Share

Bab 2. Sentuhan Lembut Orang Lain

Hari di mana ia mendapatkan client terakhirnya, Dara berdandan dengan sangat cantik agar clientnya merasa terpuaskan, siapa tahu ia juga diberi tip karena servisnya yang baik. Ia menaiki lift hotel bintang lima, dan terlihat tiap-tiap ruangannya yang begitu mewah dan megah. Pantas saja kekasihnya dapat gaji yang besar, clientnya saja kaya raya seperti ini.

Ia memasuki kamar 505, di mana clientnya berada. Ia baru pertama kali mendapatkan client yang seperti ini, jantungnya cukup berdegup kencang dan merasa canggung, karena ia hanya mengenakan rok mini berwarna hitam, singlet hitam, lalu ditutup dengan jaket jeans berwarna birunya. Ia semakin gugup ketika ia sudah menekan bel kamar.

"Aduh, dandananku norak tidak, ya? Aku takut jika tidak cocok dengannya," batin Dara sembari menata rambutnya dan menggerai rambutnya ke sebelah kanan dadanya.

Hingga terdengar suara engsel pintu yang telah terbuka. Perlahan memunculkan wajah seorang pria muda dan tampan. Tidak seperti biasanya, client kali ini terlihat masih muda, wajahnya juga sangat tampan meskipun terlihat sangat ketus.

"Masuklah," pinta pria itu.

Dara menelan salivanya, sembari masuk ke dalam kamar hotel itu. Benar saja, di dalamnya sudah seperti apartemen, karena ada dapur dan juga kamarnya begitu mewah. Ruangannya pun sangat luas. Nara duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu.

"Tunggu sebentar, aku harus mandi dulu," tutur pria itu.

"Mandi? Ngapain? Loh? Aku salah client ya?"

Dara yang mendengar hal itu jelas terkejut bukan main, pasalnya biasanya orang-orang juga akan langsung menerkamnya ketika sudah sampai di dalam kamar. Pria satu ini? Justru membersihkan dirinya dulu sebelum melakukannya.

"Aku nggak salah client, 'kan?" batin Dara yang masih tidak percaya dengan hal ini dan terus mengulang-ulang pertanyaan yang sama.

Ia pun segera memberi pesan kepada kekasihnya dan menanyakan hal yang sama dengan apa yang ada di benaknya. Sembari melihat-lihat ruangan yang cukup besar dengan berbagai barang mahal di dalamnya, pria itu tiba-tiba muncul di hadapan Dara dan sudah dengan pakaian yang bagus.

"Kemarilah," pinta pria itu dengan nada yang lembut.

Aroma parfum yang begitu manis, menyeruak dalam hidung Dara. Sekejap, ia seakan terhipnotis dengan baunya itu, rasanya ia bisa jatuh cinta hanya dengan mencium bau parfumnya saja.

Di dalam kamar, Dara melihat kamar sudah dihiasi dengan berbagai macam hiasan, seperti dekorasi saat honeymoon. Bahkan ada bunga mawar yang ditaburkan di atas ranjang. Ia semakin tidak percaya dengan apa yang ia dapatkan saat ini.

"Kau Dara, bukan?" tanya pria itu yang sudah duduk di atas kasur dengan kerah kemeja yang terbuka lebar hingga terlihat dada bidangnya itu.

"Iya, kau Nathan, bukan? Clientku?" tanya Dara yang masih ragu.

"Iya, betul. Kemarilah."

Dara melepas tasnya dan meletakannya di kursi panjang yang ada di kamar. Ia diminta untuk duduk di pangkuan Nathan.

"Maaf ya, mungkin aku tidak seperti yang lainnya. Aku hanya bisa melakukannya perlahan, jadi, kau boleh langsung melepaskanku ketika cara mainku sudah tidak sesuai dengan apa yang kamu inginkan." Nathan memperingatkan Dara terlebih dahulu, sepertinya ia juga sudah banyak pengalaman tentang ini.

Dara hanya menganggukkan kepalanya saja, dan menerima sentuhan lembut dari Nathan. Pria itu justru melihat Dara dengan tatapan mata yang iba. Nathan menggendong Dara, meletakannya di kasur hingga kini Nathan berada di atas tubuh Dara. Ia melihat wanita itu begitu cantik, dan dia juga terlihat sopan dan baik.

