Ayla berdiri di luar pintu kaca besar The Elysian Tower, memandangi kota yang bersinar di bawahnya. Angin sore berhembus ringan, membawa aroma kota yang penuh dengan ambisi dan kegembiraan. Namun, bagi Ayla, segala kemewahan dan kemegahan ini hanyalah lapisan luar dari sebuah dunia yang jauh lebih gelap. Dunia yang baru saja ia masuki—dunia yang penuh dengan manipulasi, kekuasaan, dan intrik.
“Jangan terlalu terpesona dengan pemandangan ini,” suara berat Dimitri terdengar di belakangnya, membuat Ayla berbalik. Dimitri berdiri dengan sikap tegap, mengenakan jas hitam yang selalu tampak sempurna di tubuhnya. Matanya yang tajam mengamati Ayla dengan penuh perhatian, seolah mengukur sejauh mana wanita ini bisa bertahan.
“Apa yang kamu maksud?” Ayla bertanya, berusaha menutupi keraguan yang mulai merayapi dirinya.
“Velmont City adalah tempat di mana banyak orang datang untuk meraih impian mereka, tetapi juga tempat di mana impian itu hancur begitu saja. Kamu tidak bisa hanya terpesona oleh gedung-gedung tinggi ini. Di bawahnya, ada banyak darah yang tumpah,” jawab Dimitri dengan nada serius.
Ayla menyadari bahwa kata-kata Dimitri tidak hanya berbicara tentang Velmont City secara umum, tetapi juga tentang dunia yang baru saja ia pilih untuk masuki. Dunia yang ia harap bisa membantunya menghancurkan Leon dan keluarganya, tetapi juga dunia yang bisa menghancurkannya jika ia tidak hati-hati.
“Mungkin, tapi aku sudah siap. Tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang,” jawab Ayla, matanya memancarkan tekad yang sama sekali tidak goyah. Ia tahu bahwa ini adalah langkah yang berisiko, tapi tidak ada jalan mundur. Dendamnya terhadap Leon dan keluarganya telah memaksa dirinya untuk maju, untuk terus berjalan meski jalan yang ia pilih penuh dengan bahaya yang mengintai.
Dimitri memandang Ayla untuk beberapa saat, lalu mengangguk. “Baiklah. Jika itu yang kamu inginkan, kita akan mulai bekerja sama. Tapi ingat, ini bukan permainan anak-anak. Dunia ini akan menguji sejauh mana kamu bisa bertahan.”
Ayla menatapnya, seolah menyadari bahwa perjalanan yang baru dimulai ini akan mengubah segalanya. Tetapi justru itulah yang ia inginkan. Untuk melawan dunia yang selama ini menindasnya, untuk menghancurkan Leon dan menunjukkan bahwa ia jauh lebih kuat daripada yang mereka bayangkan.
Kehidupan di Velasquez Corporation berbeda jauh dari kehidupan yang pernah Ayla kenal. Setiap hari, ia semakin terjerat dalam dunia yang penuh dengan kekuasaan dan bahaya. Dimitri mengajarinya untuk melihat setiap orang sebagai potensi ancaman, dan setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada keuntungan dan kekuasaan. Tidak ada ruang untuk kelemahan di sini—semua orang berjuang untuk menjadi yang terkuat, dan Ayla harus belajar untuk menjadi bagian dari permainan itu.
Hari itu, Ayla duduk di ruang konferensi yang mewah di lantai atas Velasquez Corporation. Di sekelilingnya, para eksekutif perusahaan yang sukses duduk dengan sikap tenang dan penuh wibawa. Semua orang terlihat profesional, tetapi Ayla tahu bahwa di balik senyum mereka, ada perhitungan dan rencana tersembunyi. Mereka semua adalah bagian dari dunia yang Dimitri ciptakan, dan Ayla sekarang menjadi bagian darinya.
“Ayla,” suara Dimitri tiba-tiba memecah keheningan, menarik perhatian Ayla dari pikirannya. Dimitri berdiri di depan meja, matanya tajam memandangnya. “Kamu tahu apa yang harus dilakukan untuk melangkah lebih jauh di sini, bukan?”
