Beberapa ajam terlewat dengan sempurna. Rencana April yang meminta Angga untuk membuat April pergi dari rumahnya berhasil. Itu karena April tahu, bahwa Leo akan datang ke hotel. Dan akan bahaya jika dia melihat APril dan Angga di satu hotel. Di tempat kerja … “April, kau tidak apa-apa kemarin?” tanya Leo kepada gadis itu. Tapi April seolah-olah wanita tuli pemilih, yang tidak bisa mendengarkan ucapan yang tidak ingin dia dengar. April hanya fokus pada keyboard nya ngetik banyak tugasnya itu. “Ekhem! Apa pekerjaanmu sudah selesai?”Tiba-tiba, Angga lewat di ruang divisi April dengan sengaja hanya karena sedang ingin melihat wajah April. Tapi Angga tidak mengira jika April sedang diganggu oleh pria yang mereka berdua benci. “Eh? Be-belum, Pak,” jawabnya. Leo tidak mengira bahwa Bos nya itu akan datang ke ruang divisi ini setelah sekian lama. Selain itu, dia dan rekan lainnya bingung untuk apa Angga datang ke tempat kerja mereka. Biasanya, Angga cukup sibuk dengan pekerjaanya, jadi
Beberapa jam sudah berlalu. Kini, semua karyawan yang sudah selesai dengan pekerjaannya pulah ke rumah masing-masing. termasuk Hanum dan yang lainnya. “April, apa pekerjaanmu masih banyak?” tanya Sarah kepada gadis itu. Sarah sudah membantunya sedikit, tapi karena Sarah memiliki urusan di luar, jadi dia harus pulang lebih cepat. “Aih, lihatlah. Tentu saja sangat banyak. Dokumen itu belum menipis sejak pertama kali CEO Angga kita ini memberikannya pada gadis yang malang.” Hanum mengusap kepala April dengan lembut. “April, maaf, ya. Aku harus pergi lebih dulu. Kau tahu, anak-anakku sudah menunggu di rumah,” ujar Hanum kepada April. April mengangguk dengan kesedihan yang dicampur dengan bercanda. Ya, April tidak mungkin mengganggunya karena ini adalah pekerjaannya. Selain itu, mereka sama-sama sibuk karena ada yang sudah memiliki keluarga, dan ada yang sudah memiliki tunangan. “Hah!” Setelah mereka benar-benar pergi dan hanya tersisa April saja, April membenturkan kepalanya pada
Serangan tiba-tiba. Dari pria yang sering menyerang, dan wanita yang sering diserang. Tidak mengejutkan untuk Angga, tapi April selalu terkejut. “Hey! Aku tidak mengizinkanmu menciumku, ya!” April menunjuk wajah bibir Angga yang tidak bisa diam ketika April bersantai dengan bibirnya. Angga mengangguk setuju. Dia tidak mau membuat April marah kali ini. Jadi, dia memposisikan diri sebagai seorang pria yang menyukai seorang wanita. Angga ingin menunjukan kelebihan yang dia miliki, agar Leo tidak dapat mengalahkannya. “Aku akan mengerjakan bagian ini.” Angga mengambil dokumen yang lebih tebal dari yang April miliki. April bahkan tidak bisa mengedipkan matanya ketika Angga mengambil dokumen itu. Dia ternyata sudah mengambil laptopnya saat kemari. “Baiklah. Aku hanya akan memberikan sisanya kepadamu,” ujar Angga. Dia mulai memposisikan kacamata kotaknya itu. April menatapnya dari samping. “Sejak kapan dia sangat tampan? Kacamata itu cocok untuknya. Dia sangat menawan. Lebih sant
“April? Kau—” April juga membungkam mulut Angga yang tadinya ingin berbicara. Ini adalah keberanian April yang pertama. Dia dengan sukarela mencium bibir pria itu dengan bibirnya. April bergerak sendiri. Sebentar, April mengambil nafasnya. “Sebaiknya kamu diam saja. Aku ingin memimpin,” kata Angga. Angga pergi untuk menarik pinggang April. Sekarang tubuh April condong ke depan. Benda milik April lebih menonjol jika Angga menarik tubuh itu dengan cepat. Tentu saja, wanita ini tersentak kaget. “Tunggu, dadaku! Itu hampir mengenai kepalanya. Sial!” Angga kembali mencium bibir April dengan cepat. Dia mengecup dan melumat bibir April dengan brutal. Cukup kasar daripada tadi. April hampir tidak bisa menarik nafasnya walaupun satu kali. “Aku tidak membiarkan kesempatan ini melewatiku. Dia juga terlihat menginginkannya. Aku tidak memaksa dia jika begini,” batin Angga. Angga membuat April merasakan panas di sekujur tubuhnya. Suhu dingin malam ini dikalahkan oleh mereka yang saling
KLAK! KLAK! KLAK!Suara sepatu menari di lantai di ruangan yang berbeda. Terdengar sangat dekat dengan keberadaan dua manusia yang sedang menyalurkan cintanya itu. PRANG!Sebuah kotak berisi alat tulis jatuh berhamburan, karena Angga tidak sengaja menyenggolnya dengan siku. Mereka memejamkan matanya satu sama lain. April menahan mulutnya. Hanya suara lelah dari mereka berdua sekarang. “Siapa disana?!” Senter putih yang menyilaukan berhasil menyusup ke dalam. Beruntungnya, tubuh mereka tidak terlihat karena cahaya itu tidak langsung mengenainya. Penjaga itu membuka pintu yang sialnya tidak terkunci. Dia melangkah sedikit demi sedikit, dan Angga juga April yang menyadarinya, mereka juga pelan-pelan bersembunyi di bawah kolong meja. “Pak Angga?” ucap seorang penjaga itu dengan wajah yang terkejut karena melihat penampilan Angga yang berantakan penuh ambigu. Angga memberikan penjaga itu tatapan yang mematikan. Seperti biasa, pria dingin ini lebih menakutkan jika pandangannya mulai
Matahari terbit di tempat yang semestinya. Senyum dari gadis yang memakai pakaian kantor itu terlukis indah. Rambutnya yang bergelombang terbang mengikuti arah angin. Tidak peduli jika belaian rambut itu terasa menggelitik wajahnya, dia menyingkirkan itu dengan jarinya tanpa mengeluarkan amarah. Itu karena dia memiliki kabar yang baik. Tomi dikabarkan kecelakaan tunggal di sebuah jalan tol. “KYAA!” April berteriak di tengah kerumunan orang-orang yang tengah menunggu bus pagi ini. Gadis yang tengah berteriak sambil mengangkat kedua tangannya ke udara cukup terlihat gila bagi beberapa pasang mata yang melihatnya. “Apa dia tidak cukup tidur?” tanya seorang laki-laki berkacamata bulat kepada seorang wanita di sebelahnya. “Bodoh! Itu karena dia makan kacang semalam!” sanggah perempuan dengan rambut yang dikepang menjadi dua. “Eh? Bagaimana kamu tahu aku semalam makan kacang?” Tiba-tiba April menarik tangan perempuan itu dengan semangat. Anehnya, mereka bertiga jadi melipir ke sampi
Ketika semilir angin yang memaksa masuk pada sedikit jendela mobil tempat April duduk, mengingatkan April pada kenangan pahit waktu itu. Jika di pikir-pikir, itu sudah cukup lama. April tahu, ketika dia bahagia bersama orang tuanya. April juga tahu, ketika dia hidup sendiri dengan pekerjaan seadanya. April menoleh pada pria yang teduh ketika dilihat dari dekat. “Lalu pria ini membawaku pada dunia yang tidak pernah aku duga sebelumnya,” batin April sambil menoleh pada tangannya yang bersih dan mulus itu. “Suatu saat, tanganku mungkin akan di penuhi darah musuhku. Rasanya mendebarkan jika aku sudah dekat dengan fase itu. Walaupun begitu, aku ingin menikmati setiap proses, setiap rasa sakit yang aku berikan kepada Tomi dan anaknya,” lanjutnya. Rasa sakit yang tidak akan terbayar dengan apapun. Luka yang Tomi buat tidak akan mampu menyembuhkan April. Ingatan tentang Ayah yang menjerit saat dipaksa mati oleh Tomi, April tidak bisa melupakannya. Gadis malang yang menginginkan keadilan
“Terima kasih, Kak!” ucap kedua orang teman baru April itu. Angga tersenyum sebagai balasannya kepada mereka. Lalu April melambaikan tangannya. “Selamat bekerja,” ucap April. “Kau juga, teman baruku!” balas Laila. Laila dan Rizky. Adalah teman baru mereka sekarang. Angga bahkan hanya bisa geleng-geleng kepala, ketika April sangat mudah berkomitmen bersama dengan orang yang baru ditemuinya itu. Sedangkan dengan Angga, terasa sulit untuk menerima cintanya. “Katamu, mereka seusia denganmu, bukan?” tanya Angga. April mengangguk. “Ya. Mereka sudah lama juga bekerja disana. Selain itu, mereka juga sama sepertiku, Angga. Mereka kehilangan orang tuanya karena meninggal dunia,” jawab April. Angga mengangkat satu alisnya dan menoleh sekejap kepada April lalu pandangannya kembali pada jalan itu. Tapi pikiran Angga tidak berhenti. Tentang Angga yang merasa aneh pada sikap April yang gampang percaya, tidak seperti biasanya. “April, aku pikir kamu harus lebih hati-hati pada mereka. Apa mere