Sebuah pertengkaran, yang tercipta antara Angga dan April, selalu berakhir dengan damai. Kini, mereka membuat kesepakatan bersama, agar mereka bisa belajar dengan kesalahan di masa lalu. jika Angga yang tidak ingin mengulang kesalahannya karena April orang dicintai, April berpikir bahwa Angga adalah partner, yang jika terlalu sering bertengkar akan mengakibatkan kehancuran. “Apakah aku sanggup dengan kesepakatan yang April buat?” batin Angga sambil melihat gadis yang dia cintai, dari jarak beberapa meter itu. Di sebuah jalanan ini, mereka akan memulai komitmennya. Untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Walau rasanya terlalu berat untuk pria yang mencintai April dengan obsesi itu. “Aku terus memandangmu seperti ini. Sementara kamu selalu mengalihkan pandanganmu kepada duniamu. Tanpa melihat, bahwa aku yang paling mencintaimu disini. Sulit, terlalu sulit untukku membuatmu yakin, bahwa kamu bisa berlindung padaku. Walau kepalamu berkata itu tidak mungkin, tapi aku ingin datang
KLAK! KLAK! Di ruang bawah tanah, tempat khusus April dan Angga melakukan banyak agenda tentang misi April. Tapi kini, April datang sendiri. Wajah yang berantakan, hati yang lelah, karena beberapa masalahnya bertabrakan di waktu yang sama. “Hah! Aku terbiasa memiliki energi yang lebih banyak jika mengenai hal seperti ini. Tapi kenapa, kenapa aku merasa kesulitan sendiri? Seharusnya aku tidak perlu rapuh karena tidak ada dia,” gumma April. Dengan pakaian kantor yang masih menempel pada tubuhnya, April mulai bekerja dari mulai mencatat bagian penting untuk besok pada sebuah white board. Pikirannya sulit dikendali, ketika April ingat bahwa yang menulis plan setiap hari di whiteboard ini biasanya Angga. Sudut bibir April naik, bersama helaan nafas yang terpaksa dia lepas. “Aku tidak apa-apa. Sungguh, tanpanya aku bisa berdiri sendiri.” April berusaha tersenyum, di tengah ruangan yang tidak akan melihatnya bahkan ketika dia bahagia atau rapuh sekalipun. Menahan diri untuk baik-b
“Argh!”Dengan mata yang hampir menutup karena dia sudah berjanji malam itu hanya akan membuat rencana untuk misi selanjutnya. Tak disangka, April harus pergi ke sebuah bar untuk menyusul Leo yang tadi bersamanya. Bahkan kekhawatiran April sekarang bukanlah dirinya lagi, tapi Leo. April takut jika Leo melakukan hal gila setelah mabuk dan keceplosan menyebut nama April. “Tunggu, apa yang harus aku pilih?” gumamnya. April berhenti di depan rumahnya setelah dia melihat beberapa pasang-pasang sepatu miliknya. Walaupun yang menonjol hanya dua. Sandal untuk pergi ke minimarket, dan high heels warna merah. Sambil berjongkok, rok pendek April terangkat naik sampai pahanya dengan refleks. Dia mengambil high heels merah itu pelan-pelan lalu melihatnya dengan tajam. Bahkan sekarang, lalu menekan ujung sepatu itu pada telunjuknya. “Akh!”Itu menyakiti April ternyata. “Bagaimana jika aku memulainya dengan ini? Ke sebelah mata. Agar satu matanya kesakitan karena sepatu ini, lalu sebelah matan
Angga mematung. Seolah-olah April sudah memberikan semen pada tubuhnya agar dia diam tak berkedip. Perkataan April tetap dingin sedingin salju. Bahkan setelah Angga melihat mulut April yang keras, dengan mata yang tajam mendekati benci padanya. Angga sulit untuk mengelak bahwa dia tidak baik-baik saja, yang pada akhirnya dia tidak bisa berkata apa-apa. “Hah!” Akhirnya hanya Angga hanya bisa menghela nafas pasrah, setelah melihat April meninggalkannya dengan tatapan benci, dan malah berambisi mencari pria lain.Di sudut sana, April terus mencari punggung yang dia kenal. Dengan wajah yang khawatir dan suara yang hampir habis, April melakukan semuanya untuk mencari Leo. Seorang pria yang memiliki cinta sepenuhnya kepada April, hanya bisa menatap dan menjaganya dari kejauhan. “Leo, kau di sana?” teriaknya. Seorang wanita dengan tubuh yang seksi dengan riasan yang tebal menghampiri April. Sedari tadi, wajah wanita itu menampakan kekesalan kepada kehadiran April yang mengganggu. Mendoro
“S-Siapa kamu?!” tanya wanita itu yang padahal dia sudah terpukau sejak pandangan bertemu dengan mata Angga. Walaupun Angga memberikan ekspresi tidak suka kepada wanita tersebut. “Bos, dia seorang CEO terkenal. Masa Anda tidak tahu,” bisik pria paling bertubuh jangkung itu. “Sebaiknya kita bawa Bos pergi,” kata satu temannya lagi. Dan wanita itu pun berakhir digusur dari bar tersebut, karena mereka juga lebih tahu, siapa Angga sebenarnya. Semenara itu, April masih memegang jas Angga dengan erat. Niat April saat awal adakah takut jika Angga melakukan keributan di bar ini karenanya. “Ekhem! Kamu bisa lepaskan itu sekarang,” kata Angga bermaksud pada tangan April yang masih memegang jasnya erat. “Ah, ma-maaf.” April merasa malu sekarang. Dia jadi terlihat seperti sedang membutuhkan Angga ketimbang ingin menjauhinya. Tapi April sadar, bahwa dia tidak sengaja, jadi komitmen tentang mereka akan tetap berlanjut. “K-kalau begitu, aku pergi dulu,” ucapnya dengan suara yang rendah.