Ayla mengangguk. “Aku tahu. Ini bukan hanya tentang melawan Leon. Ini tentang menunjukkan pada mereka siapa aku sebenarnya.”
Dimitri tersenyum tipis, ekspresinya sulit dibaca. “Tepat. Jika kamu ingin menghancurkan Leon, kamu harus siap untuk menghancurkan segalanya. Tidak hanya dia, tapi juga keluarganya. Carlisle Industries adalah musuh utama kita sekarang. Mereka adalah simbol dari dunia lama yang ingin kamu runtuhkan.”
Ayla menatapnya, matanya penuh dengan tekad yang menguat. “Aku siap. Apa langkah pertama?”
“Mulailah dengan membangun fondasi kekuatanmu sendiri. Jangan hanya bergantung pada Velasquez Corporation. Bangun jaringanmu sendiri. Jangan takut untuk bermain dengan api. Jika kamu ingin melihat Leon jatuh, kamu harus bisa menghancurkan reputasinya,” jawab Dimitri, suaranya berat dan penuh otoritas.
Ayla merenung sejenak, mencerna kata-kata Dimitri. Setiap langkah yang ia ambil sekarang adalah bagian dari permainan yang lebih besar. Dunia yang dulu ia kenal, dunia yang penuh dengan norma-norma dan aturan, kini tak lebih dari kenangan yang suram. Di sini, hanya ada kemenangan atau kekalahan. Tidak ada tempat untuk orang yang ragu.
Pulang ke rumah malam itu, Ayla merasa kosong, tetapi dalam cara yang berbeda. Ia tahu bahwa ia semakin dekat dengan tujuan utamanya, tetapi saat yang sama, dunia ini mulai memengaruhinya dengan cara yang tidak bisa ia prediksi. Dunia yang penuh dengan rahasia, kebohongan, dan ambisi ini mulai meresap ke dalam dirinya. Setiap kali ia berbicara dengan Dimitri, setiap kali ia menghadapi tantangan baru, ia merasa seperti sedang terjerat dalam jaring yang semakin rapat.
Ayla menatap bayangan dirinya di kaca besar di ruang tamu. Wajahnya terlihat lelah, tetapi matanya memancarkan kebulatan tekad yang semakin kuat. Ia telah jauh dari jalan yang ia kenal dulu, dan dunia baru ini menguji setiap sisi dari dirinya. Tidak ada lagi ruang untuk kelemahan, tidak ada lagi tempat untuk mundur.
Di luar jendela, Velmont City tampak seperti lautan cahaya. Gedung-gedung tinggi yang berkilauan menciptakan gambaran kemewahan yang hampir sempurna, tetapi Ayla tahu itu semua adalah kebohongan. Di balik cahaya dan gemerlap itu, ada kegelapan yang menanti untuk menghancurkan siapa pun yang tidak siap.
Ayla mendekati meja kerjanya dan mengambil selembar kertas yang telah ia tulis beberapa hari yang lalu. Nama-nama, rencana, dan langkah-langkah yang harus ia ambil. Semuanya jelas, tetapi kini ia menyadari bahwa langkah-langkah itu bukanlah jalan yang mudah. Setiap tindakan memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan.
Namun, tidak ada jalan mundur. Ia sudah terjerat dalam permainan ini, dan satu-satunya jalan keluar adalah dengan memenangkan permainan itu. Untuk menghancurkan Leon, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia lebih dari sekadar wanita yang dibuang begitu saja.
Dengan tekad yang bulat, Ayla menuliskan satu kalimat terakhir di lembar kertas itu, kalimat yang menjadi penegasan bagi dirinya sendiri: Dunia ini milikku, dan aku akan merebutnya.
