Hari di mana ia mendapatkan client terakhirnya, Dara berdandan dengan sangat cantik agar clientnya merasa terpuaskan, siapa tahu ia juga diberi tip karena servisnya yang baik. Ia menaiki lift hotel bintang lima, dan terlihat tiap-tiap ruangannya yang begitu mewah dan megah. Pantas saja kekasihnya dapat gaji yang besar, clientnya saja kaya raya seperti ini.
Ia memasuki kamar 505, di mana clientnya berada. Ia baru pertama kali mendapatkan client yang seperti ini, jantungnya cukup berdegup kencang dan merasa canggung, karena ia hanya mengenakan rok mini berwarna hitam, singlet hitam, lalu ditutup dengan jaket jeans berwarna birunya. Ia semakin gugup ketika ia sudah menekan bel kamar."Aduh, dandananku norak tidak, ya? Aku takut jika tidak cocok dengannya," batin Dara sembari menata rambutnya dan menggerai rambutnya ke sebelah kanan dadanya.Hingga terdengar suara engsel pintu yang telah terbuka. Perlahan memunculkan wajah seorang pria muda dan tampan. Tidak seperti biasanya, client kali ini terlihat masih muda, wajahnya juga sangat tampan meskipun terlihat sangat ketus."Masuklah," pinta pria itu.Dara menelan salivanya, sembari masuk ke dalam kamar hotel itu. Benar saja, di dalamnya sudah seperti apartemen, karena ada dapur dan juga kamarnya begitu mewah. Ruangannya pun sangat luas. Nara duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu."Tunggu sebentar, aku harus mandi dulu," tutur pria itu."Mandi? Ngapain? Loh? Aku salah client ya?"Dara yang mendengar hal itu jelas terkejut bukan main, pasalnya biasanya orang-orang juga akan langsung menerkamnya ketika sudah sampai di dalam kamar. Pria satu ini? Justru membersihkan dirinya dulu sebelum melakukannya."Aku nggak salah client, 'kan?" batin Dara yang masih tidak percaya dengan hal ini dan terus mengulang-ulang pertanyaan yang sama.Ia pun segera memberi pesan kepada kekasihnya dan menanyakan hal yang sama dengan apa yang ada di benaknya. Sembari melihat-lihat ruangan yang cukup besar dengan berbagai barang mahal di dalamnya, pria itu tiba-tiba muncul di hadapan Dara dan sudah dengan pakaian yang bagus."Kemarilah," pinta pria itu dengan nada yang lembut.Aroma parfum yang begitu manis, menyeruak dalam hidung Dara. Sekejap, ia seakan terhipnotis dengan baunya itu, rasanya ia bisa jatuh cinta hanya dengan mencium bau parfumnya saja.Di dalam kamar, Dara melihat kamar sudah dihiasi dengan berbagai macam hiasan, seperti dekorasi saat honeymoon. Bahkan ada bunga mawar yang ditaburkan di atas ranjang. Ia semakin tidak percaya dengan apa yang ia dapatkan saat ini."Kau Dara, bukan?" tanya pria itu yang sudah duduk di atas kasur dengan kerah kemeja yang terbuka lebar hingga terlihat dada bidangnya itu."Iya, kau Nathan, bukan? Clientku?" tanya Dara yang masih ragu."Iya, betul. Kemarilah."Dara melepas tasnya dan meletakannya di kursi panjang yang ada di kamar. Ia diminta untuk duduk di pangkuan Nathan."Maaf ya, mungkin aku tidak seperti yang lainnya. Aku hanya bisa melakukannya perlahan, jadi, kau boleh langsung melepaskanku ketika cara mainku sudah tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan." Nathan memperingatkan Dara terlebih dahulu, sepertinya ia juga sudah banyak pengalaman tentang ini.Dara hanya menganggukkan kepalanya saja, dan menerima sentuhan lembut dari Nathan. Pria itu justru melihat Dara dengan tatapan mata yang iba. Nathan menggendong Dara, meletakannya di kasur hingga kini Nathan berada di atas tubuh Dara. Ia melihat wanita itu begitu cantik, dan dia juga terlihat sopan dan baik."Mengapa wanita seperti ini bisa terjun ke dalam dunia yang gelap begini?" batin Nathan yang melihat kecantikan dari wanita itu.Dara yang sedari tadi diperhatikan terus menerus, justru membuatnya semakin