"Gea kenapa, Fan?" Nafas Abizar tampak tersengal-seng karena ia baru saja berlari sekencang mungkin menuju ruang tunggu IGD sesaat setelah mobil Deo berhenti di depan Lobby rumah sakit."Dokter yang memeriksa Bu Gea masih belum keluar dari ruang periksa, Pak Izar." Wajah Fanny begitu lesu. Dia sangat khawatir dengan kondisi bu boss cantiknya. Selama bertahun-tahun dia menjadi asisten Gea, baru kali ini melihat Bu Boss cantiknya itu tidak sadarkan diri."Belum keluar? Kenapa lama sekali? Apa ada yang serius dengan kondisi kesehatan Gea? Lagipula bagaimana bisa Gea sampai tidak sadarkan diri, Fan?" Berondongan pertanyaan Abizar membuat Melly meringis ngeri.Beh, sudah mulai kembali cinta sepertinya Pak Abizar ke Bu Boss cantikku. Buktinya dia bisa sepanik ini mengetahui Bu Boss pingsan."Pagi tadi Bu Boss memang muntah beberapa kali. Kemudian siang tadi setelah merayakan ulang tahun Deva, Bu Boss mengeluh nyeri kepala. Belum juga dia meminum obat sakit kepala yang Saya bawa, eh ... tiba
Sudah tiga hari Gea dirawat di salah satu rumah sakit milik keluarga Shabina, sahabat Audrey. Kondisinya sudah semakin membaik. Setidaknya kini Gea sudah terbiasa dengan kondisi tubuhnya yang sedikit berubah karena kehamilannya.Memang masih ada mual-muntah, terutama di pagi hari, namun hal itu wajar pada ibu hamil trisemester satu, bukan?Fanny dengan setia menemani boss cantiknya itu selama di rumah sakit terutama ketika pagi hingga siang hari karena Abizar harus pergi ke kantor. Namun untuk sore hingga malam hari, Abizarlah yang selalu dengan setia menemani cucu pertama keluarga Adinata tersebut.Dengan sabar Abizar mendampingi istri cantiknya. Walau mood Gea berubah-ubah dan sulit diprediksi layaknya cuaca di Indonesia, namun pria tampan dan rupawan itu berusaha untuk tetap tenang menghadapi sang istri.Rasa dendamnya juga ia tepikan sejenak. Saat ini yang menjadi fokusnya adalah kesehatan Gea dan anak yang dikandungnya. Perkara dendam dan rencana balas dendamnya nanti saja ia aka
"Astaga!" Luna dan Audrey kompak mengelus dada. Sepasang tante dan keponakan itu menggelengkan kepalanya berkali-kali. Rasanya mereka tidak habis pikir dengan apa yang mereka lihat ketika membuka pintu kamar rawat inap Gea. Sedangkan Tama yang sedang berada di belakang Luna dan Audrey tampak tersenyum geli melihat pemandangan yang tersaji di hadapan mereka bertiga. Suami Luna itu tidak habis pikir dengan tingkah salah satu sahabatnya itu. Bisa-bisanya Abizar memesrai Gea di rumah sakit. "Sepertinya kedatangan kita kurang tepat," bisik Tama pada Luna. "Ah, mereka berdua saja yang tidak tau tempat dan waktu!" balas Luna sambil kembali menggelengkan kepalanya. Ibu hamil itu benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dilihatnya. Tersaji di hadapannya keintiman Gea dan Abizar. Sepasang suami istri itu tampak hanyut dengan saling mencumbu satu sama lain. Bahkan kancing pertama dan kedua baju pasien yang digunakan Gea sudah terbuka. Sepertinya tangan Gea yang terinfus bukan