Ayla berdiri di ruang kerja Dimitri yang mewah, matanya menatap kosong ke jendela besar yang menghadap ke Velmont City yang terhampar luas. Pemandangan kota itu, dengan segala kemewahan dan kehidupan yang tampak sempurna, kini terasa semakin hampa. Dunia yang pernah ia anggap sebagai tempat penuh harapan kini tampak seperti arena permainan tanpa aturan, di mana kemenangan hanya diberikan kepada mereka yang mampu bertahan.Dimitri berdiri di belakang meja kerjanya, sibuk dengan laporan dan dokumen-dokumen yang tampaknya tak pernah habis. Suasana di ruangan itu sunyi, hanya suara langkah kaki dan desiran angin dari luar yang mengisi ruang. Ayla tahu bahwa untuk memenangkan permainannya, ia harus menunggu. Menunggu kesempatan yang tepat untuk menyerang, untuk menghancurkan Leon dan segala yang berhubungan dengannya. Tapi saat ini, ia juga tahu bahwa ia sudah terperangkap dalam permainan yang lebih besar, permainan yang tak hanya melibatkan Leon, tetapi juga Dimitri.Dimitri tiba-tiba ber
Malam itu, angin dingin bertiup melalui celah-celah jendela, membawa aroma hujan yang belum turun. Ayla duduk di kursi besar di ruang kerjanya, di antara tumpukan dokumen yang tersebar di meja. Tangan kirinya menggenggam pena, sementara matanya menatap kosong ke layar laptop. Rencana yang telah ia susun matang perlahan memunculkan keraguan di dalam dirinya, namun ia cepat-cepat mengusirnya. Tidak ada ruang untuk keraguan dalam rencana ini.Victor Moretti adalah langkah pertama. Ayla tahu dia tidak bisa bergerak sendiri, dan meskipun ada banyak risiko, bertemu dengan Victor adalah keputusan yang tepat. Tangan kanan Dimitri itu punya banyak informasi yang bisa menjadi kunci untuk menghancurkan Carlisle Industries, perusahaan yang dulu menjadi kebanggaan Leon. Ayla tahu, untuk menghancurkan Leon, ia harus melibas segala sesuatu yang menjadi jantung dari kekuasaannya. Dan Carlisle Industries adalah pusat dari segalanya.Namun, ada sesuatu yang mengganjal. Seseorang yang selalu hadir dalam
Ayla berdiri di balkon apartemennya yang megah, menatap ke luar ke gedung-gedung pencakar langit Velmont City yang penuh cahaya. Angin malam bertiup dingin, tetapi ia tidak merasa apa-apa. Diri yang dulu, yang pernah takut pada kegelapan dunia ini, sudah mati. Sekarang, dunia ini adalah miliknya untuk dijinakkan. Setiap langkah yang ia ambil semakin mendekatkannya pada tujuannya—membalas dendam pada Leon dan mereka yang menghancurkan hidupnya.Namun, hari ini, rasa cemas sedikit menyesaki hatinya. Pertemuan dengan Gabriel Delgado tadi bukanlah sekadar pertemuan bisnis biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang lebih gelap. Meskipun ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, ia tahu, permainan ini belum berakhir. Bahkan, baru saja dimulai.Victor Moretti, yang sejak awal telah menjadi sekutunya, tak pernah sekalipun menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Namun, Ayla tahu bahwa dia tidak bisa sepenuhnya mempercayai siapa pun. Bahkan Victor, meskipun loyal kepada Dimitri, tetap mem
Pagi di Velmont City selalu tampak penuh dengan energi yang membara, bahkan saat matahari belum sepenuhnya terbit. Udara pagi yang dingin sedikit menyegarkan, tetapi Ayla merasa tubuhnya lebih terbebani daripada biasanya. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat, seperti ada bayang-bayang yang mengikutinya. Bayang-bayang yang bukan berasal dari masa lalunya, tetapi dari dunia yang semakin ia masuki—dunia yang penuh dengan kebohongan dan rahasia.Pagi itu, ia duduk di meja kerjanya di Reynard Holdings, perusahaan yang ia bangun sendiri setelah ia bekerja sama dengan Dimitri. Pekerjaannya mulai mengalir lebih lancar, tetapi ia tahu bahwa semua ini hanyalah bagian dari permainan yang lebih besar. Tak jarang, pikirannya melayang kembali kepada Dimitri dan percakapan mereka sebelumnya. Dimitri... Ada yang berbeda darinya, sesuatu yang membuat Ayla merasa seolah dirinya berada di dalam permainan catur yang diatur oleh tangan yang lebih kuat daripada dirinya.Clara, sahabatnya yang
Malam itu, setelah meninggalkan Club Noir, langkah Ayla terasa semakin berat. Udara malam yang dingin semakin menusuk kulitnya, tetapi hatinya jauh lebih beku daripada cuaca yang menerpa tubuhnya. Ia memikirkan percakapan dengan Dimitri yang semakin membingungkan, meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Bayang-bayang masa lalu yang datang mengganggu semakin menguatkan tekadnya untuk melanjutkan perjuangan ini, tetapi juga memperdalam keraguan tentang siapa yang sebenarnya bisa ia percayai.Ayla mengunci pintu mobilnya dengan suara berderit, sebelum melangkah menuju gedung Reynard Holdings, perusahaan yang ia bangun dengan susah payah. Gedung itu kini menjadi simbol dari kebangkitannya, namun setiap kali ia menginjakkan kaki di sana, ada perasaan yang mengusik—sebuah perasaan tidak nyaman yang terus bertumbuh.Di dalam ruang kerjanya yang luas dan minim dekorasi, Ayla duduk di kursinya, menatap layar komputer dengan tatapan kosong. Pikiran-pikirannya melayang ke arah yan
Elysian Tower menjulang tinggi di atas kota Velmont, berkilau dengan cahaya emas yang memantulkan keanggunan dan kekuasaannya. Ayla berdiri di depan pintu utama gedung itu, merasakan ketegangan yang semakin mencekam di dalam dirinya. Malam ini, setiap detik yang berlalu terasa semakin berat. Ia tahu, apapun yang akan terjadi, ini adalah titik balik. Ada sesuatu yang harus ia ketahui, sesuatu yang akan menentukan langkahnya selanjutnya.Dimitri menunggu di dalam. Di balik pintu kaca besar yang terletak di lantai teratas gedung ini, terlihat sosoknya berdiri dengan postur tegap dan ekspresi serius. Tidak ada senyuman yang menghiasi wajahnya, hanya aura dingin yang terasa dari kejauhan. Ayla menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum melangkah masuk.Begitu pintu lift terbuka, Dimitri menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hanya tatapan tajam yang penuh arti. Ayla menyadari bahwa di dalam mata itu ada sebuah perasaan yang tidak bisa ia tafsirkan. Tapi untuk sa
Kehadiran Leon di hadapan mereka mengubah segalanya. Segala ketegangan yang sebelumnya hanya berputar dalam benak Ayla dan Dimitri kini berubah menjadi kenyataan yang tak bisa dihindari. Di ruang kerja yang mewah itu, di mana cahaya lampu temaram menciptakan bayangan panjang di dinding, semuanya terasa begitu nyata dan semakin terjalin dalam permainan yang lebih besar.Ayla tidak tahu apa yang harus ia rasakan saat melihat Leon berdiri di sana, dengan mata penuh amarah dan ekspresi penuh kebencian. Wajah yang dulu pernah ia cintai kini terlihat seperti sosok asing yang tak lagi ia kenali. "Kamu?" Ayla mengulang kata-kata itu, suara bergetar, sedikit terkejut namun lebih banyak perasaan kecewa yang merasuki dirinya. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Leon melangkah masuk, tidak peduli dengan kehadiran Dimitri yang berdiri hanya beberapa langkah di belakang Ayla. “Aku datang untuk mengakhiri ini, Ayla,” katanya dengan suara yang datar, tapi penuh dengan kekuatan. “Kamu sudah terjebak dala
