Leo menghubungi Camilla terlebih dahulu. Tapi yang Leo katakan hanya, “Camilla, maaf, aku sedang ada urusan dengan tim divisi. Aku akan menghubungimu nanti.”Burung-burung putih dan kecil mengelilingi kepala April. Mulut yang menganga terbuka juga menjadi saksi bisu kebohongan Leo sekarang. “Jika hanya itu yang ingin kamu katakan, jawaban dariku sebelumnya bukankah sudah cukup? Sama saja, bukan?” sindir April. Dengan side eye nya, April membuar Leo takut. Sebuah fakta umum bahwa seorang suami bisa takut pada selingkuhannya itu ternyata benar. Seperti Leo saja sekarang. Ya, itu wajar untuk orang yang selingkuh. Karena dia merasakan benih cinta pertama dengan orang baru. Sama seperti ketika orang yang selingkuh itu menemukan cinta pertamanya. Walaupun Leo sebenarnya tidak pernah merasakan hal seperti itu dengan Camilla. “Haha. Maafkan aku. Tapi, April. Jika aku tidak salah dengar, kamu bilang jika kamu cemburu, bukan?” Saat Leo melontarkan kalimat itu, Leo cukup berhati-hati karena
Setelah beberapa hari April mendapatan perawatan, April di perbolehkan pulang. Tapi April pergi sendiri dan hanya berpamitan dengan Dokter Brian, teman lamanya. Tidak ada yang menjemput April untuk pulang, karena Dokter Brian mengatakan bahwa April pulang besok pagi, smeentara April ingin pulang malam ini. April juga mematikan ponselnya, karena dia tahu bahwa Leo dan Angga akan menghubunginya seperti orang gila. Dengan satu tangan gadis itu, dia mengangkat satu kopernya yang berisi pakaiannya selama ini ke dalam rumah. Sebuah lampu menyorot rumah April. April menjadi objek dari cahaya itu. “Hah, aku sudah tahu siapa orangnya. Sebaiknya aku segera masuk ke dalam,” gumam April. Dengan terburu-buru, April segera masuk ke dalam rumahnya. Tidak lupa, dia mengunci pintu rumahnya dengan cepat. April tidak mau, Angga masuk ke dalam rumah itu, walaupun rumah tersebut pemberian Angga. BRUK!April menempelkan punggungnya pada pintu bagian dalam. Lalu tubuh itu turun ke bawah dengan helaan n
Sebuah mentari yang memaksa masuk dengan sedikit cahayanya yang membuat silau. Seorang gadis tengah berbaring di sebuah kasur pucat dengan seorang laki-laki tanpa pakaian. Gadis itu mengernyitkan matanya. Lalu membuka matanya pelan-pelan karena cahaya itu membuat dirinya terkejut. “Mmh, sudah pagi, ya?” ucap gadis itu. Dia belum sadar penuh bahwa dia pingsan kemarin. Nyawanya masing mengambang di atas udara yang tidak luas karena atap rumah.“Kau sudah bangun?”Sampai sebuah suara tiba-tiba terdengar di belakangnya. Suara yang tidak asing untuk telinga gadis yang sempat menjadi putri tidur itu. April menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ketika yang dia lihat adalah pria yang telanjang dada. Dari pada terpana dengan perut kotaknya, April dengan cepat membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Dia ingin memastikan, jika dia baik-baik saja dengan pakaian semalam. Ya, April baru sadar jika semalam dia tidak sadarkan diri di dapur. “Angga, dimana pakaianku?!” BUGH! Dengan kekuatan y
Sebuah pertengkaran, yang tercipta antara Angga dan April, selalu berakhir dengan damai. Kini, mereka membuat kesepakatan bersama, agar mereka bisa belajar dengan kesalahan di masa lalu. jika Angga yang tidak ingin mengulang kesalahannya karena April orang dicintai, April berpikir bahwa Angga adalah partner, yang jika terlalu sering bertengkar akan mengakibatkan kehancuran. “Apakah aku sanggup dengan kesepakatan yang April buat?” batin Angga sambil melihat gadis yang dia cintai, dari jarak beberapa meter itu. Di sebuah jalanan ini, mereka akan memulai komitmennya. Untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Walau rasanya terlalu berat untuk pria yang mencintai April dengan obsesi itu. “Aku terus memandangmu seperti ini. Sementara kamu selalu mengalihkan pandanganmu kepada duniamu. Tanpa melihat, bahwa aku yang paling mencintaimu disini. Sulit, terlalu sulit untukku membuatmu yakin, bahwa kamu bisa berlindung padaku. Walau kepalamu berkata itu tidak mungkin, tapi aku ingin datang
