Tangan mengerat. Kuku panjang menembus jari sampai mengeluarkan darah. Itu karena April menahan kalimat setelahnya. Dia tahu apa yang ingin diucapkan, tapi dia merasa tidak bisa. “Sial, kenapa aku tidak bisa bicara?” batin April. April menahannya karena sadar, jika dia mengatakannya, dia akan merasa bersalah kepada Angga. Tapi faktanya. April merasa bahwa Angga tidak memikirkan hal seperti itu kepadanya. Dilema. April akhirnya merasa di pilihan seperti ini. Tapi dengan keberaniannya … “Karena kamu tidak memiliki perasaan, aku akan mengatakannya padamu, Angga,” jawabnya dengan tegas. “Selama ini, aku merasa bahwa aku tidak hanya bekerja sama denganmu. Tapi aku merasa bahwa kita terikat. Tidak, tapi kamu yang mengikatku. Jadi, aku ingin bebas darimu, Angga. Aku … Tidak merasa nyaman dengan sikapmu yang kamu lakukan di rumah dan melakukannya ketika di kantor juga. Padahal aku sudah bilang jangan melakukan itu di depan mereka. Padahal aku sudah sering memperingati dan memaklumi kamu.
Setelah mengatakan hal demikian, Angga berbalik kembali lalu pergi. April hanya melihat pria itu berbeda sekarang. Tidak tersentuh sama sekali. bagaimanapun dia mengatakan banyak kiasan dari mulutnya, April tidak ingin percaya. Dengan satu sudut mulut yang menyungging April bergumam, “Terlalu mudah untuk manusia berkata-kata. Tapi sedikit sekali orang yang dapat menepati janjinya.” Kini, hanya kekosongan yang April dapatkan. Angga datang dengan jiwa dan tubuhnya yang tidak membawa apa-apa termasuk maaf yang tulus untuk April. “Mengenaskan menjadi diriku. Bagaimana caranya agar kamu tidak hanya mencintaiku, tapi juga menghargaiku. Bukannya sia-sia, jika kamu tidak menghargaiku? Cih, aku juga punya perasaan. Aku punya harga diri, Angga. Untuk itulah, omong kosong yang kamu ucapkan tidak berbeda dengan pasir yang sering kau injak setiap hari,” katanya pada angin yang melambai, meminta bahwa ucapan tulus April dapat sampai pada telinganya, walau mustahil. Setiap kata demi kata yang A
“Dia sedang ke toilet,” jawab April bohong. Walaupun April sedang berbicara dengan Camilla, tapi matanya ke arah pahanya yang mulai terbuka karena Leo yang menyingkirkan selimutnya. SKEP!April menutupi pahanya yang seksi dan mulus itu dengan selimutnya lagi. Leo yang merasa tertangkap basah hanya dapat cengengesan sambil menggaruk pundaknya yang tidak gatal. “Baiklah. Aku akan memberitahu Leo jika kamu menghubunginya. Sepertinya dia akan menelepon balik,” jawab April.TUT!Panggilan berakhir!Sekarang, mereka saling bertatapan. Leo yang merasa hilang akal dan malu, sedangkan April yang mulai menggodanya. “K-kenapa kamu menjawab telepon Camilla?” tanya Leo. Di nampak kesal dengan ekspresi yang seperti itu. “Karena dia istrimu, kenapa kamu tidak menghubunginya?” tanya April dengan membalikkan pertanyaanya. “Ah, i-itu, sih. Karena dia …”“Benar. Pria ini mulai hilang arah dari peraturannya selama ini. Aku sering mendengar dari orang lain, bahkan beberapa kali aku pernah menyaksika
Leo menghubungi Camilla terlebih dahulu. Tapi yang Leo katakan hanya, “Camilla, maaf, aku sedang ada urusan dengan tim divisi. Aku akan menghubungimu nanti.”Burung-burung putih dan kecil mengelilingi kepala April. Mulut yang menganga terbuka juga menjadi saksi bisu kebohongan Leo sekarang. “Jika hanya itu yang ingin kamu katakan, jawaban dariku sebelumnya bukankah sudah cukup? Sama saja, bukan?” sindir April. Dengan side eye nya, April membuar Leo takut. Sebuah fakta umum bahwa seorang suami bisa takut pada selingkuhannya itu ternyata benar. Seperti Leo saja sekarang. Ya, itu wajar untuk orang yang selingkuh. Karena dia merasakan benih cinta pertama dengan orang baru. Sama seperti ketika orang yang selingkuh itu menemukan cinta pertamanya. Walaupun Leo sebenarnya tidak pernah merasakan hal seperti itu dengan Camilla. “Haha. Maafkan aku. Tapi, April. Jika aku tidak salah dengar, kamu bilang jika kamu cemburu, bukan?” Saat Leo melontarkan kalimat itu, Leo cukup berhati-hati karena
