Share

Bab 3. Sikap yang Berubah

Nara berjalan menelusuri lobby hotel dan segera keluar dari hotel tersebut. Ia memutuskan untuk segera pergi setelah pekerjaannya dirasa sudah selesai dan mendapatkan banyak uang.

Nathan memberikan uang cash sebanyak 20 juta, lalu ia meminta Dara untuk menyimpan 10 juta yang langsung ia kirimkan ke rekening Dara. Itu adalah uang paling banyak yang ia dapatkan. Selama ini ia hanya mendapatkan ratusan ribu, bahkan paling banyak mungkin dua sampai lima juta, kali ini ia mendapatkan uang lebih banyak dari biasanya dan sangat percaya diri dengan uang ini ia jelas bisa menikahi kekasihnya itu.

"Uang tipnya juga banyak banget! Benar-benar pria tajir!" gumam Dara sembari mengingat saldo di rekeningnya yang semakin bertambah banyak.

Ia sempat mengingat kejadian di mana Nathan melontarkan kata-kata yang membuat pipinya merah.

"Jangan korbankan tubuhku?" gumam Dara.

Mengingat ucapan itu saja sudah membuat Dara tidak tahan ingin berteriak. Bahkan berandai-andai jika Nathan adalah kekasihnya, pasti dia sudah menjadi kaya. Sayangnya, perasaannya tidak lebih dari sekedar teman dan client biasa. Mereka sempat bertukar nomor juga dan Nathan berkata jika ingin berteman dengan Dara.

Sayangnya momen ini hanya terjadi sekali seumur hidup Dara. Ia yakin setelah datang kebahagiaan akan datang kesialan. Dara pun segera pulang ke kosnya dan merebahkan tubuhnya di kasur.

"Ah! Senangnya hari ini!" ucap Dara sembari memeluk guling yang ada di kasur.

Ia membuka ponselnya, dan melihat tidak ada pesan dari kekasihnya sama sekali. Tidak biasanya dia bersikap seperti itu, bahkan sampai tidak ada kabar.

"Mungkin sedang sibuk," batin Dara.

Ia langsung kembali membuka aplikasi lainnya dan membuka sosial medianya. Di usianya yang menginjak 27 tahun itu, sebenarnya ada sebuah keinginan kecil di hatinya untuk bisa segera menikah, terlebih, ia sudah sangat mencintai kekasihnya itu dan hanya tinggal menunggu waktu saja untuk mereka menikah.

Dara membuka rekening online di ponselnya, dan melihat ada puluhan juta yang berada di rekeningnya, ia semakin gembira karena dengan uang sebanyak ini, ia pasti akan langsung bisa menikahi Rendra.

Dara segera memisahkan uang cashnya dengan uang milik Rendra, Nathan meminta untuk merahasiakan tip yang diberikan oleh Nathan, jadi ia mengikuti apa yang diminta oleh clientnya.

"Tapi, Si Nathan itu sepertinya usianya lebih tua dariku ya? Kenapa belum juga menikah? Padahal dia sudah mapan," gumam Dara yang bingung dengan sikap pria yang baru saja ia temui itu.

Di satu sisi lain, Dara juga sedikit penasaran dengan Nathan ini, meskipun bukan siapa-siapa.

"Sudahlah, jangan terlalu banyak menghalu!"

Dara membuang jauh-jauh pikirannya tentang pria tajir tersebut, ia kembali melihat sosial medianya hingga ia ketiduran di tengah rasa bahagianya.

****

Keesokan harinya, tentu saja Dara dan juga Rendra bertemu di hotel yang sudah dipesan oleh Rendra. Ia tidak pernah membawa Nara ke rumahnya, atau bahkan mengenalkannya kepada kedua orang tuanya. Mereka selalu menginap di hotel jika ingin bertemu, dan mereka selalu melakukan hubungan itu setiap bertemu.

Dara sudah sampai di kamar tempat Rendra melakukan reservasi. Seperti biasa, Rendra selalu terlambat karena pekerjaannya begitu banyak, sedangkan Dara selalu berada di tempat terlebih dahulu.

Hingga beberapa jam berlalu, Rendra baru sampai di hotel dan Dara memeluk Rendra ketika sudah bertemu dengannya.

"Sayang, aku kangen!" tukas Dara dalam dekapan kekasihnya itu.