"Mengapa wanita seperti ini bisa terjun ke dalam dunia yang gelap begini?" batin Nathan yang melihat kecantikan dari wanita itu.

Dara yang sedari tadi diperhatikan terus menerus, justru membuatnya semakin malu dan tidak tahan lagi. Nathan melihat gelagat Dara yang terlihat sudah tidak tahan lagi. Dengan perlahan, Nathan membuka seluruh pakaian Dara, dan memainkan seluruh bagian sensitifnya.

Seiring dengan berjalannya pemanasan yang mereka lakukan, pada akhirnya mereka pun melakukan hubungan panas di atas ranjang tersebut. Dara yang terbiasa dengan gerakan yang cepat, justru merasa heran dengan Nathan yang memperlakukannya dengan sangat lembut, Dara menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan ini. Tubuhnya terasa panas dan geli semua.

Pria di atas Dara mempercepat gerakannya tapi masih terasa sangat lembut bagi Dara. Hingga mereka pun sampai di puncak kepuasan, dan erangan mereka terdengar ke seluruh kamar ini. Tubuh Dara bergetar hebat hanya karena menikmati kelembutan dan sentuhan kecil yang diberikan oleh pria itu.

Tugas mereka sudah selesai, Nathan berbaring di sebelah Dara dan menghela nafas panjang. Nafasnya sedikit terengah-engah, dan keringat yang keluar dari seluruh tubuhnya itu membuat Nathan terlihat semakin ganteng.

Dara sedikit ingin tahu perihal orang kaya yang ada di sebelahnya itu.

"Kau, bukan pertama kali melakukan ini, 'kan?" tanya Dara yang mulai ingin tahu.

"Tentu tidak. Kau orang kesekian yang sudah kujamah," jawab Nathan tanpa melihat wajah Dara dan menutup kedua matanya dengan lengannya.

"Sungguh? Gerakanmu aneh, lambat," tukas Dara dengan jujur.

"Hah? Maksud kamu? Tentu saja, aku tidak ingin sama-sama menguras tenaga, jadi aku melakukannya perlahan tapi pasti," ucap Nathan.

"Pasti apa?" tanya Dara yang tidak paham dengan percakapan mereka itu.

Nathan melihat wajah Dara, dan menatap matanya dengan tajam sembari berucap, "Pasti keluar." Ia menjulurkan lidahnya seakan meledek Dara.

Ia memang merasa mencapai klimaks dengan sangat cepat, padahal biasanya baru bisa tercapai satu jam, bahkan dua jam, pria ini mengerikan.

"Lalu, kau sendiri? Mengapa mau bekerja seperti ini?" tanya Nathan yang juga penasaran dengan wanita itu.

"Karena aku menyayangi kekasihku, dan aku akan menikah dengannya suatu saat nanti dengan uang ini, uang yang sudah kami kumpulkan berdua," ujar Dara dengan bangga.

"Kau kekasihnya Rendra?" kejut Nathan dan langsung miring ke arah Dara.

"Iya, ada yang salah?" tanya Dara.

Nathan memang tidak bisa menjelaskan semuanya, karena mau bagaimana pun, Rendra juga merupakan teman baik Nathan.

"Dia melakukan hal seperti ini?" batin Nathan yang masih terkejut.

"Lain kali, jangan mau. Bahagiakanlah dirimu sendiri dulu, uang kalian? Kalian sungguh menikmati uang yang kau hasilkan ini berdua?" tanya Nathan.

"Hah? Apa maksudmu?" Dara yang memang berpikir lama, justru tidak mengerti dengan ucapan Nathan.

Nathan menghela nafas panjang dan beranjak dari tidurnya, membuat Dara ikut beranjak dan bersandar di kasur sembari menutup tubuhnya dengan selimut.

Nathan mendekatkan wajahnya sampai bibirnya dan bibir wanita itu saling menempel dengan lembut, hingga membuat mata Dara membulat sempurna dan sempat terkejut bukan main. Ketika Nathan menjauh dari wajah Dara, ia mengusap rambut Dara perlahan.

"Tubuhmu indah, jangan dikorbankan lagi," ucap Nathan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status