Gea tampak tidak senang ketika Abizar meminta izin pada Nathan dan Livy untuk meninggalkannya sebentar. Apalagi dia melakukannya tepat setelah menerima telepon dari Melly. Pasti ini ada kaitannya dengan medusa satu itu."Memangnya Mas mau kemana?" Nada bicara Gea terdengar cukup ketus untuk ukuran istri yang sedang bertanya pada suaminya."IGD di lantai satu rumah sakit ini.""Heh? Untuk apa Mas ke IGD rumah sakit ini?" "Melly terjatuh dan dia saat ini sedang mendapatkan penanganan medis di IGD rumah sakit ini."Sontak jawaban Abizar membuat semua mata yang ada di kamar rawat inap Gea tersentak. Tidak terkecuali Gea yang langsung membulatkan matanya."Ter-terjatuh? Kak Melly terjatuh dimana dan darimana?" Gea sangat terkejud. Dibenaknya jatuh yang dimaksud Abizar adalah jatuh dari atap gedung atau setidaknya dari lantai dua rumah Melly. Tidak mungkin 'kan hanya jatuh dari tempat tidur sampai dibawa ke IGD rumah sakit?"Atau jangan-jangan Kak Melly terjatuh di kamar mandi karena seran
"Bagaimana kondisimu?" tanya Abizar ketika melihat Melly berbaring di atas bed pasien IGD rumah sakit yang sama dengan tempat Gea dirawat inap."Sudah lebih baik. Nyerinya juga sudah berkurang."Dokter sudah melakukan pemeriksaan fisik langsung maupun pemeriksaan penunjang berupa rontgen pada kaki Melly untuk memastikan kondisi ankle kirinya. Syukurnya hasil rontgennya tidak menunjukkan ada tulang yang retak apalagi patah. Ankle kirinya hanya terkilir dan kini sudah dibalut elastic bandage.Melly terjatuh dari tangga menuju lantai dua di rumahnya. Untung saja dia terjatuh hanya dari anak tangga kelima bukan dari anak tangga teratas."Aku sudah menghubungi sopirku, dia yang akan mengantarmu pulang," ujar Abizar sambil membelai lembut puncak kepala sahabat cantiknya.Melly hanya mengangguk. Walau ada sedikit kecewa karena bukan Abizar langsung yang mengantarnya pulang tapi dia bisa apa. Sekarang sahabatnya itu harus mengutamakan istrinya, apalagi Gea juga masih di rawat inap.Setelah du
"Kalau begitu Mama dan Tama pulang dulu." Livy berpamitan setelah Abizar sudah kembali ke kamar rawat inap Gea. Kini tinggal Abizar dan Gea di kamar itu.Setelah membersihkan diri sejenak, Abizar segera mendekat ke bed pasien yang ditempati sang istri. Gea masih belum tidur. Matanya masih menatap langit-langit.Sontak Abizar menoleh ke jam dinding yang ada di kamar itu. Jarum pendek sudah menunjukkan pukul 23.00. Tapi istrinya itu sepertinya masih enggan untuk tidur."Kenapa belum tidur, hem?"Gea tidak menjawab. Wanita itu malah memilih memiringkan badannya ke arah berlawanan dan memunggungi Abizar.Sejak suaminya kembali setelah dua jam lebih mengurus sahabat ecek-ecek rasa mantan kekasihnya memeriksakan kakinya yang terkilir di IGD rumah sakit tempat dia dirawat, Gea memilih mendiamkan suaminya. Entahlah, rasanya malas sekali berinteraksi dengan suami tampan dan rupawannya itu."Apa ada yang sakit?" bisik Abizar seraya mengusap lembut punggung Gea.Semenjak tau Gea sedang hamil ana
Sudah dua hari Gea diizinkan pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah membaik. Mual muntahnya sudah sangat berkurang. Badannya juga sudah tidak lagi lemas seperti beberapa hari sebelumnya. Nafsu makannya juga sudah membaik, walau terkadang masih sangat pemilih, tidak seperti sebelum hamil yang rasanya semua bisa dia santap dengan lahap.Selama dua minggu ke depan Gea masih belum diizinkan kembali bekerja. Abizar memintanya rehat sejenak dari kesibukannya sebagai direktur pengembangan bisnis Adinata Group.Walau awalnya menolak, namun akhirnya dengan berat hati Gea mengikuti titah sang suami. Apalagi Livy dan Audrey juga mendukung ide Abizar. Audrey akan menggantikannya sementara selama dua minggu dia tidak berkantor, tentu dibantu Fanny, asisten Gea."Nanti pulang jam berapa?" tanya Gea seraya membantu sang suami memakai dasi. Inilah salah satu aktivitas rutinnya di pagi hari semenjak dirinya resmi menjadi pengangguran sampai dua minggu ke depan.Pagi setelah bangun pagi, dia akan me
