Mulai besok, aku update seperti biasanya, ya. Setelah ini konflik akan dimulai dengan berat. Kita akan mencari tahu banyak hal tentang tokoh pengganggu April, lalu ... Ya, nantikan <3
“Argh!”Dengan mata yang hampir menutup karena dia sudah berjanji malam itu hanya akan membuat rencana untuk misi selanjutnya. Tak disangka, April harus pergi ke sebuah bar untuk menyusul Leo yang tadi bersamanya. Bahkan kekhawatiran April sekarang bukanlah dirinya lagi, tapi Leo. April takut jika Leo melakukan hal gila setelah mabuk dan keceplosan menyebut nama April. “Tunggu, apa yang harus aku pilih?” gumamnya. April berhenti di depan rumahnya setelah dia melihat beberapa pasang-pasang sepatu miliknya. Walaupun yang menonjol hanya dua. Sandal untuk pergi ke minimarket, dan high heels warna merah. Sambil berjongkok, rok pendek April terangkat naik sampai pahanya dengan refleks. Dia mengambil high heels merah itu pelan-pelan lalu melihatnya dengan tajam. Bahkan sekarang, lalu menekan ujung sepatu itu pada telunjuknya. “Akh!”Itu menyakiti April ternyata. “Bagaimana jika aku memulainya dengan ini? Ke sebelah mata. Agar satu matanya kesakitan karena sepatu ini, lalu sebelah matan
Angga mematung. Seolah-olah April sudah memberikan semen pada tubuhnya agar dia diam tak berkedip. Perkataan April tetap dingin sedingin salju. Bahkan setelah Angga melihat mulut April yang keras, dengan mata yang tajam mendekati benci padanya. Angga sulit untuk mengelak bahwa dia tidak baik-baik saja, yang pada akhirnya dia tidak bisa berkata apa-apa. “Hah!” Akhirnya hanya Angga hanya bisa menghela nafas pasrah, setelah melihat April meninggalkannya dengan tatapan benci, dan malah berambisi mencari pria lain.Di sudut sana, April terus mencari punggung yang dia kenal. Dengan wajah yang khawatir dan suara yang hampir habis, April melakukan semuanya untuk mencari Leo. Seorang pria yang memiliki cinta sepenuhnya kepada April, hanya bisa menatap dan menjaganya dari kejauhan. “Leo, kau di sana?” teriaknya. Seorang wanita dengan tubuh yang seksi dengan riasan yang tebal menghampiri April. Sedari tadi, wajah wanita itu menampakan kekesalan kepada kehadiran April yang mengganggu. Mendoro
“S-Siapa kamu?!” tanya wanita itu yang padahal dia sudah terpukau sejak pandangan bertemu dengan mata Angga. Walaupun Angga memberikan ekspresi tidak suka kepada wanita tersebut. “Bos, dia seorang CEO terkenal. Masa Anda tidak tahu,” bisik pria paling bertubuh jangkung itu. “Sebaiknya kita bawa Bos pergi,” kata satu temannya lagi. Dan wanita itu pun berakhir digusur dari bar tersebut, karena mereka juga lebih tahu, siapa Angga sebenarnya. Semenara itu, April masih memegang jas Angga dengan erat. Niat April saat awal adakah takut jika Angga melakukan keributan di bar ini karenanya. “Ekhem! Kamu bisa lepaskan itu sekarang,” kata Angga bermaksud pada tangan April yang masih memegang jasnya erat. “Ah, ma-maaf.” April merasa malu sekarang. Dia jadi terlihat seperti sedang membutuhkan Angga ketimbang ingin menjauhinya. Tapi April sadar, bahwa dia tidak sengaja, jadi komitmen tentang mereka akan tetap berlanjut. “K-kalau begitu, aku pergi dulu,” ucapnya dengan suara yang rendah.