malu dan tidak tahan lagi. Nathan melihat gelagat Dara yang terlihat sudah tidak tahan lagi. Dengan perlahan, Nathan membuka seluruh pakaian Dara, dan memainkan seluruh bagian sensitifnya.Seiring dengan berjalannya pemanasan yang mereka lakukan, pada akhirnya mereka pun melakukan hubungan panas di atas ranjang tersebut. Dara yang terbiasa dengan gerakan yang cepat, justru merasa heran dengan Nathan yang memperlakukannya dengan sangat lembut, Dara menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan ini. Tubuhnya terasa panas dan geli semua.Pria di atas Dara mempercepat gerakannya tapi masih terasa sangat lembut bagi Dara. Hingga mereka pun sampai di puncak kepuasan, dan erangan mereka terdengar ke seluruh kamar ini. Tubuh Dara bergetar hebat hanya karena menikmati kelembutan dan sentuhan kecil yang diberikan oleh pria itu.Tugas mereka sudah selesai, Nathan berbaring di sebelah Dara dan menghela nafas panjang. Nafasnya sedikit terengah-engah, dan keringat yang keluar dari seluruh tubuhnya itu membuat Nathan terlihat semakin ganteng.Dara sedikit ingin tahu perihal orang kaya yang ada di sebelahnya itu."Kau, bukan pertama kali melakukan ini, 'kan?" tanya Dara yang mulai ingin tahu."Tentu tidak. Kau orang kesekian yang sudah kujamah," jawab Nathan tanpa melihat wajah Dara dan menutup kedua matanya dengan lengannya."Sungguh? Gerakanmu aneh, lambat," tukas Dara dengan jujur."Hah? Maksud kamu? Tentu saja, aku tidak ingin sama-sama menguras tenaga, jadi aku melakukannya perlahan tapi pasti," ucap Nathan."Pasti apa?" tanya Dara yang tidak paham dengan percakapan mereka itu.Nathan melihat wajah Dara, dan menatap matanya dengan tajam sembari berucap, "Pasti keluar." Ia menjulurkan lidahnya seakan meledek Dara.Ia memang merasa mencapai klimaks dengan sangat cepat, padahal biasanya baru bisa tercapai satu jam, bahkan dua jam, pria ini mengerikan."Lalu, kau sendiri? Mengapa mau bekerja seperti ini?" tanya Nathan yang juga penasaran dengan wanita itu."Karena aku menyayangi kekasihku, dan aku akan menikah dengannya suatu saat nanti dengan uang ini, uang yang sudah kami kumpulkan berdua," ujar Dara dengan bangga."Kau kekasihnya Rendra?" kejut Nathan dan langsung miring ke arah Dara."Iya, ada yang salah?" tanya Dara.Nathan memang tidak bisa menjelaskan semuanya, karena mau bagaimana pun, Rendra juga merupakan teman baik Nathan."Dia melakukan hal seperti ini?" batin Nathan yang masih terkejut."Lain kali, jangan mau. Bahagiakanlah dirimu sendiri dulu, uang kalian? Kalian sungguh menikmati uang yang kau hasilkan ini berdua?" tanya Nathan."Hah? Apa maksudmu?" Dara yang memang berpikir lama, justru tidak mengerti dengan ucapan Nathan.Nathan menghela nafas panjang dan beranjak dari tidurnya, membuat Dara ikut beranjak dan bersandar di kasur sembari menutup tubuhnya dengan selimut.Nathan mendekatkan wajahnya sampai bibirnya dan bibir wanita itu saling menempel dengan lembut, hingga membuat mata Dara membulat sempurna dan sempat terkejut bukan main. Ketika Nathan menjauh dari wajah Dara, ia mengusap rambut Dara perlahan."Tubuhmu indah, jangan dikorbankan lagi," ucap Nathan.Nara berjalan menelusuri lobby hotel dan segera keluar dari hotel tersebut. Ia memutuskan untuk segera pergi setelah pekerjaannya dirasa sudah selesai dan mendapatkan banyak uang.Nathan memberikan uang cash sebanyak 20 juta, lalu ia meminta Dara untuk menyimpan 10 juta yang langsung ia kirimkan ke rekening Dara. Itu adalah uang paling banyak yang ia dapatkan. Selama ini ia hanya mendapatkan ratusan ribu, bahkan paling banyak mungkin dua sampai lima juta, kali ini ia mendapatkan uang lebih banyak dari biasanya dan sangat percaya diri dengan uang ini ia jelas bisa menikahi kekasihnya itu."Uang tipnya juga banyak banget! Benar-benar pria tajir!" gumam Dara sembari mengingat saldo di rekeningnya yang semakin bertambah banyak.Ia sempat mengingat kejadian di mana Nathan melontarkan kata-kata yang membuat pipinya merah."Jangan korbankan tubuhku?" gumam Dara.Mengingat ucapan itu saja sudah membuat Dara tidak tahan ingin berteriak. Bahkan berandai-andai jika Nathan adalah kekasihnya, past