BLAR!Kau tahu? Manusia yang memiliki Astraphobia yaitu ketakutan berlebih pada petir. Walaupun April tidak diserang dengan petir secara langsung, tapi dia ikut merasakan ketakutan yang hampir sama, setelah Angga mengatakan itu. “Apa maksudmu?! Kau pikir aku percaya?!” kata April dengan mulut yang keras, mata yang melotot dan mengintimidasi. April mendekatkan mulutnya pada telinga Angga. Lalu dia mengatakan, “Jika itu terjadi, aku tidak akan membiarkanmu lepas. Aku akan mengejarmu bahkan jika harus ke ujung neraka,” sambungnya dengan udara yang dingin keluar dari mulutnya. DEG!Angga membeku. Dia mengangkat satu sudut bibirnya. Matanya sedikit berkaca-kaca. “April, apa kamu sudah gila? Kamu sebenarnya percaya atau tidak? Tapi ternyata kamu bilang tidak percaya. Hanya saja, tatapanmu dan setiap kata yang keluar dari mulutmu terlihat sangat khawatir. Apakah kamu mencintainya?” Merasa geram, April benar-benar seperti orang bodoh yang terus mendengarkan omong kosong Angga. April mera
“Kau tidak perlu memanggilnya seperti itu. Lihatlah,” kata Angga sambil menarik tangan April agar tubuhnya, masuk ke dalam kamar itu. Walaupun April sempat takut dan kaget, dia akhirnya lega karena Leo benar-benar ada di sana. Dengan mata yang tertutup dan nafas yang masih berhembus bebas. Padahal, April merasa takut jika Angga benar-benar akan membunuh Leo. “Hah, bagaimana ceritanya dia sampai kemari?” tanya April dengan suara yang lembut kepada Angga. Sedangkan matanya masih menatap Leo dengan lega. Sedangkan tangannya malah mengusap lembut kepalanya. Angga tidak berhenti melihat mata dan tangan itu yang lebih dalam menyayangi Leo dibanding dirinya. Angga berpikir, bahwa hidupnya terasa tidak adil. Karena April lebih dulu bertemu dengannya di banding Leo. Tapi April tidak melihatnya sebagai pria, sampai sekarang. “Itu karena aku mengikuti kalian, saat divisi kalian mengadakan makan malam,” jawab Angga. Ya, walaupun Angga mengikuti April sampai rumah tanpa sepengetahuan April, A
“Bertanggung jawab? Apa yang sedang dibicarakan? Apa aku telah melakukan kesalahan?!” pikirnya dalam hati. Angga mulai memutar rekaman itu. “April, apa kamu punya pacar?” tanya Leo di dalam rekaman itu. “Pacar? Tidak ada, Leo. Aku seorang jomblo, hahaha.”Terdengar suara April yang yang sangat berisik disana. Bahkan April tidak berhenti tertawa untuk cerita Leo yang membosankan bagi Angga. Hanya saja, ada percakapan yang membuat April mulai berdegup kencang. “Sial! Setelah kalimat itu, ada kalimat yang berbahaya yang telah aku katakan pada Leo.”“Lalu kalimat ini, dengarkan!” kata Angga dan April pun mengangguk seperti anak anjing. Percakapan sakral di mulai dari rekaman itu …“Lalu siapa pria tertampan di kantor kita, April?” tanay Leo. Di dalam rekaman itu, April terdengar diam sebentar. Itu karena April sedang berpikir keras mencari orang tertampan. Sepertinya April kesulitan. Walaupun pada akhirnya April menyebutkan, “CEO Angga.”“Hah! Serius, deh. Aku tidak mengira kamu aka