BLAR!Kau tahu? Manusia yang memiliki Astraphobia yaitu ketakutan berlebih pada petir. Walaupun April tidak diserang dengan petir secara langsung, tapi dia ikut merasakan ketakutan yang hampir sama, setelah Angga mengatakan itu. “Apa maksudmu?! Kau pikir aku percaya?!” kata April dengan mulut yang keras, mata yang melotot dan mengintimidasi. April mendekatkan mulutnya pada telinga Angga. Lalu dia mengatakan, “Jika itu terjadi, aku tidak akan membiarkanmu lepas. Aku akan mengejarmu bahkan jika harus ke ujung neraka,” sambungnya dengan udara yang dingin keluar dari mulutnya. DEG!Angga membeku. Dia mengangkat satu sudut bibirnya. Matanya sedikit berkaca-kaca. “April, apa kamu sudah gila? Kamu sebenarnya percaya atau tidak? Tapi ternyata kamu bilang tidak percaya. Hanya saja, tatapanmu dan setiap kata yang keluar dari mulutmu terlihat sangat khawatir. Apakah kamu mencintainya?” Merasa geram, April benar-benar seperti orang bodoh yang terus mendengarkan omong kosong Angga. April mera
“Kau tidak perlu memanggilnya seperti itu. Lihatlah,” kata Angga sambil menarik tangan April agar tubuhnya, masuk ke dalam kamar itu. Walaupun April sempat takut dan kaget, dia akhirnya lega karena Leo benar-benar ada di sana. Dengan mata yang tertutup dan nafas yang masih berhembus bebas. Padahal, April merasa takut jika Angga benar-benar akan membunuh Leo. “Hah, bagaimana ceritanya dia sampai kemari?” tanya April dengan suara yang lembut kepada Angga. Sedangkan matanya masih menatap Leo dengan lega. Sedangkan tangannya malah mengusap lembut kepalanya. Angga tidak berhenti melihat mata dan tangan itu yang lebih dalam menyayangi Leo dibanding dirinya. Angga berpikir, bahwa hidupnya terasa tidak adil. Karena April lebih dulu bertemu dengannya di banding Leo. Tapi April tidak melihatnya sebagai pria, sampai sekarang. “Itu karena aku mengikuti kalian, saat divisi kalian mengadakan makan malam,” jawab Angga. Ya, walaupun Angga mengikuti April sampai rumah tanpa sepengetahuan April, A
“Bertanggung jawab? Apa yang sedang dibicarakan? Apa aku telah melakukan kesalahan?!” pikirnya dalam hati. Angga mulai memutar rekaman itu. “April, apa kamu punya pacar?” tanya Leo di dalam rekaman itu. “Pacar? Tidak ada, Leo. Aku seorang jomblo, hahaha.”Terdengar suara April yang yang sangat berisik disana. Bahkan April tidak berhenti tertawa untuk cerita Leo yang membosankan bagi Angga. Hanya saja, ada percakapan yang membuat April mulai berdegup kencang. “Sial! Setelah kalimat itu, ada kalimat yang berbahaya yang telah aku katakan pada Leo.”“Lalu kalimat ini, dengarkan!” kata Angga dan April pun mengangguk seperti anak anjing. Percakapan sakral di mulai dari rekaman itu …“Lalu siapa pria tertampan di kantor kita, April?” tanay Leo. Di dalam rekaman itu, April terdengar diam sebentar. Itu karena April sedang berpikir keras mencari orang tertampan. Sepertinya April kesulitan. Walaupun pada akhirnya April menyebutkan, “CEO Angga.”“Hah! Serius, deh. Aku tidak mengira kamu aka
“Bajingan gila itu! Untung saja aku tidak menelannya, hahaha! Dia pikir aku akan tertipu? Sudut mata wanita cerdas sudah melihat dengan jelas dia memasukan obat ke dalam minumanku. Tapi sayang sekali, ketika aku ingin menjahilinya dia juga malah menyadarinya. Ugh! Aku akan balas dendam padanya,” batin April yang berbicara sendiri di dalam kamar mandi dengan menatap cermin itu. TOK! TOK!“April, kamu berbohong, kan? Kamu sebenarnya diare, kan? Kamu menelannya, kan?” tanya Angga yang ingin menggodanya itu. Sekarang April seperti banteng. Setiap kali melihat Angga seperti sebuah kain merah. Ya, dia mungkin harus menabraknya dengan tubuhnya. Tapi membayangkannya saja jika itu terjadi, mungkin tubuh kecilnya akn terbang termakan angin, dan pria itu tidak akan tumbang sedikitpun seperti pohon. “Aish! Aku tidak diare! Memangnya aku bodoh, apa? Aku tidak mungkin tertipu oleh ide kampungan itu!” balasnya sambil menabrak punggung Angga dengan keras. Tapi sialnya, tubuh seperti pohon itu tida
Dekat. Wajah Angga semakin mendekati wajah April. Sontak, April menutup matanya pelan-pelan. Tidak lupa, dia juga memanyunkan bibirnya. Sedangkan April tidak tahu, jika Angga tidak menutup matanya, dan dia tengah melihat April yang seperti itu. “Puh! Bulu matamu jatuh. Sekarang sudah tidak ada.” Angga meniup mata April. Tentu saja April terkejut. Dia juga malu karena mengira Angga akan menciumnya. Sekarang, April pelan-pelan mendorong tubuhnya ke bawah, agar dia bisa kabur dari sela tangan Angga yang tidak penuh memblokirnya. Tapi Angga malah mengangkat tubuh April dan membawanya ke sebuah kursi. Lalu April diletakan di pahanya dengan cepat. Terkejut, begitulah yang dirasakan April sekarang. Tapi lebih dari itu, April merasa ada sesuatu yang aneh dengan jantungnya. “Setelah kamu masuk kesini, kamu tidak bisa lari dariku,” bisiknya. Membuat telinga April merah tersipu. April menundukan pandangannya. Mengalihkan pandangannya saat Angga menatap dari bawah, karena April duduk di pang
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak