“Selamat pagi, April. Kopi untukmu.”Leo menyimpan kopi itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia juga tidak menatap April dan langsung pergi ke meja kerjanya. “Terima kasih,” jawab April tanpa ada balasannya itu. April menoleh kepada karyawan lain yang tidak mendapatkan kopi dari Leo. Walaupun April sedikit senang, tapi dia tidak boleh lengah. Karena jika April membuat jarak dengannya, maka akan ada gangguan yang fatal untuk April menyelesaikan misinya. Pria beristri yang jatuh cinta kepada gadis yang akan membunuhnya suatu nanti, adalah keuntungan besar untuk April. Walaupun dia tidak tahu, bagaimana misinya ini berakhir. “Aku harus memikirkan sesuatu. Aku sudah mengendapkan egoku sampai membuat dia enggan menatapku,” batin April. Akhirnya, April minum kopi itu dengan satu tegukan. “Ah, kopi ini rasanya sangat enak. Sayang sekali, aku tidak boleh menghabiskannya,” batinnya lagi. TOK! TOK! TOK! April mengetuk meja kerja Leo. “Ada apa, April?” tanya Leo. Dia tetap tidak memandang wa
TOK! TOK!April mengetuk pintu neraka, berharap iblis di dalamnya mengalami diare sampai tidak bisa berkata apa-apa kepada April. Hanya menelan sedikit demi sedikit kopi April yang dibuatnya. “Masuk,” ujar Angga. April pun masuk ke dalam ruangan itu. Membawa satu cangkir kopi yang diletakan pada nampan dan diletakan lagi di tangan kirinya. Namun saat April ingin mengantarkan kopi ke meja Angga, Mawar tiba-tiba memaksa masuk dan melempar cangkir yang berisi kopi panas itu ke pakaian April. Angga dan April yang melihatnya secara tiba-tiba itu membelalakan matanya terkejut. “Mawar! Apa yang kamu lakukan padanya?!” terika Angga kepada tunangannya itu. Hanya beberapa detik mata Angga bertahan untuk melihat kehadiran Mawar, itu pun karena Angga sedang memarahi Mawar. Mawar yang sadar dengan tatapan Angga yang khawatir pada gadis muda di sebelahnya merasa kesal. “April, maafkan—”“Tidak apa-apa. Saya tidak apa-apa,” kata April kepada Angga dan Mawar, menatap mereka secara bergantian.
Suasana menjadi hening seketika. Setelah pria itu melemparkan es di sekitarnya, yang membuat kedua wanita itu membeku. Sedangkan Angga, seolah-olah sudah diujung kesabarannya, sampai tidak mau untuk menarik perkataannya itu lagi. “Benar. Aku cemburu, tapi bukan karena dia berada di level yang sama denganku atau bahkan di atasku! Itu karena dia wanita! Aku cemburu karena di sama sepertiku yang merupakan seorang wanita, Angga!” Mawar sedang mengakuinya walaupun sebenarnya terlalu banyak yang Mawar sembunyikan di hatinya yang berupa ketakutan itu. Angga menghela nafas. Walaupun tubuhnya tegap dan tengah memandang wajah Mawar yang kecewa, sudut mata pria itu malah melihat pada wanita ;ain. Wanita yang tengah memandang sepatunya sendiri, sambil memikirkan banyak hal. “Mawar, bagaimana perasaanmu kepadaku?” tanya Angga dengan suara yang rendah. Mawar mendongakan kepalanya. Cukup gampang untuk menjawab pertanyaan itu. “Tentu saja, Angga. Aku selalu mencintaimu. Perasaanku sama seperti d
Mata April menatap mata Leo yang khawatir padanya. Entah kenapa, April seperti ingin menarik tubuh pria itu untuk sekedar memeluknya saja dan membagi bebannya. “Kenapa aku harus bertemu dengan pria ini di saat seperti ini?” batin April. Leo menghampiri April dan langsung merangkul tubuhnya. Walaupun April tidak menjawab pertanyaannya, pria itu dengan sigap membantu April yang terlihat berantakan sendirian. Leo juga mengantar April ke ruangan perawat. Dia seperti sedang membaca pikiran April. “Pria ini, tidak membiarkanku pergi sendirian dengan rasa sakit yang alami sekarang? Kenapa harus dia yang menolongku seperti ini? Kenapa bukan orang lain saja?” April menoleh kepada wajah Leo yang panik, dengan suara batinnya yang terus bertanya-tanya. Anak pembunuh sedang menolong anak korban. April merasa resah dan kesal. Dia mudah goyah dengan perhatian seperti ini. Jika orang lain, mungkin April dapat menerimanya. Tapi jika Leo yang merupakan anak Tomi, dia ingin secara mutlak membi