Setelah beberapa hari April mendapatan perawatan, April di perbolehkan pulang. Tapi April pergi sendiri dan hanya berpamitan dengan Dokter Brian, teman lamanya. Tidak ada yang menjemput April untuk pulang, karena Dokter Brian mengatakan bahwa April pulang besok pagi, smeentara April ingin pulang malam ini. April juga mematikan ponselnya, karena dia tahu bahwa Leo dan Angga akan menghubunginya seperti orang gila. Dengan satu tangan gadis itu, dia mengangkat satu kopernya yang berisi pakaiannya selama ini ke dalam rumah. Sebuah lampu menyorot rumah April. April menjadi objek dari cahaya itu. “Hah, aku sudah tahu siapa orangnya. Sebaiknya aku segera masuk ke dalam,” gumam April. Dengan terburu-buru, April segera masuk ke dalam rumahnya. Tidak lupa, dia mengunci pintu rumahnya dengan cepat. April tidak mau, Angga masuk ke dalam rumah itu, walaupun rumah tersebut pemberian Angga. BRUK!April menempelkan punggungnya pada pintu bagian dalam. Lalu tubuh itu turun ke bawah dengan helaan n
Sebuah mentari yang memaksa masuk dengan sedikit cahayanya yang membuat silau. Seorang gadis tengah berbaring di sebuah kasur pucat dengan seorang laki-laki tanpa pakaian. Gadis itu mengernyitkan matanya. Lalu membuka matanya pelan-pelan karena cahaya itu membuat dirinya terkejut. “Mmh, sudah pagi, ya?” ucap gadis itu. Dia belum sadar penuh bahwa dia pingsan kemarin. Nyawanya masing mengambang di atas udara yang tidak luas karena atap rumah.“Kau sudah bangun?”Sampai sebuah suara tiba-tiba terdengar di belakangnya. Suara yang tidak asing untuk telinga gadis yang sempat menjadi putri tidur itu. April menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ketika yang dia lihat adalah pria yang telanjang dada. Dari pada terpana dengan perut kotaknya, April dengan cepat membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Dia ingin memastikan, jika dia baik-baik saja dengan pakaian semalam. Ya, April baru sadar jika semalam dia tidak sadarkan diri di dapur. “Angga, dimana pakaianku?!” BUGH! Dengan kekuatan y
Sebuah pertengkaran, yang tercipta antara Angga dan April, selalu berakhir dengan damai. Kini, mereka membuat kesepakatan bersama, agar mereka bisa belajar dengan kesalahan di masa lalu. jika Angga yang tidak ingin mengulang kesalahannya karena April orang dicintai, April berpikir bahwa Angga adalah partner, yang jika terlalu sering bertengkar akan mengakibatkan kehancuran. “Apakah aku sanggup dengan kesepakatan yang April buat?” batin Angga sambil melihat gadis yang dia cintai, dari jarak beberapa meter itu. Di sebuah jalanan ini, mereka akan memulai komitmennya. Untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Walau rasanya terlalu berat untuk pria yang mencintai April dengan obsesi itu. “Aku terus memandangmu seperti ini. Sementara kamu selalu mengalihkan pandanganmu kepada duniamu. Tanpa melihat, bahwa aku yang paling mencintaimu disini. Sulit, terlalu sulit untukku membuatmu yakin, bahwa kamu bisa berlindung padaku. Walau kepalamu berkata itu tidak mungkin, tapi aku ingin datang
KLAK! KLAK! Di ruang bawah tanah, tempat khusus April dan Angga melakukan banyak agenda tentang misi April. Tapi kini, April datang sendiri. Wajah yang berantakan, hati yang lelah, karena beberapa masalahnya bertabrakan di waktu yang sama. “Hah! Aku terbiasa memiliki energi yang lebih banyak jika mengenai hal seperti ini. Tapi kenapa, kenapa aku merasa kesulitan sendiri? Seharusnya aku tidak perlu rapuh karena tidak ada dia,” gumma April. Dengan pakaian kantor yang masih menempel pada tubuhnya, April mulai bekerja dari mulai mencatat bagian penting untuk besok pada sebuah white board. Pikirannya sulit dikendali, ketika April ingat bahwa yang menulis plan setiap hari di whiteboard ini biasanya Angga. Sudut bibir April naik, bersama helaan nafas yang terpaksa dia lepas. “Aku tidak apa-apa. Sungguh, tanpanya aku bisa berdiri sendiri.” April berusaha tersenyum, di tengah ruangan yang tidak akan melihatnya bahkan ketika dia bahagia atau rapuh sekalipun. Menahan diri untuk baik-b