Saat ini Abizar berada di perjalanan menuju salah satu rumah makan ternama di Ibukota, tempat dia dan Bima membuat janji untuk bertemu. Sebelumnya, Deo sudah diminta Abizar untuk pulang terlebih dulu setelah rapat mereka selesai beberapa menit yang lalu. Dia ingin bertemu empat mata saja dengan mantan kekasih Reksa yang juga diduga pernah mengkhianati sang adik karena bermain api bersama Gea tujuh tahun silam tersebut. Menanti waktu makan malam bersama Bima, membuatnya seakan hendak menghadapi ujian tesis magisternya dua tahun lalu. Jantungnya bertalu, berdegup layaknya langkah kuda yang berlari. Abizar sengaja tidak pulang terlebih dulu ke rumah karena sepanjang siang hingga di akhir sore ini dia harus melakukan rapat penting dengan tim di perusahaan terkait proyek terbaru mereka. Rapat itu baru selesai satu jam sebelum jadwal jam makan malamnya bersama Bima. Perlahan Abizar mengeluarkan ponselnya. Dia hendak menelpon sang istri. Walau pagi tadi dia sudah mengatakan pada Gea bahwa
"Untuk apa saya harus menelpon Melly?" Bima menatap bingung ke arah Gibran. Dia tidak paham dengan maksud dan tujuan CEO Adinata Group itu memintanya menghubungi sang sepupu. Apalagi perihal proyek di Kemang yang sedang diperebutkannya bersama Abizar. Rasanya tidak ada kaitannya dengan Melly.Astaga, jangan - jangan ..."Lakukan sekarang!" Belum juga Bima selesai merangkai beberapa hipotesa perihal alasan Gibran memintanya menelpon Melly, Gibran sudah memberi titah. Tampak sekali CEO Adinata Group itu sedang tidak ingin dibantah."Katakan bahwa kamu sudah selesai membicarakan perihal proyek Kemang itu bersama Abizar. Sampaikan bahwa Abizar bersedia mundur dari proyek itu."Bima awalnya menolak. Menurutnya tidak ada kaitannya antara sepupu cantiknya itu dengan proyek Kemang yang sedang diperebutkannya bersama Abizar.Namun Gibran terus mendesak agar Bima mau melakukannya. Alhasil Bimapun menurut. Dia mengikuti apa yang dititahkan oleh anak laki-laki satu-satunya Keluarga Adinata terseb
"Saat itu kami benar-benar tidak bisa lagi membohongi perasaan kami. Gue dan Gea ... saling mencintai."BZZZTTT!Mendengar prolog yang disampaikan Bima, Abizar sontak menyemburkan kopi yang hendak ia telan.Benar-benar sudah tidak waras human di hadapannya ini. Bisa-bisanya dia mengatakan bahwa dia dan Gea dulu saling mencintai. Ketara sekali mantan kekasih adiknya itu sedang berencana untuk mebohonginya!Ah, kenapa juga dulu Reksa bisa jatuh cinta dengan human macam Bima! Human yang sangat tidak berkualitas! Gerutu Abizar dalam hati.Dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa dulu sang adik terbima-bima. Okelah wajah pria itu memang tampan, tapi kelakuannya sangat memalukan!Lagipula kalau cuma hanya tampan, masih banyak pria lain di luar sana, bahkan yang jauh lebih tampan dari Bima. Kenapa bisa Reksa sampai harus mengalami kesakitan yang luar biasa hanya karena human macam Bima! Menyedihkan sekali!Abizar benar-benar miris setiap mengingat nasib malang Reksa. Apalagi alasan d
