“Mawar? Jadi sekarang Anda langsung menyalahkan tunangan Anda, ya? Apa karena selama ini Anda kesulitan untuk mencintai Mawar? Kemudian Anda mulai tertarik pada April? Tapi Anda malah membuatnya celaka, dan malah menarik Mawar yang tidak ada hubungannya—”“Mawar mendapatiku yang hanya meminta pertolongan kepada April dan akhirnya dia cemburu. Padahal saya hanya meminta pertolongan saja kepada rekan divisi itu,” balas Angga sambil memotong pembicaraan Leo. Dia juga melangkahkan kakinya menuju Leo. Tubuhnya yang tegap tidak bisa dibandingkan dengan Leo. jelas, Leo kalah. Tapi bukan itu tujuan Angga, Angga hanya ingin membungkam pikiran Leo yang berani menyimpulkan sendiri. Leo berusaha tidak takut pada julukan serigala hitam itu. Dia menegakkan tubuhnya dan kepalanya sedikit angkuh. “Jadi Leo, pelakunya adalah keponakanmu, bukan aku. Tapi tetap saja, aku terlibat karena datang padanya untuk mengantarkan kopi. Itu karena Sekretarisku sedang tidak bekerja karena sesuatu yang tidak bisa
Seorang pria dengan tubuh jangkung itu masuk ke dalam ruang rawat April, setelah dia mundur beberapa langkah karena melihat keromantisan mereka. Tubuh yang terbiasa tegap dengan arti percaya diri dan berwibawa, sekarang tubuh itu tampak layu diterpa rasa bersalah yang amat besar. “Kenapa kamu kemari?” tanya April tiba-tiba. Hanya dengan melihat batang hidungnya saja, April sudah tahu itu Angga. Semakin Angga masuk lebih dalam, dengan menunjukan diri sepenuhnya, perkataan yang membuat Angga tersinggung tidak sengaja terlontar. Angga membelalakan matanya tidak percaya. Tapi dia sudah berjanji datang kesini untuk alasan yang baik. “Tua CEO ingin mengatakan sesuatu padamu, April.” Leo mendahului kata yang akan berhamburan keluar dari mulut Angga. Leo merasa bahwa Angga harus mengakui kesalahanya kepada April saat ini. Angga pun menatap tajam ke arah Leo. Seolah-olah dia sedang memikirkan sesuatu yang buruk tentang Leo. Tapi dari pada itu, Angga terus berjalan ke depan menghampiri
April berdecih sangat keras. Dia menertawakan pria itu dan dirinya. Lalu tiba-tiba … Tatapannya menjadi mengerikan. “Apa maksudmu, April?” tanya Angga. Angga menatap April dengan ekspresi yang bingung. Tidak, hati dan pikirannya ikut bingung. Kacau, tersesat tanpa arah. Sulit untuk menebak isi pikiran April, dengan keegoisannya yang melekat pada jiwa pria seperti itu. “Kau tahu? Apa yang lebih lucu dari opera yang aku ciptakan? Jawabannya adalah ketika orang yang aku cintai menjadi musuh, dan musuh menjadi cintaku. Angga, bukankah ini di luar skenario?”April memiringkan kepalanya. Air mata dari kedua sisi jatuh beriringan. Senada dengan detak jantungnya yang memanas. Tumpah tak terbendung, walaupun tak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulutnya. Sakit. Seperti itulah perasaan wanita yang sudah di ujung rasa kecewa. Dia masih mampu menangis, namun suara tangisan yang menjerit hilang entah kenapa. Mungkin sudah ditelan oleh dusta pria di hadapannya lebih dulu. Mungkin pria itu
Tangan mengerat. Kuku panjang menembus jari sampai mengeluarkan darah. Itu karena April menahan kalimat setelahnya. Dia tahu apa yang ingin diucapkan, tapi dia merasa tidak bisa. “Sial, kenapa aku tidak bisa bicara?” batin April. April menahannya karena sadar, jika dia mengatakannya, dia akan merasa bersalah kepada Angga. Tapi faktanya. April merasa bahwa Angga tidak memikirkan hal seperti itu kepadanya. Dilema. April akhirnya merasa di pilihan seperti ini. Tapi dengan keberaniannya … “Karena kamu tidak memiliki perasaan, aku akan mengatakannya padamu, Angga,” jawabnya dengan tegas. “Selama ini, aku merasa bahwa aku tidak hanya bekerja sama denganmu. Tapi aku merasa bahwa kita terikat. Tidak, tapi kamu yang mengikatku. Jadi, aku ingin bebas darimu, Angga. Aku … Tidak merasa nyaman dengan sikapmu yang kamu lakukan di rumah dan melakukannya ketika di kantor juga. Padahal aku sudah bilang jangan melakukan itu di depan mereka. Padahal aku sudah sering memperingati dan memaklumi kamu.