"Sejak kapan kamu dengan wanita itu?" Dara beranjak dari kasur dan berdiri menatap mata Rendra tanpa rasa ragu sedikitpun."Tiga tahun lalu," jawab Rendra dengan mudahnya. Sedangkan Dara jelas tidak terima pengkhianatan ini."Tiga tahun kamu berselingkuh dariku, Mas? Kenapa? Aku melakukannya buat kamu, 'kan?" tanya Dara sembari menepuk dadanya sendiri agar Rendra bisa melihat Dara yang sudah berkorban sejauh ini."Tujuh tahun denganmu, hanya buang-buang waktu saja. Sikapmu bahkan belum dewasa, masih sama saja seperti dulu. Terlebih, kamu juga mudah sekali disentuh oleh pria lain selain aku, mengapa tak kau tolak sekali saja permintaanku? Jika kau menolaknya mungkin tidak begini akhirnya," elak Rendra dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali."Lantas, jika kutolak, kau pasti akan meninggalkanku, bukan? Kamu hanya perlu bilang padaku untuk tidak melakukan hal seperti ini, bukan? Mengapa kau justru memanfaatkan tubuhku? Otak dan hatimu di mana, Mas?" Dara menunjuk dada Rendra dan
Dara masih merasa kesal, tatkala Rendra mencampakannya begitu saja. Air mata tak ada henti-hentinya mengalir dari matanya. Ia ingat betul, banyak sekali kenangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Dara sampai dia tidak mementingkan hal itu. Namun, yang Rendra lakukan sudah sangat keterlaluan."Tega sekali dia melakukan hal seperti ini kepadaku. Padahal aku melakukan semuanya untuknya," tandas Dara.Ia meringkuk di kasur dan hanya bisa memeluk lututnya sembari menangis sesenggukkan. Banyak hal yang ia sesali, seandainya dia selalu cek ponselnya setiap saat, seandainya ia tidak menjual tubuhnya, seandainya ia tidak mengenal Rendra sejak awal. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi."Ah! Aku tidak boleh lemah begini! Aku harus kuat menghadapi semua ini." Dara langsung beranjak dan duduk bersandar di kasur. "Ia bisa seenaknya menghancurkan hidupku, aku juga bisa melakukan hal yang sama kepadanya. Menghancurkan hidup seseorang sangatlah mudah, bukan?" gumam Dara se
Selepas pergi dari pernikahan Rendra, Dara memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan minum di bar miliknya sendiri. Ia ingin menenangkan pikirannya dengan beberapa botol minuman setan agar pikirannya sedikit lega.Dara begitu dihormati di bar tersebut, dan terkenal dengan kebaikan yang ia lakukan kepada karyawannya, ia tidak pernah memaki, bahkan memarahi karyawannya. Semuanya juga tahu jika Dara adalah seorang wanita hebat sampai mampu membuka bar untuk mencukupi kehidupannya.Kini, semuanya terasa sia-sia di dalam hidup Dara, karena sudah tidak ada lagi yang membuatnya semangat bekerja selain Rendra. Dikhianati dan cintanya menjadi boomerang sendiri untuk kehidupannya, ia merasa hancur tatkala Rendra meninggalkan Dara dengan tanpa perasaan."Bu, anda sudah terlalu banyak minum. Mau saya antarkan ke dalam kamar?" tanya seorang bartender yang berada di hadapannya dan melihat bosnya mabuk-mabukan."Ah! Tidak perlu! Kau lakukan saja pekerjaanmu, aku akan melakukan pe
