Hari di mana ia mendapatkan client terakhirnya, Dara berdandan dengan sangat cantik agar clientnya merasa terpuaskan, siapa tahu ia juga diberi tip karena servisnya yang baik. Ia menaiki lift hotel bintang lima, dan terlihat tiap-tiap ruangannya yang begitu mewah dan megah. Pantas saja kekasihnya dapat gaji yang besar, clientnya saja kaya raya seperti ini.
Ia memasuki kamar 505, di mana clientnya berada. Ia baru pertama kali mendapatkan client yang seperti ini, jantungnya cukup berdegup kencang dan merasa canggung, karena ia hanya mengenakan rok mini berwarna hitam, singlet hitam, lalu ditutup dengan jaket jeans berwarna birunya. Ia semakin gugup ketika ia sudah menekan bel kamar."Aduh, dandananku norak tidak, ya? Aku takut jika tidak cocok dengannya," batin Dara sembari menata rambutnya dan menggerai rambutnya ke sebelah kanan dadanya.Hingga terdengar suara engsel pintu yang telah terbuka. Perlahan memunculkan wajah seorang pria muda dan tampan. Tidak seperti biasanya, client kali ini terlihat masih muda, wajahnya juga sangat tampan meskipun terlihat sangat ketus."Masuklah," pinta pria itu.Dara menelan salivanya, sembari masuk ke dalam kamar hotel itu. Benar saja, di dalamnya sudah seperti apartemen, karena ada dapur dan juga kamarnya begitu mewah. Ruangannya pun sangat luas. Nara duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu."Tunggu sebentar, aku harus mandi dulu," tutur pria itu."Mandi? Ngapain? Loh? Aku salah client ya?"Dara yang mendengar hal itu jelas terkejut bukan main, pasalnya biasanya orang-orang juga akan langsung menerkamnya ketika sudah sampai di dalam kamar. Pria satu ini? Justru membersihkan dirinya dulu sebelum melakukannya."Aku nggak salah client, 'kan?" batin Dara yang masih tidak percaya dengan hal ini dan terus mengulang-ulang pertanyaan yang sama.Ia pun segera memberi pesan kepada kekasihnya dan menanyakan hal yang sama dengan apa yang ada di benaknya. Sembari melihat-lihat ruangan yang cukup besar dengan berbagai barang mahal di dalamnya, pria itu tiba-tiba muncul di hadapan Dara dan sudah dengan pakaian yang bagus."Kemarilah," pinta pria itu dengan nada yang lembut.Aroma parfum yang begitu manis, menyeruak dalam hidung Dara. Sekejap, ia seakan terhipnotis dengan baunya itu, rasanya ia bisa jatuh cinta hanya dengan mencium bau parfumnya saja.Di dalam kamar, Dara melihat kamar sudah dihiasi dengan berbagai macam hiasan, seperti dekorasi saat honeymoon. Bahkan ada bunga mawar yang ditaburkan di atas ranjang. Ia semakin tidak percaya dengan apa yang ia dapatkan saat ini."Kau Dara, bukan?" tanya pria itu yang sudah duduk di atas kasur dengan kerah kemeja yang terbuka lebar hingga terlihat dada bidangnya itu."Iya, kau Nathan, bukan? Clientku?" tanya Dara yang masih ragu."Iya, betul. Kemarilah."Dara melepas tasnya dan meletakannya di kursi panjang yang ada di kamar. Ia diminta untuk duduk di pangkuan Nathan."Maaf ya, mungkin aku tidak seperti yang lainnya. Aku hanya bisa melakukannya perlahan, jadi, kau boleh langsung melepaskanku ketika cara mainku sudah tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan." Nathan memperingatkan Dara terlebih dahulu, sepertinya ia juga sudah banyak pengalaman tentang ini.Dara hanya menganggukkan kepalanya saja, dan menerima sentuhan lembut dari Nathan. Pria itu justru melihat Dara dengan tatapan mata yang iba. Nathan menggendong Dara, meletakannya di kasur hingga kini Nathan berada di atas tubuh Dara. Ia melihat wanita itu begitu cantik, dan dia juga terlihat sopan dan baik."Mengapa wanita seperti ini bisa terjun ke dalam dunia yang gelap begini?" batin Nathan yang melihat kecantikan dari wanita itu.Dara yang sedari tadi diperhatikan terus menerus, justru