"Kasus penipuan dengan angka belasan milyar, penyuapan seorang pejabat untuk memuluskan binis kelapa sawit, dan ..."Abizar sengaja menggantungkan kalimatnya. Memberi waktu pada kedua matanya untuk mengamati Bima dengan seksama.Terkejud, itulah hal pertama yang Abizar tangkap dari Bima saat ini. Selanjutnya cemas dan khawatir. Dua hal itu juga tampak di sorot mata sepupu Melly itu.Abizar tentu sangat menikmati pemandangan di hadapannya. Keangkuhan Bima perlahan memudar setelah dia memaparkan dua fakta perihal kartu hitam Bima dan keluarganya.Ini baru kartu hitam pertama dan kedua, belum juga Abizar menyampaikan kartu hitam ketiga. Bisa dibayangkan bagaimana piasnya Bima ketika bom atom berupa kartu hitam ketiga itu dilempar Abizar padanya.Bayangan bagaimana liciknya Bima memperlakukan Gea tujuh tahun silam membuat Abizar bertekad untuk membalas apa yang dirasakan istrinya itu. Dan pembalasan itu akan ia mulai hari ini.Bima sendiri jantungnya memang sudah mulai bertalu-talu. Dua c
Seperti yang Abizar perkirakan, hanya butuh waktu singkat bagi Gibran membuat Bima segera bertekuk lutut. Gibran dan orang-orang kepercayaannya sudah menjalankan misinya dengan sangat apik. Kini mereka tinggal memetik hasil dari pergerakan mereka selama beberapa hari terakhir. Gibran sudah meminta Abizar membuat janji temu dengan Bima di kantor Abizar sianh ini. Gibran ingin segera menyelesaikan semua permainan kotor Bima yang sangat merugikan keponakan kesayangannya. Suami Audrey itu akan memastikan dengan mata, telinga, dan mulutnya sendiri bahwa Gea tidak akan lagi mengalami kesulitan apapun karena kelakuan di luar nuril Bima. "Bagaimana bisa dia terlambat di sebuah pertemuan bisnis?" Gibran menggerutu ketika sudah tiga pulu satu menit dirinya duduk tampan di sofa ruang kerja Abizar namun Bima belum juga datang. Di sebelah Gibran sudah ada Tian, sang asisten kepercayaan yang duduk tampan mendampinginya. Sedangkan si empunya ruangan duduk di hadapan keduanya. "Benar-benar human
"Reksa bilang akan sangat sulit membuat Bang Izar percaya bahwa Kak Melly terlibat. Abang sangat mempercayai mantan cinta pertama Abang itu." "Melly cinta pertamamu?" Abyaz segera menginterupsi. Secepat kecepatan cahaya dia menoleh ke arah Abizar. Abyaz menatap geli pada Abizar. Setau Abyaz, selama ini Melly dan Abizar bersahabat. Ternyata oh ternyata! "Wah ... kalian terlibat friendzone?" Mungkin memang benar apa kata kebanyakan orang, persahabatan antara pria dan wanita itu tidak ada yang tanpa bumbu-bumbu asmara. Kalau tidak salah satunya yang menyimpan rasa, ya dua-duanya! "CK!" Abizar berdecak sebal. "Masa lalu!" "Siapa bilang masa lalu?" Tiara segera menyanggah ucapan Abizar. "Aku rasa sampai saat ini hal itu masih berlaku. Bedanya, kalau dulu bang Izar yang mencintai Kak Melly, sekarang sebaliknya!" "Oya?" Entah mengapa Abyaz tiba-tiba kepo. Biasanya pria itu cenderung acuh, tidak mau tau perihal apapun yang tdiak ada sangkut pautnya dengan kehidupanya. Tapi entah mengapa
"Reksa baru mengetahuinya dua tahun lalu.""Dua tahun lalu?" Beo Abizar. Pikirannya menghitung mundur dua tahun lalu yang dimaksud Tiara.Dua tahun lalu itu artinya tepat di tahun Reksa meninggal. "Apa saat kamu menemuinya di Jepang?"Tiara mengangguk. Mengiyakan dugaan Abizar.Itu artinya lima bulan sebelum Reksa meninggal. "Ceritakan semuanya, Ti! Ceritakan perihal pertemua kalian di Jepang saat itu. Abang harus memastikan banyak hal, dan Abang rasa pertemuanmu dan Reksa bisa membantu Abang untuk menemukan banyak petunjuk." titah Abizar pada Tiara.Tentu saja Tiara menyanggupi. Rasanya sudah waktunya dia membuka semuanya."Itu adalah pertemuan pertama kami setelah lima tahun Reksa menutup aksesnya untuk bertemu denganku maupun Gea." Saat itu memang pertama kalinya Reksa memberi izin pada Tiara untuk menemuinya. Setelah bertahun-tahun Reksa tidak pernah sekalipun menggubris permintaan Tiara, akhirnya kali itu Reksa mengiyakan permintaan salah satu sahabatnya itu. Namun dengan syarat,