Setelah mengatakan hal demikian, Angga berbalik kembali lalu pergi. April hanya melihat pria itu berbeda sekarang. Tidak tersentuh sama sekali. bagaimanapun dia mengatakan banyak kiasan dari mulutnya, April tidak ingin percaya. Dengan satu sudut mulut yang menyungging April bergumam, “Terlalu mudah untuk manusia berkata-kata. Tapi sedikit sekali orang yang dapat menepati janjinya.” Kini, hanya kekosongan yang April dapatkan. Angga datang dengan jiwa dan tubuhnya yang tidak membawa apa-apa termasuk maaf yang tulus untuk April. “Mengenaskan menjadi diriku. Bagaimana caranya agar kamu tidak hanya mencintaiku, tapi juga menghargaiku. Bukannya sia-sia, jika kamu tidak menghargaiku? Cih, aku juga punya perasaan. Aku punya harga diri, Angga. Untuk itulah, omong kosong yang kamu ucapkan tidak berbeda dengan pasir yang sering kau injak setiap hari,” katanya pada angin yang melambai, meminta bahwa ucapan tulus April dapat sampai pada telinganya, walau mustahil. Setiap kata demi kata yang A
“Dia sedang ke toilet,” jawab April bohong. Walaupun April sedang berbicara dengan Camilla, tapi matanya ke arah pahanya yang mulai terbuka karena Leo yang menyingkirkan selimutnya. SKEP!April menutupi pahanya yang seksi dan mulus itu dengan selimutnya lagi. Leo yang merasa tertangkap basah hanya dapat cengengesan sambil menggaruk pundaknya yang tidak gatal. “Baiklah. Aku akan memberitahu Leo jika kamu menghubunginya. Sepertinya dia akan menelepon balik,” jawab April.TUT!Panggilan berakhir!Sekarang, mereka saling bertatapan. Leo yang merasa hilang akal dan malu, sedangkan April yang mulai menggodanya. “K-kenapa kamu menjawab telepon Camilla?” tanya Leo. Di nampak kesal dengan ekspresi yang seperti itu. “Karena dia istrimu, kenapa kamu tidak menghubunginya?” tanya April dengan membalikkan pertanyaanya. “Ah, i-itu, sih. Karena dia …”“Benar. Pria ini mulai hilang arah dari peraturannya selama ini. Aku sering mendengar dari orang lain, bahkan beberapa kali aku pernah menyaksika
Leo menghubungi Camilla terlebih dahulu. Tapi yang Leo katakan hanya, “Camilla, maaf, aku sedang ada urusan dengan tim divisi. Aku akan menghubungimu nanti.”Burung-burung putih dan kecil mengelilingi kepala April. Mulut yang menganga terbuka juga menjadi saksi bisu kebohongan Leo sekarang. “Jika hanya itu yang ingin kamu katakan, jawaban dariku sebelumnya bukankah sudah cukup? Sama saja, bukan?” sindir April. Dengan side eye nya, April membuar Leo takut. Sebuah fakta umum bahwa seorang suami bisa takut pada selingkuhannya itu ternyata benar. Seperti Leo saja sekarang. Ya, itu wajar untuk orang yang selingkuh. Karena dia merasakan benih cinta pertama dengan orang baru. Sama seperti ketika orang yang selingkuh itu menemukan cinta pertamanya. Walaupun Leo sebenarnya tidak pernah merasakan hal seperti itu dengan Camilla. “Haha. Maafkan aku. Tapi, April. Jika aku tidak salah dengar, kamu bilang jika kamu cemburu, bukan?” Saat Leo melontarkan kalimat itu, Leo cukup berhati-hati karena
Setelah beberapa hari April mendapatan perawatan, April di perbolehkan pulang. Tapi April pergi sendiri dan hanya berpamitan dengan Dokter Brian, teman lamanya. Tidak ada yang menjemput April untuk pulang, karena Dokter Brian mengatakan bahwa April pulang besok pagi, smeentara April ingin pulang malam ini. April juga mematikan ponselnya, karena dia tahu bahwa Leo dan Angga akan menghubunginya seperti orang gila. Dengan satu tangan gadis itu, dia mengangkat satu kopernya yang berisi pakaiannya selama ini ke dalam rumah. Sebuah lampu menyorot rumah April. April menjadi objek dari cahaya itu. “Hah, aku sudah tahu siapa orangnya. Sebaiknya aku segera masuk ke dalam,” gumam April. Dengan terburu-buru, April segera masuk ke dalam rumahnya. Tidak lupa, dia mengunci pintu rumahnya dengan cepat. April tidak mau, Angga masuk ke dalam rumah itu, walaupun rumah tersebut pemberian Angga. BRUK!April menempelkan punggungnya pada pintu bagian dalam. Lalu tubuh itu turun ke bawah dengan helaan n