membuatnya semakin malu dan tidak tahan lagi. Nathan melihat gelagat Dara yang terlihat sudah tidak tahan lagi. Dengan perlahan, Nathan membuka seluruh pakaian Dara, dan memainkan seluruh bagian sensitifnya.Seiring dengan berjalannya pemanasan yang mereka lakukan, pada akhirnya mereka pun melakukan hubungan panas di atas ranjang tersebut. Dara yang terbiasa dengan gerakan yang cepat, justru merasa heran dengan Nathan yang memperlakukannya dengan sangat lembut, Dara menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan ini. Tubuhnya terasa panas dan geli semua.Pria di atas Dara mempercepat gerakannya tapi masih terasa sangat lembut bagi Dara. Hingga mereka pun sampai di puncak kepuasan, dan erangan mereka terdengar ke seluruh kamar ini. Tubuh Dara bergetar hebat hanya karena menikmati kelembutan dan sentuhan kecil yang diberikan oleh pria itu.Tugas mereka sudah selesai, Nathan berbaring di sebelah Dara dan menghela nafas panjang. Nafasnya sedikit terengah-engah, dan keringat yang keluar dari seluruh tubuhnya itu membuat Nathan terlihat semakin ganteng.Dara sedikit ingin tahu perihal orang kaya yang ada di sebelahnya itu."Kau, bukan pertama kali melakukan ini, 'kan?" tanya Dara yang mulai ingin tahu."Tentu tidak. Kau orang kesekian yang sudah kujamah," jawab Nathan tanpa melihat wajah Dara dan menutup kedua matanya dengan lengannya."Sungguh? Gerakanmu aneh, lambat," tukas Dara dengan jujur."Hah? Maksud kamu? Tentu saja, aku tidak ingin sama-sama menguras tenaga, jadi aku melakukannya perlahan tapi pasti," ucap Nathan."Pasti apa?" tanya Dara yang tidak paham dengan percakapan mereka itu.Nathan melihat wajah Dara, dan menatap matanya dengan tajam sembari berucap, "Pasti keluar." Ia menjulurkan lidahnya seakan meledek Dara.Ia memang merasa mencapai klimaks dengan sangat cepat, padahal biasanya baru bisa tercapai satu jam, bahkan dua jam, pria ini mengerikan."Lalu, kau sendiri? Mengapa mau bekerja seperti ini?" tanya Nathan yang juga penasaran dengan wanita itu."Karena aku menyayangi kekasihku, dan aku akan menikah dengannya suatu saat nanti dengan uang ini, uang yang sudah kami kumpulkan berdua," ujar Dara dengan bangga."Kau kekasihnya Rendra?" kejut Nathan dan langsung miring ke arah Dara."Iya, ada yang salah?" tanya Dara.Nathan memang tidak bisa menjelaskan semuanya, karena mau bagaimana pun, Rendra juga merupakan teman baik Nathan."Dia melakukan hal seperti ini?" batin Nathan yang masih terkejut."Lain kali, jangan mau. Bahagiakanlah dirimu sendiri dulu, uang kalian? Kalian sungguh menikmati uang yang kau hasilkan ini berdua?" tanya Nathan."Hah? Apa maksudmu?" Dara yang memang berpikir lama, justru tidak mengerti dengan ucapan Nathan.Nathan menghela nafas panjang dan beranjak dari tidurnya, membuat Dara ikut beranjak dan bersandar di kasur sembari menutup tubuhnya dengan selimut.Nathan mendekatkan wajahnya sampai bibirnya dan bibir wanita itu saling menempel dengan lembut, hingga membuat mata Dara membulat sempurna dan sempat terkejut bukan main. Ketika Nathan menjauh dari wajah Dara, ia mengusap rambut Dara perlahan."Tubuhmu indah, jangan dikorbankan lagi," ucap Nathan.Nara berjalan menelusuri lobby hotel dan segera keluar dari hotel tersebut. Ia memutuskan untuk segera pergi setelah pekerjaannya dirasa sudah selesai dan mendapatkan banyak uang.Nathan memberikan uang cash sebanyak 20 juta, lalu ia meminta Dara untuk menyimpan 10 juta yang langsung ia kirimkan ke rekening Dara. Itu adalah uang paling banyak yang ia dapatkan. Selama ini ia hanya mendapatkan ratusan ribu, bahkan paling banyak mungkin dua sampai lima juta, kali ini ia mendapatkan uang lebih banyak dari biasanya dan sangat percaya diri dengan uang ini ia jelas bisa menikahi kekasihnya itu."Uang tipnya juga banyak banget! Benar-benar pria tajir!" gumam Dara sembari mengingat saldo di rekeningnya yang semakin bertambah banyak.Ia sempat mengingat kejadian di mana Nathan melontarkan kata-kata yang membuat pipinya merah."Jangan korbankan tubuhku?" gumam Dara.Mengingat ucapan itu saja sudah membuat Dara tidak tahan ingin berteriak. Bahkan berandai-andai jika Nathan adalah kekasihnya, past