Tiara meminta rekaman CCTV itu diputar kembali. Lalu dia menyebutkan satu-satu persatu siapa orang yang bersamanya.Di rekaman CCTV itu tampak Tiara datang bersama seorang ibu berusia 50 tahunan dan seorang perempuan seusianya. "Dia Mbok Siti dan itu Citra, anak perempuannya."Mbok Siti adalah asisten rumah tangga keluarga Tiara. Saat itu mereka berencana akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk belanja bulanan.Tiara memang biasa ikut berbelanja bulanan bersama sang mama dan asisten rumah tangganya. Namun kebetulan papa dan mamanya saat itu sedang di London, mengunjungi kakak laki-lakinya yang sedang kuliah di sana. Alhasil hanya Tiara yang menemani asisten rumah tangganya berbelanja."Sebenarnya aku pergi berempat bersama Pak Mamad, sopirku. Dia tidak muncul di rekaman CCTV karena dia menunggu kami di mobil."Tiara menjeda sejenak. Dia berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dia membutuhkan pasokan banyak oksigen untuk mengembangkan paru-parunya yang tiba-tiba terasa sesak. Dia
Sesuai saran dari Gibran, Abizar segera menghubungi Abyaz, calon suami Tiara. Dia harus menanyakan secara langsung pada Tiara perihal keberadaan sahabat Gea dan Reksa itu di rekaman CCTV yang didapat Gibran.Abizar tidak mau ada kesalahpahaman antara dirinya dan Abyaz. Kalau dia langsung menemui sahabat istrinya itu takutnya Abyaz beprikir yang tidak-tidak. Apalagi mereka berdua akan segera menikah. Nanti dikira Abizar menjadi setan penggoda pernikahan mereka, ye 'kan?Alhasil Abizar membuat temu janji dengan Tiara melalui Abyaz. Suami Gea itu menceritakan secara detail pada Abyaz mengenai apa yang ingin dibicarakannya bersama Tiara.Abyaz yang memang sudah kenal lama dengan Abizar mengiyakan permintaan Abizar. Dia bersedia membantu Abizar membuat janji temu dengan Tiara. Rencananya Abyaz akan mengajak Tiara untuk makan siang bertiga bersama Abizar di sebuah restoran dekat kantor Abyaz."Apa aku boleh meminta satu hal lagi padamu?" tanya Abizar pada Abyaz melalui sambungan telepon.[K
Gibran mulai menjelaskan apa yang dilaporkan anak buahnya perihal video ena-ena Bima dan Gea. Semalam setelah Abizar menghubunginya perihal video Bima dan Gea tersebut, Gibran langsung meminta Abizar mengirim video laknut itu padanya. Setelahnya Gibran bergerak cepat dengan meminta orang-orang kepercayaannya untuk menyelidiki secara detail video tersebut.Pagi tadi hampir semua data yang dia butuhkan sudah bisa diberikan oleh orang-orang kepercayaannya. CEO Adinata Group itu segera menghubungi Abizar. Gibran meminta menantu pertama kakak kandungnya itu untuk menemuinya pagi ini di kantor utama Adinata Group."Video itu hasil rekayasa digital. Sama seperti karyamu untuk menjebak Gea agar mau menikahimu." Gibran memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.CEO Adinata Group itu memang sengaja menyindir Abizar. Sujujurnya kemarahannya pada suami keponakannya itu masih belum surut. Tangannya masih gatal untuk mendaratkan bogeman di wajah Abizar.Gibran benar-benar kecewa dengan apa yang di