Erangan seorang gadis menyelimuti seluruh ruangan kecil, pria itu begitu bahagia memainkan tubuh wanita yang ada di hadapannya itu. Berulang kali wanita tersebut merasakan geli di tubuhnya, bahkan keringat sudah bercucuran di seluruh tubuh wanita itu.
Hingga satu jam sudah waktu yang mereka lalui bersama di atas ranjang, permainan mereka usai dan sama-sama mencapai kenikmatan yang hebat. Pria bertubuh kekar itu pun tidur di sisi kekasihnya dengan nafas yang terengah-engah, merasa puas dan bahagia, wanita berambut panjang tersebut menutup tubuhnya yang masih berkeringat itu dengan selimut."Capek, Mas?" tanya Dara kepada kekasihnya itu dan mengusap rambut kekasihnya perlahan."Iya, Sayang. Maaf ya, aku sedang ingin sekali melakukanya hari ini. Pekerjaanku begitu berat," tandas pria itu sembari mengusap rambut Dara dengan lembut."Mas Rendra, kulihat hari ini wajahmu tidak terlalu bahagia, apa terjadi sesuatu?" tanya Dara kepada kekasihnya itu. Ia memiringkan tubuhnya hingga bisa melihat Rendra di sampingnya."Maaf ya ...," tutur Rendra sedikit bersedih, namun terlihat senyum di wajahnya mulai mengembang."Kenapa sih! Jangan bikin penasaran deh!" ketus Dara yang melancipkan bibirnya agar Rendra mau bercerita."Mas ngga bisa terus menerus sama kamu," tutur pria itu menjiwit pipi Dara."Loh? Maksudnya? Kok gitu, Mas?" Dara langsung membelalakkan matanya ketika kekasihnya berkata seperti itu."Iya, karena aku harus kembali bekerja!" Rendra menjulurkan lidahnya seakan mengajak Dara untuk bercanda. Yang sebenarnya, ia hanya tidak bisa mengungkapkannya secara langsung di depan kekasihnya.Dara memukul lengan Rendra dan tersenyum menanggapi ucapan pria itu. Sudah hampir tujuh tahun mereka berpacaran, dan usia mereka sudah menginjak 27 tahun. Hubungan terlama yang pernah Dara jalani, dan ia bahagia memiliki Rendra di sisinya."Dik, sebenarnya, mas ada permintaan terakhir untukmu." Rendra membuka pembicaraan baru dengan kekasihnya itu."Apa itu, Mas? Kenapa juga yang terakhir?" tanya Dara kepada Rendra dengan mengernyitkan jidatnya."Mas ada satu client yang mau membayar besar. Ini client terakhir, karena setelah itu mas tidak akan lagi menggunakan kamu sebagai ladang uang." Rendra memegang pipi kekasihnya dengan lembut."Sungguh? Kenapa, Mas? Mas udah nemu yang baru?" tanya Dara dengan sedikit cemas."Hush! Bukan begitu! Mas mau mulai merawat tubuhmu untuk mas sendiri. Mas tidak mau lagi membagikan tubuh indahmu itu kepada orang lain," pungkas Rendra sembari mengusap bibir Dara yang begitu merah merona dan sangat menggoda."Astaga," kejut Dara ketika kekasihnya berkata seperti itu. Ia sangat bahagia karena akhirnya kekasihnya mau fokus dengan kekasihnya.Sudah hampir lima tahun Dara selalu membantu kekasihnya mendapatkan uang dengan menjual tubuhnya sendiri, Rendra yang selalu mencarikan client untuk kekasihnya itu, dan hasilnya dibagi dua. Dara rela melakukan apapun demi kekasih yang sangat ia cintai. Pasalnya, ialah yang membuat Dara bangkit dari keterpurukan hidupnya."Maafkan aku, karena selama menjadi kekasihmu, aku hanya bisa merepotkanmu dan selalu saja bergantung kepada tubuhmu untuk mencari uang," ujar Rendra."Tidak apa-apa, Mas. Aku juga bahagia melakukannya demi kamu." Dara menyeka air mata yang hampir keluar dari ujung matanya."Jangan menangis, mas sayang kamu, Dik." Rendra mengecup kening Dara perlahan dan lembut.Dara tidak lagi menanyakan perihal apa maksud dari Rendra ketika ia berhubungan tadi, ia memilih untuk tidak membahas masalah tersebut. Lagipula, mungkin saja yang dimaksud Rendra juga ia akan memberikan Dara ke client terakhirnya dan tidak lagi menjual tubuhnya."Semoga memang benar apa yang diucapkan Mas Rendra, jika ia tidak akan lagi menjual tubuhku, dan memanfaatkannya sebagai