Setelah Leo mengambil tas milik April dari meja kerjanya, Leo kembali ke ruang perawat tadi untuk menjemput April. “April, ayo.” Sebelum itu, Leo melepas jas hitamnya untuk dan jas itu disimpan di pundak April. Sungguh sebuah kejutan untuk April. Ketika pria ini memberikannya jas itu untuknya. “Terima kasih,” kata April kepada Leo. Dan sebagai balasannya, Leo tersenyum. Mereka kini pergi melewati koridor, dan tiba di sebuah parkiran. Sejak awal, Leo tidak melepas rangkulannya. Sialnya, seorang pria yang tidak berperasaan sedang bersama tunangannya. “Angga, aku mohon! Itu bukan salahku!”“Tidak salah bagaimana? Jelas-jelas kamu yang keterlaluan! Aku sudah lelah denganmu, Mawar. Kamu tidak pernah berusaha untuk jadi dewasa!” KLAK! KLAK! KLAK!Suara high heels yang terdengar paling bersinar itu berasal dari sepatu April. Pasangan itu menoleh dengan tiba-tiba, termasuk Angga yang terkejut. Dia terkejut karena April bersama Leo. Dia tidak bisa berhenti melihat tangan Leo yang mengel
Angga pergi untuk menyusul April. Dia bahkan malah berpikir bahwa Leo akan membawa April pergi ke sebuah tempat yang hanya ada mereka berdua. Jika April mengetahui isi pikiran Angga, mungkin April enggan untuk bertemu dengan Angga apalagi menerima bantuan darinya perihal dendam. “Ayo! Dia sepertinya sedang mengejarmu.”Leo melihat ke arah belakang sambil menyelesaikan pengurusan administrasi April. April akan mendapat perawatan di ruang VIP. Itu karena luka air panas yang membakar itu tidak hanya merusak jaringan, tapi juga membuat April demam tinggi disebabkan infeksi. “Kami akan melakukan tindakan terlebih dahulu. Silakan Anda tunggu di luar,’ kata Dokter di Rumah Sakit itu. Leo pun mengangguk setuju. Dia akhirnya menunggu di luar ruangan itu. Dengan pikiran yang berkecamuk, dengan banyak doa yang diapungkan kepada pemilik semesta. Sampai suara sepatu yang tengah berlari ke arahnya membuat pikiran Leo buyar. “Dimana April?” tanya Angga dengan nafas yang terengah-engah. Dia berl
“Mawar? Jadi sekarang Anda langsung menyalahkan tunangan Anda, ya? Apa karena selama ini Anda kesulitan untuk mencintai Mawar? Kemudian Anda mulai tertarik pada April? Tapi Anda malah membuatnya celaka, dan malah menarik Mawar yang tidak ada hubungannya—”“Mawar mendapatiku yang hanya meminta pertolongan kepada April dan akhirnya dia cemburu. Padahal saya hanya meminta pertolongan saja kepada rekan divisi itu,” balas Angga sambil memotong pembicaraan Leo. Dia juga melangkahkan kakinya menuju Leo. Tubuhnya yang tegap tidak bisa dibandingkan dengan Leo. jelas, Leo kalah. Tapi bukan itu tujuan Angga, Angga hanya ingin membungkam pikiran Leo yang berani menyimpulkan sendiri. Leo berusaha tidak takut pada julukan serigala hitam itu. Dia menegakkan tubuhnya dan kepalanya sedikit angkuh. “Jadi Leo, pelakunya adalah keponakanmu, bukan aku. Tapi tetap saja, aku terlibat karena datang padanya untuk mengantarkan kopi. Itu karena Sekretarisku sedang tidak bekerja karena sesuatu yang tidak bisa
Seorang pria dengan tubuh jangkung itu masuk ke dalam ruang rawat April, setelah dia mundur beberapa langkah karena melihat keromantisan mereka. Tubuh yang terbiasa tegap dengan arti percaya diri dan berwibawa, sekarang tubuh itu tampak layu diterpa rasa bersalah yang amat besar. “Kenapa kamu kemari?” tanya April tiba-tiba. Hanya dengan melihat batang hidungnya saja, April sudah tahu itu Angga. Semakin Angga masuk lebih dalam, dengan menunjukan diri sepenuhnya, perkataan yang membuat Angga tersinggung tidak sengaja terlontar. Angga membelalakan matanya tidak percaya. Tapi dia sudah berjanji datang kesini untuk alasan yang baik. “Tua CEO ingin mengatakan sesuatu padamu, April.” Leo mendahului kata yang akan berhamburan keluar dari mulut Angga. Leo merasa bahwa Angga harus mengakui kesalahanya kepada April saat ini. Angga pun menatap tajam ke arah Leo. Seolah-olah dia sedang memikirkan sesuatu yang buruk tentang Leo. Tapi dari pada itu, Angga terus berjalan ke depan menghampiri