“Wanita itu lagi, wanita itu lagi. Aku istrimu, bukan wanita murahan itu.” Suara seorang wanita mendominasi di sebuah ruang kamar. Ia tengah marah pada pria yang saat ini tengah duduk di sudut ranjang. Pagi hari, harus di awali pertengkaran mereka. “Apa kau tidak bisa diam dan tidak mengomel,” pintah pria itu. Wajahnya terlihat keriput, padahal usianya masih tergolong cukup mudah. “Deff …” teriak wanita itu. “Kau—” “Kenapa kau selalu menyalahkanku, Clara? Dan kenapa kau terus menerus menyebutnya wanita murahan?” Pria itu menarikan nada bicaranya, pada Clara. Setiap hari selalu pertengkaran di antara mereka, tiada hari tanpa bertengkar. Lima tahun pernikahan, tidak pernah ada kata kebahagian di pernikahan mereka. Deff yang masih memikirkan Anna, ia bahkan masih mencintai wanita itu tetapi ia tidak bisa perbuatan yang dilakukan oleh Anna. Rasa benci dan cinta bercampur aduk membuatnya kesal. Sedangkan Clara, terus menyalahkannya tentang ia tidak pernah mencintainya, bahkan sete
Semua mata tertuju pada mobil yang telah berhenti di depan perusahaan. Clara dan Deff bahkan datang untuk siap menyambut tamu istimewa mereka itu. Rasa penasaran serta antusias Clara mengukir senyum di wajahya. Bagaimana tidak, ini akan menjadi sesuatu yang akan membuat imejnya bertambah jika dia memamerkannya pada para istri konglemerat yang lain. Namun, senyuman itu seketika hilang saat melihat wanita yang baru saja turun dari mobil di hadapannya. Matanya membulat dengan sempurna saat itu juga, mulut ternganga. Tidak hanya Clara yang terjekut, tetapi beberapa karyawan yang telah lama bekerja untuk mereka terkejut melihat sosok wanita yang baru saja turun itu. “Am-m—” Clara bergumam dengan terbata-bata sambil mengepal tangannya dengan erat. “D-dia kembali?” tanya Clara membantin. “A-apa dia benar-benar kembali?” tanyanya. “K-kau kembali?” ucap Deff pelan. “Apa itu benar-benar kau? Setelah 5 tahun, kau kembali lagi?” Deff memegang dadanya, ada rasa sakit di sana tetapi ia tidak b
“Tapi dengan satu syarat,” ucap Febia dengan serius membuat Deff dan Clara saling berpandangan satu sama lain. Deff paham, pasti seorang investor besar akan meminta persyaratan saat mereka akan menanamkan modal di perusahaan, itu hal wajar. Pria itu sedikit gugup saat menunggu apa yang syarat yang diinginkan oleh wanita di hadapannya, ia berharap pensyaratan yang akan diberikan padanya, tidak terlalu sulit. Semua orang terdiam, tidak ada yang membuka suara. Febia sedikit gugup, saat mengatakan syarat yang diminta oleh Anna. Setelah ia yakin untuk mengatakannya, Febia segra mengatakannya. “Berikan aku saham 35% serta ikut andil dalam beberapa keputusan besar,” ucap Febia lantang membuat Deff dan Clara terkejut dengan permintaan wanita yang berada di hadapannya. “Apa? 35%?” tanya Deff dan Clara secara bersamaan. Keduanya begitu shock mendengar apa yang dikatakan oleh wanita di hadapan mereka itu. “Itu tidak mungkin. Kami tidak mungkin memberikan saham sebanyak itu.” Pasangan itu m
“Aku tidak percaya, kau melakukan sesuatu yang menghancurkan hidup orang lain. Wanita yang telah aku anggap saudari kandung, menusukku dari belakang.” Anna mengatakannya dengan lantang. Wanita di hadapannya itu membuat Anna geram mengingat apa yang dilakukan Clara. Hidupnya hancur saat wanita itu mengkhianatinya, ia bahkan tidak pernah menyadari jika sebenarnya seekor rubah tengah menyamar.Hal paling memilukan adalah ketika harga dirinya diinjak-injak. “Menghancurkan pernikahan yang sejak lama aku impikan. Kau menghancurkannya.” Setelah bertahun-tahun, akhirnya Anna bisa mengatakan sesuatu pada wanita di hadapannya itu. “Kau menghancurkan cinta kami, Clara.” “Ya. Aku melakukannya. Aku membuat hidupmu hancur. Itu karena Deff, karena Deff mencintaimu.” Clara mengatakan hal itu dengan lantang membuat Anna terdiam sesaat.Rasa kesal meledak di hatinya. Bertemu dengan Anna membuatnya semakin takut jika dia akan kehilangan apa yang dia miliki selama ini. Deff, dia tidak ingin kehilangan