Dara tak bisa membuka matanya, sangat berat sekali untuknya meskipun ia mendengar seseorang yang berada di sekitarnya. Namun, tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Ia ingat, terakhir ia tak sadarkan diri setelah dicekik sekuat tenaga oleh Rendra, selepas itu sudah tidak ingat apa-apa lagi."Haruskah kita membawanya pulang?" tanya seorang wanita yang berada di dalam ruangan yang sama dengan Dara. Ia tahu betul siapa yang bicara begitu. Suaranya tidak asing lagi."Jangan, biarkan saja dia di sini. Sebentar lagi aku yakin dia akan sembuh, dan pria tadi juga sepertinya akan menjaga Dara dengan baik." Seorang pria juga ada di dalam.Dara segera berusaha untuk membuka matanya, meskipun sangat berat, dan tenggorokannya begitu sakit. Hingga ia berhasil menggerakkan jari jemarinya perlahan."Dara? Kau sudah sadar? Dokter! Dokter!"Wanita itu memanggil dokter ketika tahu Dara sudah membuka matanya dan melihat kedua orang tuanya berada di hadapannya.Beberapa
"Maksud ibu, Rendra yang membawaku?" tanya Dara yang masih tidak percaya dengan ucapan ibunya."Bukan! Bukan Rendra, dia pria tinggi, tanpa kacamata, dan wajahnya sedikit judes!" jelas ibunya sembari menggaruk belakang kepalanya sendiri dan mengingat-ingat ketika bertemu dengan pria itu."Siapa dong?" tanya Dara yang justru keheranan dan tidak kepikiran perihal siapa yang membawanya ke rumah sakit ini."Tapi dia sangat ramah, ibu tidak sempat bicara banyak padanya sih. Dia hanya berkata bahwa ia sudah membayarkan seluruh biaya rumah sakitnya," urai ibu dan mengingat kebaikan yang ia berikan kepada keluarganya itu. "Kamu tidak kenal?" tanya ibunya lagi dan lagi."Tidak, Bu." Dara sama sekali tidak tahu siapa pria itu. Alhasil ia hanya menduga-duga saja."Ya sudah, kamu tidur saja. Tidak usah pikirkan hal lain lagi. Anggap saja pria yang tadi adalah malaikat untukmu. Lagipula, jika jodoh sudah pasti bertemu lagi kok," tukas ibunya Dara sembari membantu menarik selimut ke seluruh tu
Sudah cukup lama Dara berada di rumah sakit, sudah waktunya untuk keluar dari tempat itu dan kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Hanya saja, kali ini akan cukup berbeda dari kehidupan sebelumnya. Mengingat ia belum bisa bersentuhan dengan pria, menatap saja ia sudah takut. Kira-kira di mana ia akan bisa hidup tenang jika traumanya terus menerus bertambah.Ia merasa, bahwa dunia ini sudah tidak ramah lagi dengannya. Sudah tidak lagi menginginkannya untuk memijakkan kaki, hingga kini ia merasa sendiri dan terasingkan."Dara, kamu yakin nggak mau pulang ke rumah ibu?" tanya ibu yang mulai khawatir dengan anak tunggalnya itu."Tidak, Bu. Pekerjaanku sudah banyak di sini, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Lagipula, aku bisa hidup sendiri kok," tutur Dara kepada ibunya yang mengantarkannya sampai di luar rumah sakit dan Dara pulang dengan menggunakan taxi."Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung hubungi kami ya. Jangan sungkan, atau jika ada yang meng
Di dalam kamar, Dara tengah merenungi hidupnya yang penuh dengan penderitaan. Selama ini ia menahan diri agar tidak terlalu larut dalam sebuah masalah, terutama cinta. Hal yang paling membuatnya sedih, adalah ketika orang tuanya sudah menginginkan untuk menikah, namun, Dara tidak bisa mengabulkan permintaan mereka berdua. Padahal ia sendiri sudah berjanji untuk menikah secepatnya. Ternyata takdir sedang bermain-main dengannya."Sudahlah, aku tidak boleh menyesali apa yang sudah terjadi. Aku pasti akan membalaskan dendamku agar ia juga merasakan hal yang sama denganku. Jika ia masih sering berada di dekat sini, mungkin aku akan pindah dari apartemen ini dan mencari tempat yang lebih bagus dan aman tentunya," gumam Dara perlahan.Seperti yang ia lihat, ternyata Rendra sudah seperti psikopat yang akan membunuhnya. Mana mungkin Dara akan hidup tenang jika Rendra terus menerus meminta untuk dibersihkan namanya. Bagi Dara, itu adalah hal yang kekanak-kanakan dan lebay.Dara
Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,