“Bajingan gila itu! Untung saja aku tidak menelannya, hahaha! Dia pikir aku akan tertipu? Sudut mata wanita cerdas sudah melihat dengan jelas dia memasukan obat ke dalam minumanku. Tapi sayang sekali, ketika aku ingin menjahilinya dia juga malah menyadarinya. Ugh! Aku akan balas dendam padanya,” batin April yang berbicara sendiri di dalam kamar mandi dengan menatap cermin itu. TOK! TOK!“April, kamu berbohong, kan? Kamu sebenarnya diare, kan? Kamu menelannya, kan?” tanya Angga yang ingin menggodanya itu. Sekarang April seperti banteng. Setiap kali melihat Angga seperti sebuah kain merah. Ya, dia mungkin harus menabraknya dengan tubuhnya. Tapi membayangkannya saja jika itu terjadi, mungkin tubuh kecilnya akn terbang termakan angin, dan pria itu tidak akan tumbang sedikitpun seperti pohon. “Aish! Aku tidak diare! Memangnya aku bodoh, apa? Aku tidak mungkin tertipu oleh ide kampungan itu!” balasnya sambil menabrak punggung Angga dengan keras. Tapi sialnya, tubuh seperti pohon itu tida
Dekat. Wajah Angga semakin mendekati wajah April. Sontak, April menutup matanya pelan-pelan. Tidak lupa, dia juga memanyunkan bibirnya. Sedangkan April tidak tahu, jika Angga tidak menutup matanya, dan dia tengah melihat April yang seperti itu. “Puh! Bulu matamu jatuh. Sekarang sudah tidak ada.” Angga meniup mata April. Tentu saja April terkejut. Dia juga malu karena mengira Angga akan menciumnya. Sekarang, April pelan-pelan mendorong tubuhnya ke bawah, agar dia bisa kabur dari sela tangan Angga yang tidak penuh memblokirnya. Tapi Angga malah mengangkat tubuh April dan membawanya ke sebuah kursi. Lalu April diletakan di pahanya dengan cepat. Terkejut, begitulah yang dirasakan April sekarang. Tapi lebih dari itu, April merasa ada sesuatu yang aneh dengan jantungnya. “Setelah kamu masuk kesini, kamu tidak bisa lari dariku,” bisiknya. Membuat telinga April merah tersipu. April menundukan pandangannya. Mengalihkan pandangannya saat Angga menatap dari bawah, karena April duduk di pang
Namanya juga dua insan hilang akal. Yang satu pura-pura menolak tidak mau, yang satunya lagi berambisi tidak peduli sang wanita mau atau tidak. Ditambah ruangan ini di desain khusus oleh pelayan hotel, yang mengira bahwa Angga dan April akan berbulan madu. Begitulah, ide Angga terbentuk karena ketidaksengajaan ini. Sekarang, Angga yang pemberani seperti raja hutan itu malah terlihat seperti kucing tidak berdaya. Dia gugup, untuk melakukan langkah selanjutnya. Padahal Angga sudah sangat keren membuat April berbaring di kasurnya. “Dia kenapa berhenti, sih? Ini dia bercanda atau gimana, ya? Membuatku malu saja. Hah, kecelakaan ini seolah-olah aku juga menginginkannya. jika sudah seperti ini, tidak ada cara lain lagi,” batin April yang sedari tadi menunggu aksi Angga. April bangun dengan cepat. Punggung kekar yang memunggungi tubuh April, sedikit mme buatnya sakit hati. Ini seperti April sedang diberi harapan palsu olehnya. Ingin sekali April marah, tapi pada akhirnya hanya bisa menghe
“Terima kasih sudah memberiku tumpangan,” ucap April tanpa melihat mata Angga. Sekarang Angga tahu, tatapan itu bukanlah benci. Tentang komitmen dan aturan yang April buat dengan Angga, ternyata itu bukanlah seperti yang Angga kira. Itu adalah sebuah usaha agar cinta April tidak semakin dalam kepadanya. Juga agar Angga dapat membencinya dengan celah yang April buat seperti sifat buruk April yang sengaja ditujukan kepada Angga. “April, di masa depan, siapa pria yang akan kau nikahi?” tanya Angga tiba-tiba. Padahal April hampir membuka pintu rumahnya untuk masuk. April memutar tubuhnya dan melihat Angga, lalu menjawab, “Seseorang yang bersedia mencintaiku dan melindungiku sampai mati. Tapi jauh sebelum itu, aku akan menikah dengannya setelah aku bisa berdamai dengan diriku sendiri.” Senyum yang tipis terlukis di wajah April. Angga ikut tersenyum. Dia merasa bahwa itu adalah jawaban yang melegakan, terlepas Angga masih tidak tahu siapa yang akan menikah dengan April. “April, aku
Di dalam rumah Camilla, dia membuat para pelayan rumahnya ketakutan. Itu karena Camilla yang tiba-tiba minta diantarkan ke sebuah hotel. Camilla tidak terbiasa tidak sarapan, jadi dia mulai marah-marah karena Kokinya masih belum membuatkannya sarapan. “Apa kamu tidak dengar?! Aku tidak mau sarapan di luar jadi cepat buatkan aku sarapan!” teriak Camilla pada kokinya. “B-baik, Nyonya,” jawab Koki itu. Dia bersama tiga pelayan pergi ke dapur dengan terburu-buru. Melihat tangan mereka sangat terampil dan cepat, membuat siapapun yakin karena mereka terbiasa diburu-buru oleh sang pemilik rumah.Menunggu dua menit sarapan yang Camilla inginkan masih belum selesai, Camilla pun melempar guci mahal ke lantai. Tidak ada yang terkejut saat melihatnya. Walaupun mereka sering melihat Camilla yang seperti itu, tapi mereka tidak bisa menahan jantungnya.“Apa aku membayarmu mahal untuk waktu yang lama seperti itu?!” seenaknya pada koki dan tiga pelayan yang membantunya. Sedangkan kepala pelayan dan
DEG! Tak disangka, jika Camilla mencurigai dirinya seperti itu karena insiden Leo yang hilang malam tadi. Leo yang sedang memilih pakaian di lemari nya itu sempat terkejut. Tapi dia tidak bodoh, jadi dia berusaha menyembunyikan ekspresi itu. Leo berbalik arah. “Apa maksudmu? Aku pergi bersama semua tim divisi, tentu saja,” jawabnya dengan tenang. Sedangkan Camila masih memikirkan semua tim divisi yang merupakan seorang wanita. Camilla kesulitan untuk mengetahui siapa mereka semua karena Camilla bekerja di tempat yang berbeda. “Hah! Biar kau jelaskan, ya. Sebelum ya aku minta maaf karena mmebuatmu khawatir. Aku pergi makan bersama semua tim kemarin. Tapi aku tidak sadar jika aku terlalu banyak minum, dan tidak ada yang tahu dimana rumahku. Jadi mereka mengirimku ke penginapan terdekat karena waktu itu sudah sangat malam,” jelasnya dengan bohong. “Kenapa April tidak menghubungiku jika kamu mabuk? Aku, kan bisa menjemputmu,” balasnya. Sejenak, sebutan nama wanita itu mengingatkanny
Beberapa bulan kemudian sudah terlewati. Masa-masa membingungkan, masa-masa sulit terlewati. Walaupun begitu, April tidak bisa tenang setelah melewati masa itu. Selain karena masa hidupnya masih panjang, misi dia masih berjalan sepertiganya. Masih terlalu jauh untuk tenang apalagi lengah. Sekarang, tidak pernah April sangka jika wanita itu akan datang pada reuni dengan teman SMA nya. Lebih parahnya, semua teman dekat April enggan untuk datang. April menebak, yang tersisa dari acara ini adalah sisa-sisa sampah yang pernah merundungnya dahulu. Termasuk Camilla. Drrt!“April, kamu akan datang ke reuni SMA?” tanya dia di dalam teleponnya. “Tidak tahu. Aku sedang sibuk, Camilla,” jawab April. Tut! Camilla langsung mematikan sambungannya. April mendengus kesal, karena sedekat apapun hubunganmu dengan Camilla, dia tidak pernah menganggap teman yang lebih manusia dan normal. Tapi seorang pengikut. Sekarang, April sudah berada di depan restoran bernuansa klasik itu. Jujur, April menyukai
Bondan tak mau mendengarnya. Dia terus menarik tubuh April ke pelukannya. Beberapa kali dia ingin mencoba untuk mencium bibir April namun dia selalu galala karena April mendorong tubuhnya. Tapi Bondan berhasil mencium leher April yang jenjang dan mulus itu. “Tidak! Berhenti, Bondan!” teriaknya. KREK!Bondan berhasil merobek rok April. April membelalakan matanya tidak percaya. Sungguh, dia sangat ketakutan sekarang. Tangannya menyusup ke dalam dengan bebas. April ingin teriak sekencang-kencangnya, tapi tangan Bondan menutupi mulutnya dengan keras sampai dia kesulitan untuk bernafas. “ARGH! Sialan!” April berhasil menggigit tangan Bondan sampai meninggalkan bekas luka yang membuat pria itu merasa ngilu. April juga mendorong tubuh Bondan dengan keras agar dia bisa kabur. Tapi ternyata Bondan berhasil menarik pinggangnya dan dia mendekapnya sekali lagi. Kepalanya diletakkan pada pundak April dna dia menghisapnya kembali. April yang merasa kesal sekaligus takut, mulai menendang perut