Ayla berdiri di tepi jendela, memandangi kota Velmont yang gemerlap, namun dalam hatinya hanya ada kesepian yang mengisi setiap sudut pikirannya. Pikirannya melayang ke pertemuan tadi. Leon, dengan segala kebenciannya, mencoba menariknya kembali ke dunia yang sudah ia tinggalkan. Dunia di mana ia hanya dianggap sebagai perempuan biasa, tak lebih dari sekadar hiasan di sisi seorang lelaki kaya. Namun, di sisi lain, Dimitri hadir dengan janji perlindungan, meskipun dengan harga yang tak bisa ia bayangkan.Ayla menghela napas panjang. Setiap keputusan yang ia buat kini seolah mengundang lebih banyak masalah ke dalam hidupnya. Dan Leon—Leon yang pernah ia cintai—kembali datang dengan segala kenangan yang memaksa Ayla untuk menghadapi perasaan yang telah ia kubur jauh-jauh. Namun kenyataannya, dunia tidak memberi Ayla kesempatan untuk berlarut-larut dalam kebingungannya. Ada hal yang lebih besar yang harus ia hadapi.Dimitri memasuki ruangan tanpa mengetuk. Tatapan dinginnya tidak berubah,
Asap hitam membubung tinggi di langit Ravenhurst, menciptakan siluet menyeramkan di tengah kobaran api yang melahap gudang. Angin malam membawa aroma mesiu dan kayu terbakar, mengaburkan penglihatan sesaat sebelum gelombang panas merayap mendekat.Dimitri tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya tegap seperti patung batu, sorot matanya gelap dan penuh arti. Ia tak berkedip menatap kehancuran di depannya, seolah menikmati pemandangan itu. Ayla berdiri di sampingnya, napasnya masih tersengal setelah pelarian mereka dari dalam gudang.“Kita harus pergi,” ucapnya tegas.Dimitri menoleh perlahan, tatapannya tajam. “Gabriel akan tahu siapa yang menghancurkan ini.”Ayla menggigit bibir. “Itu memang yang kau inginkan, bukan?”Dimitri tidak menjawab, hanya berbalik dan melangkah menuju mobil. Ayla mengikutinya, menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah dalam pria itu. Ia tidak hanya sedang bertarung dengan Gabriel, tapi juga dengan dirinya sendiri.Di dalam mobil, Leon duduk di kursi belakang denga
Suara tembakan masih bergema ketika Ayla dan Leon berlindung di bawah meja café yang hancur. Kaca pecah berserakan di lantai, aroma bubuk mesiu bercampur dengan bau kopi yang tumpah. Teriakan para pengunjung menggema, beberapa berlari ke luar, yang lain berjongkok ketakutan.Leon menyumpah pelan, matanya menyipit ke arah luar. “Ini kerjaan Gabriel. Dia ingin memastikan kita tahu siapa yang berkuasa.”Ayla menarik napas dalam, menekan rasa paniknya. Ia tahu dunia Dimitri tidak akan pernah aman, tapi ia tidak menyangka akan terlibat langsung dalam aksi penyerangan seperti ini.“Lari ke belakang,” bisik Leon. “Aku akan mengalihkan perhatian mereka.”Ayla menatapnya tajam. “Kau pikir aku tidak bisa mengurus diriku sendiri?”Leon menyeringai meski di bawah ancaman bahaya. “Aku tahu kau bisa. Tapi aku juga tahu kau lebih pintar daripada melawan tanpa rencana.”Ayla tidak bisa membantah. Saat suara tembakan sedikit mereda, Leon melompat keluar dari persembunyian, menembakkan pistol yang enta
