"Bagaimana kondisimu?" tanya Abizar ketika melihat Melly berbaring di atas bed pasien IGD rumah sakit yang sama dengan tempat Gea dirawat inap."Sudah lebih baik. Nyerinya juga sudah berkurang."Dokter sudah melakukan pemeriksaan fisik langsung maupun pemeriksaan penunjang berupa rontgen pada kaki Melly untuk memastikan kondisi ankle kirinya. Syukurnya hasil rontgennya tidak menunjukkan ada tulang yang retak apalagi patah. Ankle kirinya hanya terkilir dan kini sudah dibalut elastic bandage.Melly terjatuh dari tangga menuju lantai dua di rumahnya. Untung saja dia terjatuh hanya dari anak tangga kelima bukan dari anak tangga teratas."Aku sudah menghubungi sopirku, dia yang akan mengantarmu pulang," ujar Abizar sambil membelai lembut puncak kepala sahabat cantiknya.Melly hanya mengangguk. Walau ada sedikit kecewa karena bukan Abizar langsung yang mengantarnya pulang tapi dia bisa apa. Sekarang sahabatnya itu harus mengutamakan istrinya, apalagi Gea juga masih di rawat inap.Setelah du
"Kalau begitu Mama dan Tama pulang dulu." Livy berpamitan setelah Abizar sudah kembali ke kamar rawat inap Gea. Kini tinggal Abizar dan Gea di kamar itu.Setelah membersihkan diri sejenak, Abizar segera mendekat ke bed pasien yang ditempati sang istri. Gea masih belum tidur. Matanya masih menatap langit-langit.Sontak Abizar menoleh ke jam dinding yang ada di kamar itu. Jarum pendek sudah menunjukkan pukul 23.00. Tapi istrinya itu sepertinya masih enggan untuk tidur."Kenapa belum tidur, hem?"Gea tidak menjawab. Wanita itu malah memilih memiringkan badannya ke arah berlawanan dan memunggungi Abizar.Sejak suaminya kembali setelah dua jam lebih mengurus sahabat ecek-ecek rasa mantan kekasihnya memeriksakan kakinya yang terkilir di IGD rumah sakit tempat dia dirawat, Gea memilih mendiamkan suaminya. Entahlah, rasanya malas sekali berinteraksi dengan suami tampan dan rupawannya itu."Apa ada yang sakit?" bisik Abizar seraya mengusap lembut punggung Gea.Semenjak tau Gea sedang hamil ana
Sudah dua hari Gea diizinkan pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah membaik. Mual muntahnya sudah sangat berkurang. Badannya juga sudah tidak lagi lemas seperti beberapa hari sebelumnya. Nafsu makannya juga sudah membaik, walau terkadang masih sangat pemilih, tidak seperti sebelum hamil yang rasanya semua bisa dia santap dengan lahap.Selama dua minggu ke depan Gea masih belum diizinkan kembali bekerja. Abizar memintanya rehat sejenak dari kesibukannya sebagai direktur pengembangan bisnis Adinata Group.Walau awalnya menolak, namun akhirnya dengan berat hati Gea mengikuti titah sang suami. Apalagi Livy dan Audrey juga mendukung ide Abizar. Audrey akan menggantikannya sementara selama dua minggu dia tidak berkantor, tentu dibantu Fanny, asisten Gea."Nanti pulang jam berapa?" tanya Gea seraya membantu sang suami memakai dasi. Inilah salah satu aktivitas rutinnya di pagi hari semenjak dirinya resmi menjadi pengangguran sampai dua minggu ke depan.Pagi setelah bangun pagi, dia akan me
Saat ini Abizar berada di perjalanan menuju salah satu rumah makan ternama di Ibukota, tempat dia dan Bima membuat janji untuk bertemu. Sebelumnya, Deo sudah diminta Abizar untuk pulang terlebih dulu setelah rapat mereka selesai beberapa menit yang lalu. Dia ingin bertemu empat mata saja dengan mantan kekasih Reksa yang juga diduga pernah mengkhianati sang adik karena bermain api bersama Gea tujuh tahun silam tersebut. Menanti waktu makan malam bersama Bima, membuatnya seakan hendak menghadapi ujian tesis magisternya dua tahun lalu. Jantungnya bertalu, berdegup layaknya langkah kuda yang berlari. Abizar sengaja tidak pulang terlebih dulu ke rumah karena sepanjang siang hingga di akhir sore ini dia harus melakukan rapat penting dengan tim di perusahaan terkait proyek terbaru mereka. Rapat itu baru selesai satu jam sebelum jadwal jam makan malamnya bersama Bima. Perlahan Abizar mengeluarkan ponselnya. Dia hendak menelpon sang istri. Walau pagi tadi dia sudah mengatakan pada Gea bahwa
