“S-Siapa kamu?!” tanya wanita itu yang padahal dia sudah terpukau sejak pandangan bertemu dengan mata Angga. Walaupun Angga memberikan ekspresi tidak suka kepada wanita tersebut. “Bos, dia seorang CEO terkenal. Masa Anda tidak tahu,” bisik pria paling bertubuh jangkung itu. “Sebaiknya kita bawa Bos pergi,” kata satu temannya lagi. Dan wanita itu pun berakhir digusur dari bar tersebut, karena mereka juga lebih tahu, siapa Angga sebenarnya. Semenara itu, April masih memegang jas Angga dengan erat. Niat April saat awal adakah takut jika Angga melakukan keributan di bar ini karenanya. “Ekhem! Kamu bisa lepaskan itu sekarang,” kata Angga bermaksud pada tangan April yang masih memegang jasnya erat. “Ah, ma-maaf.” April merasa malu sekarang. Dia jadi terlihat seperti sedang membutuhkan Angga ketimbang ingin menjauhinya. Tapi April sadar, bahwa dia tidak sengaja, jadi komitmen tentang mereka akan tetap berlanjut. “K-kalau begitu, aku pergi dulu,” ucapnya dengan suara yang rendah.
BLAR!Kau tahu? Manusia yang memiliki Astraphobia yaitu ketakutan berlebih pada petir. Walaupun April tidak diserang dengan petir secara langsung, tapi dia ikut merasakan ketakutan yang hampir sama, setelah Angga mengatakan itu. “Apa maksudmu?! Kau pikir aku percaya?!” kata April dengan mulut yang keras, mata yang melotot dan mengintimidasi. April mendekatkan mulutnya pada telinga Angga. Lalu dia mengatakan, “Jika itu terjadi, aku tidak akan membiarkanmu lepas. Aku akan mengejarmu bahkan jika harus ke ujung neraka,” sambungnya dengan udara yang dingin keluar dari mulutnya. DEG!Angga membeku. Dia mengangkat satu sudut bibirnya. Matanya sedikit berkaca-kaca. “April, apa kamu sudah gila? Kamu sebenarnya percaya atau tidak? Tapi ternyata kamu bilang tidak percaya. Hanya saja, tatapanmu dan setiap kata yang keluar dari mulutmu terlihat sangat khawatir. Apakah kamu mencintainya?” Merasa geram, April benar-benar seperti orang bodoh yang terus mendengarkan omong kosong Angga. April mera
“Kau tidak perlu memanggilnya seperti itu. Lihatlah,” kata Angga sambil menarik tangan April agar tubuhnya, masuk ke dalam kamar itu. Walaupun April sempat takut dan kaget, dia akhirnya lega karena Leo benar-benar ada di sana. Dengan mata yang tertutup dan nafas yang masih berhembus bebas. Padahal, April merasa takut jika Angga benar-benar akan membunuh Leo. “Hah, bagaimana ceritanya dia sampai kemari?” tanya April dengan suara yang lembut kepada Angga. Sedangkan matanya masih menatap Leo dengan lega. Sedangkan tangannya malah mengusap lembut kepalanya. Angga tidak berhenti melihat mata dan tangan itu yang lebih dalam menyayangi Leo dibanding dirinya. Angga berpikir, bahwa hidupnya terasa tidak adil. Karena April lebih dulu bertemu dengannya di banding Leo. Tapi April tidak melihatnya sebagai pria, sampai sekarang. “Itu karena aku mengikuti kalian, saat divisi kalian mengadakan makan malam,” jawab Angga. Ya, walaupun Angga mengikuti April sampai rumah tanpa sepengetahuan April, A
“Bertanggung jawab? Apa yang sedang dibicarakan? Apa aku telah melakukan kesalahan?!” pikirnya dalam hati. Angga mulai memutar rekaman itu. “April, apa kamu punya pacar?” tanya Leo di dalam rekaman itu. “Pacar? Tidak ada, Leo. Aku seorang jomblo, hahaha.”Terdengar suara April yang yang sangat berisik disana. Bahkan April tidak berhenti tertawa untuk cerita Leo yang membosankan bagi Angga. Hanya saja, ada percakapan yang membuat April mulai berdegup kencang. “Sial! Setelah kalimat itu, ada kalimat yang berbahaya yang telah aku katakan pada Leo.”“Lalu kalimat ini, dengarkan!” kata Angga dan April pun mengangguk seperti anak anjing. Percakapan sakral di mulai dari rekaman itu …“Lalu siapa pria tertampan di kantor kita, April?” tanay Leo. Di dalam rekaman itu, April terdengar diam sebentar. Itu karena April sedang berpikir keras mencari orang tertampan. Sepertinya April kesulitan. Walaupun pada akhirnya April menyebutkan, “CEO Angga.”“Hah! Serius, deh. Aku tidak mengira kamu aka