Setelah kembali dari perusahaan, Anna segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Tubuhnya terasa lengket karena berkeringat karena itu ia memutuskan untuk membersihkan diri."Jangan lupa membaca dokumennya," ucap Febia mengingatkan padanya.iPad yang tergeletak di atas nakas diliriknya sekilas, ia tidak ingin memeriksa pekerjaannya tapi jika tidak dia lakukan, Febia akan memarahinya.Anna pun memilih untuk segera mandi, tidak lupa, ia membawa iPad yang diberikan oleh Febia untuk diperiksa olehnya.Pekerjaannya cukup banyak hari ini, beberapa laporan harus diselesaikannya dalam waktu dekat. Namun perasaannya cukup lega, saat melihat Bathtub yang telah isi. “Dia tahu, apa yang aku sukai,” seru Anna sambil melepaskan pakaian dan berendam di dalam bathtub yang telah isi air yang ditaburi kelopak mawar. Di pinggiran bathtub pun lilin aroma terapi dihidupkan.Anna memejamkan mata, menikmati sensasi air bertabur mawar itu.Tiba-tiba tubuhnya berdesir, sekelebat ingat muncul."Sial. kena
“ …. Dia bahkan membuatku tidur dengan seorang pria, di malam pernikahanku.” Elang terdiam, saat mendengar perkataan wanita yang ditaksirnya itu. Ia menatap Anna dengan lekat, ada kesedihan terpancar sangat jelas di raut wajah wanita itu. Wajah Anna memerah, karena dipengaruhi alkohol. Perasaan Anna bercampur aduk saat mengingat apa yang telah dilakukan oleh Ambar, sahabatnya. Wanita itu membuat hidupnya hancur, bahkan sampai ke titik terendah. sampai membuatnya ingin bunuh diri. Begitu kejam Ambar padanya. "Dia membuatku tidur dengan pria," tegas Anna sekali lagi. "Kemudian dia memfitnah dan menikah dengan tunanganku. Miris bukan, hidupku?" “Kau mabuk. Aku akan mengantarkanmu pulang,” seru Elang, saat ia akan membantu Anna berdiri tangannya di tampik, sambil menggendong Anna yang mulai tidak sadarkan diri. Mendengar apa yang dikatakan Anna, membuat hati Elang sedikit terenyuh. Membuatnya penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang ditaksirnya itu. Apa yang tidak dik
Kepala yang masih terasa pusing, dipaksakan Anna untuk membuka matanya. Perlahan tapi pasti, ia mulai melihat isi ruangan tempatnya berada. Apa yang ditangkap oleh matanya, tidak lagi asing. Tempat ia membuka mata, sangat tidak asing dengan desain interior mewah berwarna abu-abu. Di hadapannya tepat sebuah televisi ukuran besar, serta pengharum ruangan yang cukup besar terdapat di sana. Anna mencari keberadaan Elang, tetapi tidak menemukan pria itu. Pakaian yang dipakainnya, pun terganti. “Sial! Kenapa pria itu selalu membawaku ke tempatnya. Padahal rumahku, di lantai bawah,” gerutu Anna sambil menyibak selimut. “Dan juga, kenapa mengganti pakaianku, awas kalau dia yang menggantinya,” umpat Anna kesal. Tangannya memijat tengkuk leher yang terasa tegang. “Berapa botol yang aku minum semalam, sampai aku mabuk lagi, sih,” umpat Anna pada dirinya sendiri. Walaupun ia tahu, jika ia tidak tahan mabuk, tetapi tetap saja meminum begitu banyak alkohol, dan sialnya, dia tidak ingat apa y
“Bagaimana bisa kau melakukannya?” tanya Elang membuat Anna melihat ke arahnya. Wanita yang ditanyai tidak paham dengan pertanyaan pengalihan itu. Berbeda dengan Elang yang saat ini menatap Anna dengan tatapan serius. Wajah pria itu berubah seakan menyatakan perang. “Apa maksudmu?” “Membuat harga saham perusahaan turun dan mengambil alih proyek besar perusahaanku.” Elang tersenyum setelah mengatakan itu. Tatapan Anna seketika berubah pernyataan Elang, ia melihat pria yang tengah berada di hadapannya. Elang duduk dengan serius, sambil menautkan kedua jari- jari tangannya, tidak lupa senyum di bibir tipisnya. Atmosfer ruangan yang tadinya hangat kini berubah dingin. Senyap. Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat, seakan mereka berdua tengah menyelami pikiran masing-masing. “Aku tidak mengerti maksudmu,” sanggah Anna membuat Elang tertawa kecil. Pria itu tidak percaya, jika Anna mengatakan hal yang begitu lucu, dan berpura-pura tidak tahu mengatahui mengenai topik yang dibah