"Aku juga ... jadi, kemarin dapat berapa?" tanya Rendra yang langsung bicara ke intinya.

"Sepuluh juta!" ujar Dara sembari membelalakkan matanya dan tersenyum bahagia.

"Serius?" Mata Rendra membulat sempurna dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Iya! Nih!" Dara mengambil uang itu di tasnya dan memberikannya ke Rendra secara cuma-cuma. Seakan tubuhnya memang layak untuk dijual.

Rendra tersenyum bahagia mendapatkan amplop yang berisikan uang itu. Akhirnya apa yang diinginkan Rendra sudah tercapai.

"Kamu memang pacarku yang paling bisa diandalkan! Kemarilah!" Rendra menarik tangan Dara dan melumat bibir wanita itu dengan ganas dan langsung melucuti pakaian wanita itu tanpa ampun, seakan ia sudah memendam hasratnya terlalu lama.

"Mas, jangan kasar-kasar ya," pinta Dara dengan wajahnya yang memelas.

"Nggak, Dik. Tubuhmu memang pantas diberi bayaran mahal," tutur Rendra sembari menjamah seluruh tubuh Dara yang sudah tidak mengenakan sehelai busana sama sekali. Ia memainkan tubuh wanita itu, seakan memang pantas tuk dimainkan.

Mereka bergelut di atas ranjang panas itu, disertai dengan desahan Dara yang terlihat sangat menikmati barang besar milik kekasihnya itu. Hingga mereka sampai pada ujung kenikmatan, dan berakhir dengan tidur berdua di ranjang.

Namun, Rendra tidak ingin tidur berdua dengannya, ia justru segera membersihkan dirinya dan mengenakan kemeja dan jasnya lagi.

"Mau langsung pergi, Mas?" tanya Dara.

Namun, Rendra justru melirik ke arah Dara dengan tatapan mata yang sinis.

DEG!

Jantung Dara seakan berhenti berdetak, tatapan mata itu adalah tatapan yang selalu diberikan oleh semua orang kepadanya. Pandangan mata yang mengisyaratkan bahwa mereka jijik dengan perilaku Dara. Wanita itu langsung duduk dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Mas ... kenapa? Aku bikin salah?" tanya Dara yang mulai khawatir dan cemas.

Atmosfir di seluruh ruangan mulai menjadi suram, bahkan kebahagiaan dan kenikmatan yang baru saja dirasakan, langsung sirna dalam sekejap mata.

"Mulai sekarang, jangan pernah hubungi aku lagi. Carilah kebahagiaanmu sendiri, karena aku sudah punya yang lain!" gertak Rendra kepada Dara.

"Apa maksudmu, Mas?" tanya Dara dengan perasaan yang masih campur aduk dan tidak percaya.

"Aku sudah ada yang lain, dan besok kami akan menikah!" Rendra kembali menggertak seraya membelalakkan matanya, meminta Dara untuk menjauh darinya.

Dara tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia masih tidak percaya dengan ucapan kekasihnya itu.

"Ka–kamu selingkuh, Mas?" tanya Dara.

"Jelaslah! Mana ada orang tua yang menginginkan menantunya sudah bekas sepertimu!" hardik Rendra kepada wanita itu.

Dara tak percaya dengan omongan Rendra, kekasih yang selama ini ia bantu, yang ia pertahankan meskipun sedang terjatuh, justru hanya memanfaatkan tubuhnya. Dara menyelimuti tubuhnya dengan handuk dan segera menuju ke Rendra yang akan keluar dari kamar.

"Mas! Tunggu, Mas! Kumohon jangan seperti ini! Aku tahu aku salah, tapi aku melakukan semua ini demi kamu! Mengapa kau justru hanya menikmati uang yang sudah susah payah kuhasilkan untukmu!" pinta Dara sembari memeluk kaki Rendra.

"Lepaskan! Aku sudah tidak ingin berhubungan dengan wanita sepertimu lagi! Enyah kau dari hadapanku!" Ia menghentakkan kakinya dengan keras hingga mendorong Dara sampai terjatuh.

"Mas! Kenapa kamu seperti ini padaku!" ujar Dara sembari menitihkan air mata dan menatap ke arah Rendra.

"Karena kamu hanya wanita murahan yang bisa kuperalat!"

DEG!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status