"Sejak kapan kamu dengan wanita itu?" Dara beranjak dari kasur dan berdiri menatap mata Rendra tanpa rasa ragu sedikitpun."Tiga tahun lalu," jawab Rendra dengan mudahnya. Sedangkan Dara jelas tidak terima pengkhianatan ini."Tiga tahun kamu berselingkuh dariku, Mas? Kenapa? Aku melakukannya buat kamu, 'kan?" tanya Dara sembari menepuk dadanya sendiri agar Rendra bisa melihat Dara yang sudah berkorban sejauh ini."Tujuh tahun denganmu, hanya buang-buang waktu saja. Sikapmu bahkan belum dewasa, masih sama saja seperti dulu. Terlebih, kamu juga mudah sekali disentuh oleh pria lain selain aku, mengapa tak kau tolak sekali saja permintaanku? Jika kau menolaknya mungkin tidak begini akhirnya," elak Rendra dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali."Lantas, jika kutolak, kau pasti akan meninggalkanku, bukan? Kamu hanya perlu bilang padaku untuk tidak melakukan hal seperti ini, bukan? Mengapa kau justru memanfaatkan tubuhku? Otak dan hatimu di mana, Mas?" Dara menunjuk dada Rendra dan
Dara masih merasa kesal, tatkala Rendra mencampakannya begitu saja. Air mata tak ada henti-hentinya mengalir dari matanya. Ia ingat betul, banyak sekali kenangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Dara sampai dia tidak mementingkan hal itu. Namun, yang Rendra lakukan sudah sangat keterlaluan."Tega sekali dia melakukan hal seperti ini kepadaku. Padahal aku melakukan semuanya untuknya," tandas Dara.Ia meringkuk di kasur dan hanya bisa memeluk lututnya sembari menangis sesenggukkan. Banyak hal yang ia sesali, seandainya dia selalu cek ponselnya setiap saat, seandainya ia tidak menjual tubuhnya, seandainya ia tidak mengenal Rendra sejak awal. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi."Ah! Aku tidak boleh lemah begini! Aku harus kuat menghadapi semua ini." Dara langsung beranjak dan duduk bersandar di kasur. "Ia bisa seenaknya menghancurkan hidupku, aku juga bisa melakukan hal yang sama kepadanya. Menghancurkan hidup seseorang sangatlah mudah, bukan?" gumam Dara se
Selepas pergi dari pernikahan Rendra, Dara memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan minum di bar miliknya sendiri. Ia ingin menenangkan pikirannya dengan beberapa botol minuman setan agar pikirannya sedikit lega.Dara begitu dihormati di bar tersebut, dan terkenal dengan kebaikan yang ia lakukan kepada karyawannya, ia tidak pernah memaki, bahkan memarahi karyawannya. Semuanya juga tahu jika Dara adalah seorang wanita hebat sampai mampu membuka bar untuk mencukupi kehidupannya.Kini, semuanya terasa sia-sia di dalam hidup Dara, karena sudah tidak ada lagi yang membuatnya semangat bekerja selain Rendra. Dikhianati dan cintanya menjadi boomerang sendiri untuk kehidupannya, ia merasa hancur tatkala Rendra meninggalkan Dara dengan tanpa perasaan."Bu, anda sudah terlalu banyak minum. Mau saya antarkan ke dalam kamar?" tanya seorang bartender yang berada di hadapannya dan melihat bosnya mabuk-mabukan."Ah! Tidak perlu! Kau lakukan saja pekerjaanmu, aku akan melakukan pe