Suara detak sepatu hak tinggi Ayla menggema di sepanjang koridor marmer The Elysian Tower. Setiap langkahnya penuh keyakinan, namun dalam hatinya, ada badai yang tak dapat ia redam. Setelah pertemuannya dengan Gabriel Delgado malam itu, ancaman yang ia lontarkan masih berputar di pikirannya."Kau pikir Dimitri bisa melindungimu selamanya, Ayla? Akan ada saatnya dia memilih bisnisnya lebih dari dirimu."Ayla menggeleng pelan, berusaha mengusir suara itu dari kepalanya. Tidak. Dimitri berbeda. Ia bukan pria yang mudah dikendalikan oleh ancaman. Namun, ada hal lain yang mengganggunya—kenyataan bahwa Gabriel tahu terlalu banyak.Saat Ayla tiba di lantai tertinggi gedung, pintu lift terbuka, memperlihatkan sosok Victor Moretti yang sudah menunggunya. Pria itu berdiri dengan ekspresi serius, menunjukkan bahwa sesuatu telah terjadi."Ada apa?" tanya Ayla langsung, tak ingin berbasa-basi.Victor menatapnya sejenak sebelum akhirnya berujar, "Dimitri ingin bertemu denganmu. Sekarang."Tanpa ber
Malam itu, Ayla duduk di sebuah meja kecil di Silver Moon Café, tempat yang pernah menjadi bagian dari kehidupannya sebelum semua kekacauan ini dimulai. Aroma kopi dan suara denting cangkir menghidupkan nostalgia, tetapi kini terasa seperti kenangan yang jauh. Ia menatap cangkir kopinya, pikirannya penuh dengan keputusan besar yang harus ia buat.Ia mengambil ponsel dan membaca kembali pesan singkat dari Ivy. “Kau tahu siapa musuh sebenarnya, Ayla. Jangan biarkan dirimu terjebak di bawah kendali Dimitri seperti aku dulu.”Kata-kata itu menghantui. Ayla tahu Ivy berbicara dari pengalaman, tetapi bagaimana ia bisa yakin bahwa Ivy sepenuhnya jujur? Apakah ini hanya bagian dari rencananya untuk menjatuhkan Dimitri?“Pikiranku terlalu bising,” gumam Ayla sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.Seorang pelayan mendekat untuk menanyakan apakah ia membutuhkan sesuatu lagi, tetapi ia hanya menggeleng dan tersenyum kecil. Saat pelayan pergi, seorang pria duduk di kursi di hadapannya tanpa diu
Ayla berdiri di ambang jendela apartemennya, memandang keluar ke Velmont City yang bercahaya dalam gelapnya malam. Dokumen yang Ivy tinggalkan tergeletak di meja di belakangnya, menjadi pengingat bahwa dunia yang baru ia masuki ini bukan hanya soal kekuasaan, tetapi juga penuh jebakan.Tatapan Dimitri sebelum ia pergi tadi masih terngiang di benaknya—campuran antara peringatan, kepercayaan, dan rasa sakit yang tersimpan rapi di balik topeng pria yang selama ini ia kenal sebagai sosok tak terkalahkan.Ayla menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir kebimbangan yang semakin menggigit hatinya. Apakah Dimitri benar-benar seseorang yang bisa ia percayai? Atau Ivy sebenarnya memberinya alat untuk mengendalikan situasi ini?Setelah beberapa saat, ia mengambil keputusan. Langkah berikutnya bukanlah soal siapa yang ia percayai, tetapi bagaimana ia memastikan dirinya tidak menjadi korban dari permainan ini.Pagi berikutnya, Ayla melangkah ke dalam The Elysian Tower, gedung megah yang menjadi s
Hujan telah reda, tetapi udara di Velmont City masih menyisakan dingin yang menusuk tulang. Ayla berdiri di luar sebuah restoran kelas atas di kawasan pusat kota. Di tangannya, sebuah ponsel bergetar dengan pesan terakhir dari Ivy: “Kita bertemu di sini. Sendiri.”Ayla tidak tahu apakah ini perangkap atau justru kesempatan. Namun, ia memutuskan untuk menghadapi Ivy. Jika wanita itu punya jawaban atas kebingungan yang berkecamuk di benaknya, maka Ayla harus mengambil risiko.Saat Ayla memasuki restoran, seorang pelayan membimbingnya ke meja di sudut ruangan. Ivy Larchmont sudah menunggu di sana, mengenakan gaun satin hitam yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Senyum tipis terlukis di wajah Ivy, tetapi tidak ada kehangatan di sana."Ayla Reynard," Ivy menyapa dengan suara selembut belati yang siap menancap."Ivy," jawab Ayla sambil duduk. Tatapan Ayla tajam, tetapi ia berusaha menjaga emosinya tetap netral.“Berani sekali kau datang menemuiku. Tidak takut Dimitri tahu?” Ivy bertany