KLAK! KLAK! Di ruang bawah tanah, tempat khusus April dan Angga melakukan banyak agenda tentang misi April. Tapi kini, April datang sendiri. Wajah yang berantakan, hati yang lelah, karena beberapa masalahnya bertabrakan di waktu yang sama. “Hah! Aku terbiasa memiliki energi yang lebih banyak jika mengenai hal seperti ini. Tapi kenapa, kenapa aku merasa kesulitan sendiri? Seharusnya aku tidak perlu rapuh karena tidak ada dia,” gumma April. Dengan pakaian kantor yang masih menempel pada tubuhnya, April mulai bekerja dari mulai mencatat bagian penting untuk besok pada sebuah white board. Pikirannya sulit dikendali, ketika April ingat bahwa yang menulis plan setiap hari di whiteboard ini biasanya Angga. Sudut bibir April naik, bersama helaan nafas yang terpaksa dia lepas. “Aku tidak apa-apa. Sungguh, tanpanya aku bisa berdiri sendiri.” April berusaha tersenyum, di tengah ruangan yang tidak akan melihatnya bahkan ketika dia bahagia atau rapuh sekalipun. Menahan diri untuk baik-b
“Argh!”Dengan mata yang hampir menutup karena dia sudah berjanji malam itu hanya akan membuat rencana untuk misi selanjutnya. Tak disangka, April harus pergi ke sebuah bar untuk menyusul Leo yang tadi bersamanya. Bahkan kekhawatiran April sekarang bukanlah dirinya lagi, tapi Leo. April takut jika Leo melakukan hal gila setelah mabuk dan keceplosan menyebut nama April. “Tunggu, apa yang harus aku pilih?” gumamnya. April berhenti di depan rumahnya setelah dia melihat beberapa pasang-pasang sepatu miliknya. Walaupun yang menonjol hanya dua. Sandal untuk pergi ke minimarket, dan high heels warna merah. Sambil berjongkok, rok pendek April terangkat naik sampai pahanya dengan refleks. Dia mengambil high heels merah itu pelan-pelan lalu melihatnya dengan tajam. Bahkan sekarang, lalu menekan ujung sepatu itu pada telunjuknya. “Akh!”Itu menyakiti April ternyata. “Bagaimana jika aku memulainya dengan ini? Ke sebelah mata. Agar satu matanya kesakitan karena sepatu ini, lalu sebelah matan
Angga mematung. Seolah-olah April sudah memberikan semen pada tubuhnya agar dia diam tak berkedip. Perkataan April tetap dingin sedingin salju. Bahkan setelah Angga melihat mulut April yang keras, dengan mata yang tajam mendekati benci padanya. Angga sulit untuk mengelak bahwa dia tidak baik-baik saja, yang pada akhirnya dia tidak bisa berkata apa-apa. “Hah!” Akhirnya hanya Angga hanya bisa menghela nafas pasrah, setelah melihat April meninggalkannya dengan tatapan benci, dan malah berambisi mencari pria lain.Di sudut sana, April terus mencari punggung yang dia kenal. Dengan wajah yang khawatir dan suara yang hampir habis, April melakukan semuanya untuk mencari Leo. Seorang pria yang memiliki cinta sepenuhnya kepada April, hanya bisa menatap dan menjaganya dari kejauhan. “Leo, kau di sana?” teriaknya. Seorang wanita dengan tubuh yang seksi dengan riasan yang tebal menghampiri April. Sedari tadi, wajah wanita itu menampakan kekesalan kepada kehadiran April yang mengganggu. Mendoro
“S-Siapa kamu?!” tanya wanita itu yang padahal dia sudah terpukau sejak pandangan bertemu dengan mata Angga. Walaupun Angga memberikan ekspresi tidak suka kepada wanita tersebut. “Bos, dia seorang CEO terkenal. Masa Anda tidak tahu,” bisik pria paling bertubuh jangkung itu. “Sebaiknya kita bawa Bos pergi,” kata satu temannya lagi. Dan wanita itu pun berakhir digusur dari bar tersebut, karena mereka juga lebih tahu, siapa Angga sebenarnya. Semenara itu, April masih memegang jas Angga dengan erat. Niat April saat awal adakah takut jika Angga melakukan keributan di bar ini karenanya. “Ekhem! Kamu bisa lepaskan itu sekarang,” kata Angga bermaksud pada tangan April yang masih memegang jasnya erat. “Ah, ma-maaf.” April merasa malu sekarang. Dia jadi terlihat seperti sedang membutuhkan Angga ketimbang ingin menjauhinya. Tapi April sadar, bahwa dia tidak sengaja, jadi komitmen tentang mereka akan tetap berlanjut. “K-kalau begitu, aku pergi dulu,” ucapnya dengan suara yang rendah.