Dara tak bisa membuka matanya, sangat berat sekali untuknya meskipun ia mendengar seseorang yang berada di sekitarnya. Namun, tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Ia ingat, terakhir ia tak sadarkan diri setelah dicekik sekuat tenaga oleh Rendra, selepas itu sudah tidak ingat apa-apa lagi."Haruskah kita membawanya pulang?" tanya seorang wanita yang berada di dalam ruangan yang sama dengan Dara. Ia tahu betul siapa yang bicara begitu. Suaranya tidak asing lagi."Jangan, biarkan saja dia di sini. Sebentar lagi aku yakin dia akan sembuh, dan pria tadi juga sepertinya akan menjaga Dara dengan baik." Seorang pria juga ada di dalam.Dara segera berusaha untuk membuka matanya, meskipun sangat berat, dan tenggorokannya begitu sakit. Hingga ia berhasil menggerakkan jari jemarinya perlahan."Dara? Kau sudah sadar? Dokter! Dokter!"Wanita itu memanggil dokter ketika tahu Dara sudah membuka matanya dan melihat kedua orang tuanya berada di hadapannya.Beberapa
"Maksud ibu, Rendra yang membawaku?" tanya Dara yang masih tidak percaya dengan ucapan ibunya."Bukan! Bukan Rendra, dia pria tinggi, tanpa kacamata, dan wajahnya sedikit judes!" jelas ibunya sembari menggaruk belakang kepalanya sendiri dan mengingat-ingat ketika bertemu dengan pria itu."Siapa dong?" tanya Dara yang justru keheranan dan tidak kepikiran perihal siapa yang membawanya ke rumah sakit ini."Tapi dia sangat ramah, ibu tidak sempat bicara banyak padanya sih. Dia hanya berkata bahwa ia sudah membayarkan seluruh biaya rumah sakitnya," urai ibu dan mengingat kebaikan yang ia berikan kepada keluarganya itu. "Kamu tidak kenal?" tanya ibunya lagi dan lagi."Tidak, Bu." Dara sama sekali tidak tahu siapa pria itu. Alhasil ia hanya menduga-duga saja."Ya sudah, kamu tidur saja. Tidak usah pikirkan hal lain lagi. Anggap saja pria yang tadi adalah malaikat untukmu. Lagipula, jika jodoh sudah pasti bertemu lagi kok," tukas ibunya Dara sembari membantu menarik selimut ke seluruh tu
Sudah cukup lama Dara berada di rumah sakit, sudah waktunya untuk keluar dari tempat itu dan kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Hanya saja, kali ini akan cukup berbeda dari kehidupan sebelumnya. Mengingat ia belum bisa bersentuhan dengan pria, menatap saja ia sudah takut. Kira-kira di mana ia akan bisa hidup tenang jika traumanya terus menerus bertambah.Ia merasa, bahwa dunia ini sudah tidak ramah lagi dengannya. Sudah tidak lagi menginginkannya untuk memijakkan kaki, hingga kini ia merasa sendiri dan terasingkan."Dara, kamu yakin nggak mau pulang ke rumah ibu?" tanya ibu yang mulai khawatir dengan anak tunggalnya itu."Tidak, Bu. Pekerjaanku sudah banyak di sini, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Lagipula, aku bisa hidup sendiri kok," tutur Dara kepada ibunya yang mengantarkannya sampai di luar rumah sakit dan Dara pulang dengan menggunakan taxi."Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung hubungi kami ya. Jangan sungkan, atau jika ada yang meng
Di dalam kamar, Dara tengah merenungi hidupnya yang penuh dengan penderitaan. Selama ini ia menahan diri agar tidak terlalu larut dalam sebuah masalah, terutama cinta. Hal yang paling membuatnya sedih, adalah ketika orang tuanya sudah menginginkan untuk menikah, namun, Dara tidak bisa mengabulkan permintaan mereka berdua. Padahal ia sendiri sudah berjanji untuk menikah secepatnya. Ternyata takdir sedang bermain-main dengannya."Sudahlah, aku tidak boleh menyesali apa yang sudah terjadi. Aku pasti akan membalaskan dendamku agar ia juga merasakan hal yang sama denganku. Jika ia masih sering berada di dekat sini, mungkin aku akan pindah dari apartemen ini dan mencari tempat yang lebih bagus dan aman tentunya," gumam Dara perlahan.Seperti yang ia lihat, ternyata Rendra sudah seperti psikopat yang akan membunuhnya. Mana mungkin Dara akan hidup tenang jika Rendra terus menerus meminta untuk dibersihkan namanya. Bagi Dara, itu adalah hal yang kekanak-kanakan dan lebay.Dara