Velmont City yang megah mulai diguyur hujan deras. Langit kelabu memantulkan suasana hati Ayla yang tengah berkecamuk. Hari itu, Ayla kembali duduk di sudut ruang kantornya di The Elysian Tower. Di tangannya, sebuah amplop cokelat yang baru saja tiba dari seseorang tanpa identitas.Ia membuka amplop itu dengan hati-hati, lalu menarik isinya. Foto-foto Leon bersama seorang wanita berambut panjang tampak memenuhi setiap bingkai. Di beberapa foto, Leon terlihat memberikan sebuah cincin berlian kepada wanita itu.“Pertunangan?” Ayla bergumam, dahinya mengerut.Sebelum ia sempat merenungkan lebih jauh, Dimitri memasuki ruangannya dengan langkah cepat, membawa aura dingin yang tak pernah gagal menguasai ruangan."Apa itu?" tanyanya, melirik amplop di tangan Ayla.“Foto Leon. Tampaknya dia bertunangan dengan seseorang,” Ayla menjawab, menyerahkan foto-foto itu kepada Dimitri.Dimitri mengamati foto-foto tersebut dengan saksama, ekspresinya tetap dingin. "Itu salah satu taktik mereka. Mereka
Pagi di Velmont City menyapa dengan cahaya keemasan yang memantul dari gedung-gedung pencakar langit. Tapi di dalam The Elysian Tower, suasana terasa jauh dari hangat. Ayla duduk di meja besar ruang rapat Velasquez Corporation, pandangannya tertuju pada berkas-berkas yang Dimitri sodorkan tadi pagi."Ini adalah langkah pertama kita," ucap Dimitri, nada suaranya tajam seperti biasa. "Semua transaksi gelap Carlisle ada di dalam ini. Kita mulai dengan menghancurkan basis keuangan mereka."Ayla membaca dokumen itu dengan saksama. Setiap lembar adalah bukti korupsi, pencucian uang, dan manipulasi bisnis yang dilakukan keluarga Carlisle selama bertahun-tahun. Namun, di balik angka-angka itu, ia bisa merasakan risiko besar yang akan mereka ambil."Kita bisa menjatuhkan mereka dengan ini," kata Ayla pelan, matanya berkilat penuh keyakinan. Tapi kemudian ia menambahkan, "Tapi ini juga bisa membahayakan kita. Jika bukti ini jatuh ke tangan yang salah—""Itu tugas kita untuk memastikan hal itu t
Malam itu semakin larut, tetapi udara di restoran mewah yang mereka tempati terasa semakin berat. Suara gelas beradu samar-samar terdengar dari meja lain, namun bagi Ayla, seolah seluruh ruangan telah berhenti bernapas. Gabriel Delgado, dengan senyum sinisnya yang penuh teka-teki, baru saja mengungkapkan rahasia gelap tentang keluarga Carlisle yang membuat semua rencana Ayla dan Dimitri terasa goyah. Namun, Gabriel tidak berhenti di situ.“Aku tahu kalian ingin menghancurkan Carlisle,” ucap Gabriel, memainkan cincin perak di jari manisnya dengan sikap santai yang bertentangan dengan ketegangan di matanya. “Tapi untuk melakukannya, kalian harus menghadapi lebih dari sekadar Leon. Keluarga Carlisle bukan hanya bisnis, mereka adalah sistem. Dan sistem itu memiliki akar yang dalam.”Ayla merasa hatinya tenggelam. Setiap kata Gabriel terasa seperti belati yang perlahan menusuk keyakinannya. Selama ini, ia mengira bisa menggunakan kekuatan Dimitri untuk meruntuhkan Leon dan keluarganya, tet