ladang uangnya," batin Dara dengan penuh harap-harap cemas.Mereka pun memilih bermalam di hotel tersebut dan menghilangkan rasa rindu yang selama ini dirasakan oleh Dara karena pekerjaannya yang begitu padat sebagai pemilik bar. Hampir setiap minggu mereka menghabiskan waktu dengan bermalam berdua di hotel, selain mengurus bar, Dara juga sering sekali menerima pekerjaan dari Rendra untuk mendapatkan uang. Karena dengan tubuhnya, ia bisa mendapatkan nominal yang cukup besar.Awalnya, ia tidak mau jika harus melibatkan tubuhnya itu, karena mau bagaimanapun Rendra adalah orang pertama yang merenggut kesuciannya, ia tidak mau jika tubuhnya ternoda oleh orang lain. Namun, karena jerat hutang yang semakin banyak, dan membuat hidup Rendra kesusahan, Dara pun rela melakukan apa saja untuk membantu Rendra, meskipun harus dengan menjual tubuhnya sendiri.Hasilnya selalu mereka bagi dua, dan Dara selalu menabung uang itu untuk biaya nikah suatu hari nanti. Ia menginginkan sebuah hubungan yang serius sampai ke jenjang pernikahan, ia sudah memantapkan dirinya sendiri bersama dengan Rendra.Pagi harinya, karena mereka hanya menginap semalam saja, dan Rendra juga sudah harus pergi bekerja."Malam ini aku share lokasi ya, Dik. Mas janji, ini akan jadi yang terakhir," papar Rendra sembari membenarkan dasinya dan bersiap untuk pergi."Iya, Mas. Kamu nggak bisa lebih lama lagi di sini?" tanya Dara yang masih duduk di tempat tidur dan menikmati pagi yang indah."Nggak bisa, Sayang. Mas harus kerja hari ini, biar bisa nikah sama kamu," tutur pria itu.Dara hanya bisa mengerucutkan bibirnya, dan segera beranjak dari tempat tidurnya, lalu memeluk Rendra dengan erat dari belakang. Ia masih menginginkan semalam lagi bersama kekasihnya, karena mereka juga sangta jarang bertemu."Kapan kita seperti ini lagi, Mas? Aku tersiksa karena rindu." Dara mencium aroma parfum khas milik kekasihnya itu, yang jelas membuat gairahnya memuncak."Belum tahu, Sayang. Pokoknya, sabar ya, nggak lama kok."Rendra membalikkan badannya dan terlihat jelas tubuh indah wanitanya itu, ia mengusap rambut Dara dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Tiap kecupan yang diberikan oleh kekasihnya itu jelas membuatnya semakin jatuh cinta."Hati-hati, Mas. I love you," ucap Dara sembari melepaskan pelukannya itu."I love you too, Dik."Rendra pun segera pergi dari kamar tersebut, dan pergi untuk bekerja. Sebenarnya, Rendra merasa sangat bersalah karena telah memperlakukan kekasihnya dengan sangat tidak baik. Ia bahkan tidak mampu berkata yang sebenarnya kepada kekasihnya itu. Masih ada uang yang harus ia peras, client terakhir yang akan membuat hubungan mereka berpisah untuk selamanya.Sampai di lobby, terdapat satu panggilan masuk ke dalam ponselnya, Rendra tersenyum melihat nama di layar ponselnya itu."Hallo, Sayang. Ada apa telepon?" tanya Rendra.["Acara kita dua hari lagi, Mas. Kamu sudah siap, 'kan?"] tanya wanita yang ada di dalam panggilan tersebut."Tentu saja aku siap, Sayang. Kamu jangan khawatir ya, aku sudah melunasi semuanya," tutur Rendra sembari berjalan ke mobilnya.["Baiklah kalau begitu, semangat kerjanya, Sayang! I love you!"] tutur wanita itu."I love you too, Maya."Hari di mana ia mendapatkan client terakhirnya, Dara berdandan dengan sangat cantik agar clientnya merasa terpuaskan, siapa tahu ia juga diberi tip karena servisnya yang baik. Ia menaiki lift hotel bintang lima, dan terlihat tiap-tiap ruangannya yang begitu mewah dan megah. Pantas saja kekasihnya dapat gaji yang besar, clientnya saja kaya raya seperti ini.Ia memasuki kamar 505, di mana clientnya berada. Ia baru pertama kali mendapatkan client yang seperti ini, jantungnya cukup berdegup kencang dan merasa canggung, karena ia hanya mengenakan rok mini berwarna hitam, singlet hitam, lalu ditutup dengan jaket jeans berwarna birunya. Ia semakin gugup ketika ia sudah menekan bel kamar."Aduh, dandananku norak tidak, ya? Aku takut jika tidak cocok dengannya," batin Dara sembari menata rambutnya dan menggerai rambutnya ke sebelah kanan dadanya.Hingga terdengar suara engsel pintu yang telah terbuka. Perlahan memunculkan wajah seorang pria muda dan tampan. Tidak seperti biasanya, client kali
Nara berjalan menelusuri lobby hotel dan segera keluar dari hotel tersebut. Ia memutuskan untuk segera pergi setelah pekerjaannya dirasa sudah selesai dan mendapatkan banyak uang.Nathan memberikan uang cash sebanyak 20 juta, lalu ia meminta Dara untuk menyimpan 10 juta yang langsung ia kirimkan ke rekening Dara. Itu adalah uang paling banyak yang ia dapatkan. Selama ini ia hanya mendapatkan ratusan ribu, bahkan paling banyak mungkin dua sampai lima juta, kali ini ia mendapatkan uang lebih banyak dari biasanya dan sangat percaya diri dengan uang ini ia jelas bisa menikahi kekasihnya itu."Uang tipnya juga banyak banget! Benar-benar pria tajir!" gumam Dara sembari mengingat saldo di rekeningnya yang semakin bertambah banyak.Ia sempat mengingat kejadian di mana Nathan melontarkan kata-kata yang membuat pipinya merah."Jangan korbankan tubuhku?" gumam Dara.Mengingat ucapan itu saja sudah membuat Dara tidak tahan ingin berteriak. Bahkan berandai-andai jika Nathan adalah kekasihnya, past
"Sejak kapan kamu dengan wanita itu?" Dara beranjak dari kasur dan berdiri menatap mata Rendra tanpa rasa ragu sedikitpun."Tiga tahun lalu," jawab Rendra dengan mudahnya. Sedangkan Dara jelas tidak terima pengkhianatan ini."Tiga tahun kamu berselingkuh dariku, Mas? Kenapa? Aku melakukannya buat kamu, 'kan?" tanya Dara sembari menepuk dadanya sendiri agar Rendra bisa melihat Dara yang sudah berkorban sejauh ini."Tujuh tahun denganmu, hanya buang-buang waktu saja. Sikapmu bahkan belum dewasa, masih sama saja seperti dulu. Terlebih, kamu juga mudah sekali disentuh oleh pria lain selain aku, mengapa tak kau tolak sekali saja permintaanku? Jika kau menolaknya mungkin tidak begini akhirnya," elak Rendra dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali."Lantas, jika kutolak, kau pasti akan meninggalkanku, bukan? Kamu hanya perlu bilang padaku untuk tidak melakukan hal seperti ini, bukan? Mengapa kau justru memanfaatkan tubuhku? Otak dan hatimu di mana, Mas?" Dara menunjuk dada Rendra dan
Dara masih merasa kesal, tatkala Rendra mencampakannya begitu saja. Air mata tak ada henti-hentinya mengalir dari matanya. Ia ingat betul, banyak sekali kenangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh Dara sampai dia tidak mementingkan hal itu. Namun, yang Rendra lakukan sudah sangat keterlaluan."Tega sekali dia melakukan hal seperti ini kepadaku. Padahal aku melakukan semuanya untuknya," tandas Dara.Ia meringkuk di kasur dan hanya bisa memeluk lututnya sembari menangis sesenggukkan. Banyak hal yang ia sesali, seandainya dia selalu cek ponselnya setiap saat, seandainya ia tidak menjual tubuhnya, seandainya ia tidak mengenal Rendra sejak awal. Nasi sudah menjadi bubur, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi."Ah! Aku tidak boleh lemah begini! Aku harus kuat menghadapi semua ini." Dara langsung beranjak dan duduk bersandar di kasur. "Ia bisa seenaknya menghancurkan hidupku, aku juga bisa melakukan hal yang sama kepadanya. Menghancurkan hidup seseorang sangatlah mudah, bukan?" gumam Dara se