Mata Abizar menatap tajam ke layar ponselnya. Dadanya bergemuruh. Emosinya memuncak. Semuanya terjadi setelah dia melihat apa yang dikirim Bima padanya. Video berdurasi 40 detik yang berisi adegan panas antara Bima dengan Gea. Melihat dari tampilan fisik mereka, sepertinya itu terjadi beberapa tahun silam."Brengsek! Foto-foto yang ditunjukkan Melly sepertinya adalah beberapa cuplikan scne di video laknut ini," gumam Abizar dalam hati.Dalam video itu tampak Gea dan Bima berada di atas ranjang besar di dalam suatu kamar. Gea berada tepat di bawah tubuh Bima. Istrinya itu nyaris bugil, begitupun Bima. Gea hanya menggunakan celana dalam dan penutup dada. Bimapun demikian, pria yang tidak kalah tampan dari Abizar itu bertelanjang dada, menampilkan otot lengannya yang aduhai.Dalam video singkat itu tampak Bima mendaratkan banyak kecupan di sekujur tubuh Gea. Bahkan sepersekian detik, mantan kekasih adiknya itu tampak menikmati dada Gea yang begitu indah dan menggoda.Melihat itu semua, A
Sepanjang perjalanan pulang, Abizar hanya terdiam. Matanya memandang ke arah jendela mobil yang menampilkan pemandangan malam kota Jakarta. Sekilas hanya ada kesunyian dalam pikirannya. Namun sebenarnya dalam sunyi itu otaknya mulai menyusun langkah yang akan dia ambil untuk menanggapi permintaan Bima.Abizar tentu tidak mau begitu saja menerima penawaran atas ancaman mantan kekasih Reksa itu. Namun Abizar sadar dia tidak bisa terlalu frontal menolak. Bima bisa berbuat nekad dan itu akan merugikan Abizar dan keluarga besarnya.Bagaimanapun jika video itu tersebar, pasti akan berpengaruh pada tiga keluarga sekaligus, persis seperti apa yang disampaikan Bima.Keluarga Adinata, Kiswoyo, dan Permadi akan tercoreng citranya jika sampai Bima melempar video itu ke publik. Hal tersebut pasti akan berpengaruh pada citra perusahaan tiga keluarga terpandang itu. Oleh karenanya Abizar harus berhati-hati dalam merespon penawaran atas ancaman sepupu Melly itu.Alhasil Abizar mencoba mengulur waktu.
"Pelan-pelan, Ge." Abizar menatap heran sang istri yang sedang menikmati satu porsi nasi goreng cumi di sebuah warung pinggir jalan. Menu makananan yang selama seharian ini membuat jiwa mengidam sang istri meronta-ronta. Padahal baru dua jam yang lalu Gea menghabiskan 20 tusuk sate ayam lengkap dengan lontongnya. Namun lihatlah sekarang, dia bisa sangat menikmati nasi goreng cumi di hadapannya dengan sangat lahap, seakan belum makan seharian.Ya ... beginilah Gea di awal kehamilan pertamanya. Kalau nafsu makannya sedang baik, dia akan makan banyak jenis makanan dengan porsi yang tidak kaleng-kaleng. Tapi sekalinya nafsu makannya sedang tidak baik apalagi ditambah dengan mual muntah, anak sulung Livy dan Nathan itu bisa seharian penuh harus memaksakan diri untuk memasukkan makanan ke dalam tubuhnya."Mas ... ""Hem ... ""Mas benar-benar tidak mau memesan makanan juga?""Aku sudah kenyang. Ditambah lagi melihatmu makan dengan sangat lahap seperti itu, rasanya aku semakin bertambah keny
"Ada apa? Kenapa Om Gibran menelpon malam-malam begini?" Kekhawatiran tampak jelas di sorot mata Gea."Tidak ada apa-apa," jawab Abizar seraya mengusap lembut puncak kepala istri cantiknya. Namun sayangnya hal tersebut bukannya menenangkan malah membuat Gea semakin penasaran.Selarut ini Gibran menelpon Abizar, jelas ada hal penting yang mereka harus bicarakan. Kalau hanya hal-hal sepele pasti omnya itu akan menghubungi Abizar esok hari."Apa ada masalah? Masalah tentang apa? Tentang pekerjaan? Atau perihal yang lain? Tapi perihal apa? Ya Tuhan, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Mama Livy, iya kah? Atau Papa Nathan? Atau Tante Audrey? Atau Luna? Astaga, dia sedang hamil. Apa sesuatu terjadi padanya?" Pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Gea.Semenjak hamil, overthinking menjadi salah satu hal negatif yang sering muncul dalam diri anak sulung Natahan dan Livy tersebut. Bisa dibilang nama Gea sekarang berubah menjadi Gea Liberty Overthinking Permadi.Dirinya sering mengkhawatirkan