“Bajingan gila itu! Untung saja aku tidak menelannya, hahaha! Dia pikir aku akan tertipu? Sudut mata wanita cerdas sudah melihat dengan jelas dia memasukan obat ke dalam minumanku. Tapi sayang sekali, ketika aku ingin menjahilinya dia juga malah menyadarinya. Ugh! Aku akan balas dendam padanya,” batin April yang berbicara sendiri di dalam kamar mandi dengan menatap cermin itu. TOK! TOK!“April, kamu berbohong, kan? Kamu sebenarnya diare, kan? Kamu menelannya, kan?” tanya Angga yang ingin menggodanya itu. Sekarang April seperti banteng. Setiap kali melihat Angga seperti sebuah kain merah. Ya, dia mungkin harus menabraknya dengan tubuhnya. Tapi membayangkannya saja jika itu terjadi, mungkin tubuh kecilnya akn terbang termakan angin, dan pria itu tidak akan tumbang sedikitpun seperti pohon. “Aish! Aku tidak diare! Memangnya aku bodoh, apa? Aku tidak mungkin tertipu oleh ide kampungan itu!” balasnya sambil menabrak punggung Angga dengan keras. Tapi sialnya, tubuh seperti pohon itu tida
Dekat. Wajah Angga semakin mendekati wajah April. Sontak, April menutup matanya pelan-pelan. Tidak lupa, dia juga memanyunkan bibirnya. Sedangkan April tidak tahu, jika Angga tidak menutup matanya, dan dia tengah melihat April yang seperti itu. “Puh! Bulu matamu jatuh. Sekarang sudah tidak ada.” Angga meniup mata April. Tentu saja April terkejut. Dia juga malu karena mengira Angga akan menciumnya. Sekarang, April pelan-pelan mendorong tubuhnya ke bawah, agar dia bisa kabur dari sela tangan Angga yang tidak penuh memblokirnya. Tapi Angga malah mengangkat tubuh April dan membawanya ke sebuah kursi. Lalu April diletakan di pahanya dengan cepat. Terkejut, begitulah yang dirasakan April sekarang. Tapi lebih dari itu, April merasa ada sesuatu yang aneh dengan jantungnya. “Setelah kamu masuk kesini, kamu tidak bisa lari dariku,” bisiknya. Membuat telinga April merah tersipu. April menundukan pandangannya. Mengalihkan pandangannya saat Angga menatap dari bawah, karena April duduk di pang
Namanya juga dua insan hilang akal. Yang satu pura-pura menolak tidak mau, yang satunya lagi berambisi tidak peduli sang wanita mau atau tidak. Ditambah ruangan ini di desain khusus oleh pelayan hotel, yang mengira bahwa Angga dan April akan berbulan madu. Begitulah, ide Angga terbentuk karena ketidaksengajaan ini. Sekarang, Angga yang pemberani seperti raja hutan itu malah terlihat seperti kucing tidak berdaya. Dia gugup, untuk melakukan langkah selanjutnya. Padahal Angga sudah sangat keren membuat April berbaring di kasurnya. “Dia kenapa berhenti, sih? Ini dia bercanda atau gimana, ya? Membuatku malu saja. Hah, kecelakaan ini seolah-olah aku juga menginginkannya. jika sudah seperti ini, tidak ada cara lain lagi,” batin April yang sedari tadi menunggu aksi Angga. April bangun dengan cepat. Punggung kekar yang memunggungi tubuh April, sedikit mme buatnya sakit hati. Ini seperti April sedang diberi harapan palsu olehnya. Ingin sekali April marah, tapi pada akhirnya hanya bisa menghe
“Terima kasih sudah memberiku tumpangan,” ucap April tanpa melihat mata Angga. Sekarang Angga tahu, tatapan itu bukanlah benci. Tentang komitmen dan aturan yang April buat dengan Angga, ternyata itu bukanlah seperti yang Angga kira. Itu adalah sebuah usaha agar cinta April tidak semakin dalam kepadanya. Juga agar Angga dapat membencinya dengan celah yang April buat seperti sifat buruk April yang sengaja ditujukan kepada Angga. “April, di masa depan, siapa pria yang akan kau nikahi?” tanya Angga tiba-tiba. Padahal April hampir membuka pintu rumahnya untuk masuk. April memutar tubuhnya dan melihat Angga, lalu menjawab, “Seseorang yang bersedia mencintaiku dan melindungiku sampai mati. Tapi jauh sebelum itu, aku akan menikah dengannya setelah aku bisa berdamai dengan diriku sendiri.” Senyum yang tipis terlukis di wajah April. Angga ikut tersenyum. Dia merasa bahwa itu adalah jawaban yang melegakan, terlepas Angga masih tidak tahu siapa yang akan menikah dengan April. “April, aku