febia ingin sekali masuk ke restoran ini tapi karena keadaan sudah begini, dia berusaha menarik tangan Anna untuk meminta Anna menjauh dari restoran ini dan langsung mencari restoran lain. "Tunggu dulu, Febia. kita masih bisa masuk. Jangan dulu pergi, apalagi kamu kan suka sekali makan di sini dan ingin merayakan proyek yang Denn dapatkan di tempat ini," kata Anna sambil menahan tangan Febia
Di dalam penthouse, Elang begitu kesal karena Anna tidak kunjung datang. Padahal ia sangat menginginkan kehadiran wanita itu. Melihat raut wajah Elang, membuat Ervin mengerutkan keningnya. “Kenapa?” tanya Ervin. “Kenapa dia tidak datang menemuiku? Padahal aku menyimpan ponselnya.” Elang menggerutu dengan kesal. “Aku ingin pergi,” ucap Elang membuat Ervin mengerutkan kening. Di bar, Anna tengah duduk sambil berbincang bersama dengan Mike. “Kayaknya dia nggak punya masalah deh,” katanya berkata tanpa berpikir. “Kalo nggak ada masalah, mungkin saja bisa masalah di orientasinya.” Pihak lain menatapnya dan memberikan tebakan yang sangat berani, “Mungkin saja dia menyukai laki-laki?” “Dia jelas nggak mungkin suka sesama jenis!” kata Anna yakin. Sekarang, giliran semua orang yang melihatnya dengan heran. Anna merasa malu dan merasa bahwa dia berperilaku tidak normal. Jadi, dia mencoba menjelaskan dan menemukan bahwa tatapannya tiba-tiba berpindah ke belakangnya. Dia menoleh
Keesokan paginya, Anna bangun dengan sakit kepala yang hebat. Lagi-lagi, ia terbangun di kamar Elang. Dia menemukan bahwa hal seperti ini selalu terjadi padanya akhir-akhir ini. Ini adalah ketiga kalinya dia membuka matanya di lingkungan yang asing. Dibilang tempat yang asing juga tidak, ia tahu dengan jelas tempat yang saat ini di tidurinya. Anna tanpa sadar melihat ke arah kamar mandi, merasa sebentar lagi akan ada yang keluar dari sana. Dengan cepat, ia langsung melihat secara saksama, akhirnya memastikan bahwa di dalam kamar mandi tidak ada orang. Sebelum dia bisa menghela nafas lega, tiba-tiba ada yang memanggil. Meski tidak telanjang, tetapi bajunya sudah hilang, dan pakaian yang dikenakan sekarang adalah kemeja laki-laki berukuran besar. "Sudah bangun?" Suara pelan terdengar dari arah jendela. Gorden yang tebal pun bergerak. Dari belakangnya muncul seseorang dengan badan besar dan memegang sepuntung rokok. “Bagaimana—” “Kau ada di sini?” Elang memotong perkataan Anna m
“Apa kau menemukan siapa yang dimaksud oleh Denn Kavin?” tanya Elang saat baru saja datang ke kantornya. Ervin yang lebih awal datang, menatap tajam ke arah Elang. “Jangan menatapku seperti itu! Katakan apa yang kau dapatkan tentang Denn Kavin. Dia bekerja untuk siapa,” cecar Elang sambil melepas jas dan duduk di kursi. Ervin masih tidak bergeming sama sekali, ia bahkan tidak merespon perkataan Elang, bagaikan patung Ervin berdiri membuat Elang menatapnya dengan tajam. “Ervin, apa kau tidak dengar apa yang aku katakan padamu?” tanya Elang. “Ervin,” panggil Elang dengan suara keras. “Aku dengar,” jawab Ervin dengan singkat membuat Elang sedikit kesal dengan sikap Ervin seperti itu. Beberapa berkas di atas meja, di buka oleh Elang. Pria itu memakai kacamata dan membaca satu persatu berkas di atas meja dan membubuhi tanda tangannya. “Denn Kavin berhasil memenangkan tender itu,” seru Ervin mulai membuka suara. Elang melihat ke arah Ervin. “Memenangkan tender ‘itu’?” tanya Elang sa