Update tiga bab, setiap hari!
KLAK! KLAK! KLAK!Suara sepatu menari di lantai di ruangan yang berbeda. Terdengar sangat dekat dengan keberadaan dua manusia yang sedang menyalurkan cintanya itu. PRANG!Sebuah kotak berisi alat tulis jatuh berhamburan, karena Angga tidak sengaja menyenggolnya dengan siku. Mereka memejamkan matanya satu sama lain. April menahan mulutnya. Hanya suara lelah dari mereka berdua sekarang. “Siapa disana?!” Senter putih yang menyilaukan berhasil menyusup ke dalam. Beruntungnya, tubuh mereka tidak terlihat karena cahaya itu tidak langsung mengenainya. Penjaga itu membuka pintu yang sialnya tidak terkunci. Dia melangkah sedikit demi sedikit, dan Angga juga April yang menyadarinya, mereka juga pelan-pelan bersembunyi di bawah kolong meja. “Pak Angga?” ucap seorang penjaga itu dengan wajah yang terkejut karena melihat penampilan Angga yang berantakan penuh ambigu. Angga memberikan penjaga itu tatapan yang mematikan. Seperti biasa, pria dingin ini lebih menakutkan jika pandangannya mulai
Matahari terbit di tempat yang semestinya. Senyum dari gadis yang memakai pakaian kantor itu terlukis indah. Rambutnya yang bergelombang terbang mengikuti arah angin. Tidak peduli jika belaian rambut itu terasa menggelitik wajahnya, dia menyingkirkan itu dengan jarinya tanpa mengeluarkan amarah. Itu karena dia memiliki kabar yang baik. Tomi dikabarkan kecelakaan tunggal di sebuah jalan tol. “KYAA!” April berteriak di tengah kerumunan orang-orang yang tengah menunggu bus pagi ini. Gadis yang tengah berteriak sambil mengangkat kedua tangannya ke udara cukup terlihat gila bagi beberapa pasang mata yang melihatnya. “Apa dia tidak cukup tidur?” tanya seorang laki-laki berkacamata bulat kepada seorang wanita di sebelahnya. “Bodoh! Itu karena dia makan kacang semalam!” sanggah perempuan dengan rambut yang dikepang menjadi dua. “Eh? Bagaimana kamu tahu aku semalam makan kacang?” Tiba-tiba April menarik tangan perempuan itu dengan semangat. Anehnya, mereka bertiga jadi melipir ke sampi
Ketika semilir angin yang memaksa masuk pada sedikit jendela mobil tempat April duduk, mengingatkan April pada kenangan pahit waktu itu. Jika di pikir-pikir, itu sudah cukup lama. April tahu, ketika dia bahagia bersama orang tuanya. April juga tahu, ketika dia hidup sendiri dengan pekerjaan seadanya. April menoleh pada pria yang teduh ketika dilihat dari dekat. “Lalu pria ini membawaku pada dunia yang tidak pernah aku duga sebelumnya,” batin April sambil menoleh pada tangannya yang bersih dan mulus itu. “Suatu saat, tanganku mungkin akan di penuhi darah musuhku. Rasanya mendebarkan jika aku sudah dekat dengan fase itu. Walaupun begitu, aku ingin menikmati setiap proses, setiap rasa sakit yang aku berikan kepada Tomi dan anaknya,” lanjutnya. Rasa sakit yang tidak akan terbayar dengan apapun. Luka yang Tomi buat tidak akan mampu menyembuhkan April. Ingatan tentang Ayah yang menjerit saat dipaksa mati oleh Tomi, April tidak bisa melupakannya. Gadis malang yang menginginkan keadilan
“Terima kasih, Kak!” ucap kedua orang teman baru April itu. Angga tersenyum sebagai balasannya kepada mereka. Lalu April melambaikan tangannya. “Selamat bekerja,” ucap April. “Kau juga, teman baruku!” balas Laila. Laila dan Rizky. Adalah teman baru mereka sekarang. Angga bahkan hanya bisa geleng-geleng kepala, ketika April sangat mudah berkomitmen bersama dengan orang yang baru ditemuinya itu. Sedangkan dengan Angga, terasa sulit untuk menerima cintanya. “Katamu, mereka seusia denganmu, bukan?” tanya Angga. April mengangguk. “Ya. Mereka sudah lama juga bekerja disana. Selain itu, mereka juga sama sepertiku, Angga. Mereka kehilangan orang tuanya karena meninggal dunia,” jawab April. Angga mengangkat satu alisnya dan menoleh sekejap kepada April lalu pandangannya kembali pada jalan itu. Tapi pikiran Angga tidak berhenti. Tentang Angga yang merasa aneh pada sikap April yang gampang percaya, tidak seperti biasanya. “April, aku pikir kamu harus lebih hati-hati pada mereka. Apa mere