Selepas pergi dari pernikahan Rendra, Dara memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan minum di bar miliknya sendiri. Ia ingin menenangkan pikirannya dengan beberapa botol minuman setan agar pikirannya sedikit lega.Dara begitu dihormati di bar tersebut, dan terkenal dengan kebaikan yang ia lakukan kepada karyawannya, ia tidak pernah memaki, bahkan memarahi karyawannya. Semuanya juga tahu jika Dara adalah seorang wanita hebat sampai mampu membuka bar untuk mencukupi kehidupannya.Kini, semuanya terasa sia-sia di dalam hidup Dara, karena sudah tidak ada lagi yang membuatnya semangat bekerja selain Rendra. Dikhianati dan cintanya menjadi boomerang sendiri untuk kehidupannya, ia merasa hancur tatkala Rendra meninggalkan Dara dengan tanpa perasaan."Bu, anda sudah terlalu banyak minum. Mau saya antarkan ke dalam kamar?" tanya seorang bartender yang berada di hadapannya dan melihat bosnya mabuk-mabukan."Ah! Tidak perlu! Kau lakukan saja pekerjaanmu, aku akan melakukan pe
Dara tak bisa membuka matanya, sangat berat sekali untuknya meskipun ia mendengar seseorang yang berada di sekitarnya. Namun, tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Ia ingat, terakhir ia tak sadarkan diri setelah dicekik sekuat tenaga oleh Rendra, selepas itu sudah tidak ingat apa-apa lagi."Haruskah kita membawanya pulang?" tanya seorang wanita yang berada di dalam ruangan yang sama dengan Dara. Ia tahu betul siapa yang bicara begitu. Suaranya tidak asing lagi."Jangan, biarkan saja dia di sini. Sebentar lagi aku yakin dia akan sembuh, dan pria tadi juga sepertinya akan menjaga Dara dengan baik." Seorang pria juga ada di dalam.Dara segera berusaha untuk membuka matanya, meskipun sangat berat, dan tenggorokannya begitu sakit. Hingga ia berhasil menggerakkan jari jemarinya perlahan."Dara? Kau sudah sadar? Dokter! Dokter!"Wanita itu memanggil dokter ketika tahu Dara sudah membuka matanya dan melihat kedua orang tuanya berada di hadapannya.Beberapa
"Maksud ibu, Rendra yang membawaku?" tanya Dara yang masih tidak percaya dengan ucapan ibunya."Bukan! Bukan Rendra, dia pria tinggi, tanpa kacamata, dan wajahnya sedikit judes!" jelas ibunya sembari menggaruk belakang kepalanya sendiri dan mengingat-ingat ketika bertemu dengan pria itu."Siapa dong?" tanya Dara yang justru keheranan dan tidak kepikiran perihal siapa yang membawanya ke rumah sakit ini."Tapi dia sangat ramah, ibu tidak sempat bicara banyak padanya sih. Dia hanya berkata bahwa ia sudah membayarkan seluruh biaya rumah sakitnya," urai ibu dan mengingat kebaikan yang ia berikan kepada keluarganya itu. "Kamu tidak kenal?" tanya ibunya lagi dan lagi."Tidak, Bu." Dara sama sekali tidak tahu siapa pria itu. Alhasil ia hanya menduga-duga saja."Ya sudah, kamu tidur saja. Tidak usah pikirkan hal lain lagi. Anggap saja pria yang tadi adalah malaikat untukmu. Lagipula, jika jodoh sudah pasti bertemu lagi kok," tukas ibunya Dara sembari membantu menarik selimut ke seluruh tu
Sudah cukup lama Dara berada di rumah sakit, sudah waktunya untuk keluar dari tempat itu dan kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Hanya saja, kali ini akan cukup berbeda dari kehidupan sebelumnya. Mengingat ia belum bisa bersentuhan dengan pria, menatap saja ia sudah takut. Kira-kira di mana ia akan bisa hidup tenang jika traumanya terus menerus bertambah.Ia merasa, bahwa dunia ini sudah tidak ramah lagi dengannya. Sudah tidak lagi menginginkannya untuk memijakkan kaki, hingga kini ia merasa sendiri dan terasingkan."Dara, kamu yakin nggak mau pulang ke rumah ibu?" tanya ibu yang mulai khawatir dengan anak tunggalnya itu."Tidak, Bu. Pekerjaanku sudah banyak di sini, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Lagipula, aku bisa hidup sendiri kok," tutur Dara kepada ibunya yang mengantarkannya sampai di luar rumah sakit dan Dara pulang dengan menggunakan taxi."Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung hubungi kami ya. Jangan sungkan, atau jika ada yang meng
Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,