“Selamat pagi, April. Kopi untukmu.”Leo menyimpan kopi itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia juga tidak menatap April dan langsung pergi ke meja kerjanya. “Terima kasih,” jawab April tanpa ada balasannya itu. April menoleh kepada karyawan lain yang tidak mendapatkan kopi dari Leo. Walaupun April sedikit senang, tapi dia tidak boleh lengah. Karena jika April membuat jarak dengannya, maka akan ada gangguan yang fatal untuk April menyelesaikan misinya. Pria beristri yang jatuh cinta kepada gadis yang akan membunuhnya suatu nanti, adalah keuntungan besar untuk April. Walaupun dia tidak tahu, bagaimana misinya ini berakhir. “Aku harus memikirkan sesuatu. Aku sudah mengendapkan egoku sampai membuat dia enggan menatapku,” batin April. Akhirnya, April minum kopi itu dengan satu tegukan. “Ah, kopi ini rasanya sangat enak. Sayang sekali, aku tidak boleh menghabiskannya,” batinnya lagi. TOK! TOK! TOK! April mengetuk meja kerja Leo. “Ada apa, April?” tanya Leo. Dia tetap tidak memandang wa
TOK! TOK!April mengetuk pintu neraka, berharap iblis di dalamnya mengalami diare sampai tidak bisa berkata apa-apa kepada April. Hanya menelan sedikit demi sedikit kopi April yang dibuatnya. “Masuk,” ujar Angga. April pun masuk ke dalam ruangan itu. Membawa satu cangkir kopi yang diletakan pada nampan dan diletakan lagi di tangan kirinya. Namun saat April ingin mengantarkan kopi ke meja Angga, Mawar tiba-tiba memaksa masuk dan melempar cangkir yang berisi kopi panas itu ke pakaian April. Angga dan April yang melihatnya secara tiba-tiba itu membelalakan matanya terkejut. “Mawar! Apa yang kamu lakukan padanya?!” terika Angga kepada tunangannya itu. Hanya beberapa detik mata Angga bertahan untuk melihat kehadiran Mawar, itu pun karena Angga sedang memarahi Mawar. Mawar yang sadar dengan tatapan Angga yang khawatir pada gadis muda di sebelahnya merasa kesal. “April, maafkan—”“Tidak apa-apa. Saya tidak apa-apa,” kata April kepada Angga dan Mawar, menatap mereka secara bergantian.
Suasana menjadi hening seketika. Setelah pria itu melemparkan es di sekitarnya, yang membuat kedua wanita itu membeku. Sedangkan Angga, seolah-olah sudah diujung kesabarannya, sampai tidak mau untuk menarik perkataannya itu lagi. “Benar. Aku cemburu, tapi bukan karena dia berada di level yang sama denganku atau bahkan di atasku! Itu karena dia wanita! Aku cemburu karena di sama sepertiku yang merupakan seorang wanita, Angga!” Mawar sedang mengakuinya walaupun sebenarnya terlalu banyak yang Mawar sembunyikan di hatinya yang berupa ketakutan itu. Angga menghela nafas. Walaupun tubuhnya tegap dan tengah memandang wajah Mawar yang kecewa, sudut mata pria itu malah melihat pada wanita ;ain. Wanita yang tengah memandang sepatunya sendiri, sambil memikirkan banyak hal. “Mawar, bagaimana perasaanmu kepadaku?” tanya Angga dengan suara yang rendah. Mawar mendongakan kepalanya. Cukup gampang untuk menjawab pertanyaan itu. “Tentu saja, Angga. Aku selalu mencintaimu. Perasaanku sama seperti d
Mata April menatap mata Leo yang khawatir padanya. Entah kenapa, April seperti ingin menarik tubuh pria itu untuk sekedar memeluknya saja dan membagi bebannya. “Kenapa aku harus bertemu dengan pria ini di saat seperti ini?” batin April. Leo menghampiri April dan langsung merangkul tubuhnya. Walaupun April tidak menjawab pertanyaannya, pria itu dengan sigap membantu April yang terlihat berantakan sendirian. Leo juga mengantar April ke ruangan perawat. Dia seperti sedang membaca pikiran April. “Pria ini, tidak membiarkanku pergi sendirian dengan rasa sakit yang alami sekarang? Kenapa harus dia yang menolongku seperti ini? Kenapa bukan orang lain saja?” April menoleh kepada wajah Leo yang panik, dengan suara batinnya yang terus bertanya-tanya. Anak pembunuh sedang menolong anak korban. April merasa resah dan kesal. Dia mudah goyah dengan perhatian seperti ini. Jika orang lain, mungkin April dapat menerimanya. Tapi jika Leo yang merupakan anak Tomi, dia ingin secara mutlak membi
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak