“Kita sudah sampai, April. Kamu akan bertemu dengan orang itu,” kata Angga kepada April. April menatap sebuah rumah yang megah. Dia berpikir bahwa orang itu adalah pemilik rumah ini. Sekejap April melihat Angga, entah kenapa suasana menjadi lebih dingin dan seram. Dari pada itu, Angga malah lebih terlihat menakutkan. April dapat merasakannya. “Kalau begitu, cepatlah katakan. Siapa dia?” tanya April terburu-buru. Dia merasa bahwa akan ada terjadi sesuatu yang buruk. Jadi dia ingin mengetahui terlebih dahulu, setidaknya namanya saja. April bahkan memohon seperti kucing yang imut kepada Angga. Tapi pertama kalinya untuk Angga, dia tidak menggubris rayuan atau keimutan April yang dibuat. Angga malah menatap tajam. “B-baiklah, aku akan menunggu kamu mengizinkannya,” ungkap April sambil melemparkan pandangannya. Angga menyadari hal itu, jadi Angga meraih tangan April dan wajah mereka saling bertemu. Di situlah, kesempatan untuk Angga mencium April datang. CUP! “Manis, tolong jangan m
“Orang ini …” April menggantung perkataannya. Kedua pria tengah memandang bibir gadis itu yang diharapkan dia dapat mengatakan yang mereka harapkan. Orang ini adalah pria yang April temui bertahun-tahun lalu lamanya di Sekolah putih abu. Pria yang pertama kali membantu April untuk hidupnya di masa sulit itu. Ya, pria ini bahkan sudah mengenali April dari awal masuk sekolah. Pria yang berharga. April ingat, bahwa Kevin selalu menempatkan dirinya lebih awal, lebih atas dan selalu menghormati April. Pria yang selalu menyempatkan diri untuk memberi satu kotak susu jika April tidak ingin bicara dengannya. Dia sempat menghilang karena pindah sekolah. Tapi Kevin tiba-tiba memutuskan kontaknya dengan April. Padahal April masih ingin berbincang dan bertemu dengannya di suatu tempat. TES!Air mata gadis itu bercucuran lagi. Matanya tidak lagi benci. Dia hanya ingin memeluk Kevin yang masih sama itu. Tapi yang bisa April lakukan sekarang adalah, membeku sambil menelan keinginannya. GRET!
“April, apa maksudmu? A-aku bahkan tidak mengerti dengan yang kamu tanyakan. Kenapa kamu menuduhku melakukan tindakan kriminal?” tanya Kevin. Dia bahkan mendekati April. Tangannya berusaha meraih pergelangan tangan April, tapi Angga menahannya dan membuat Kevin kebingungan sekarang. Dengan Kevin prasangka yang luas, Kevin menyadari bahwa Angga adalah kekasih April. Pikirannya sempat terlahirkan karena hati Kevin sedikit teriris melihat pasangan yang serasi itu. Tapi sekarang Kevin masih ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaan April. “April, jika kamu tidak menjelaskannya, bagaimana aku bisa tahu?” tanya Kevin dengan tatapan sendunya. DEG! Perkataan yang tidak asing di telinga gadis ini. Itu karena di masa lalu, Kevin pernah mengatakannya juga. Pertanyaan yang selembut sutra, tatapan yang menyedihkan malam yang gerimis, kini terjadi lagi saat April menemui Kevin yang sudah dewasa. “I-itu … Apakah kamu terlibat dalam perdagangan manusia? Kamu juga tahu, kan, jika Mahira melakuka
Tuduhan tersebut berhasil membuat Kevin diam. Tidak mengelak atau bahkan membela dirinya sendiri. Dia merasa bahwa dengan membela dirinya tidak akan membuat April kembali pada kekecewaannya itu. Ya, dia dibawa ke sebuah tempat yang aman milik Angga. Dengan puluhan penjaga yang ditugaskan dengan sistem shift. Lalu di perjalanan pulang, April tidak satu mobil dengan Kevin. Sekarang, April sangat lelah untuk bicara. Bahkan hatinya sangat ingin agar dirinya tidak banyak memikirkan kejadian ini. "Maaf." Satu kata terucap pada pria yang membantu April selama ini. April menoleh pada Angga. Tidak mengatakan apa-apa, tapi tidak etis juga jika April membuat Angga merasa bersalah dengan semua ini. Jelas-jelas bahwa Angga sedang membantunya, pikir April. "Aku paham bagaimana perasaan kecewa itu datang. Terkadang memang kekecewaan tidak datang dari orang lain, tapi orang terdekat. Hidup ini penuh misteri. Kita tidak tahu jika di masa depan siapa yang akan berkhianat," ujarnya dengan mata yang
Di kediaman Angga, ada beberapa bodyguard miliknya. Mereka mengikuti Angga dan Apri, sebagian lagi menuntun Kevin ke penjara yang sudah Angga siapkan. Tanpa tahu menahu April, ternyata penjara itu sudah dibuat kemarin dengan cepat. Walau begitu, Angga tidak membuat tempat itu gelap dan lembab dan tanpa makanan. Angga membuatnya seperti kamar yang cukup ditinggali satu orang. Kevin hanya harus diam dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, agar Angga dan April dapat bebas bertanya. ***Seperti sekarang, sudah di hari keempat. April datang sendiri menemui Kevin di tempat tersebut. Tepat sekali saat jam makan siangnya, agar April terlihat sedang membawa sesuatu di tangannya untuk mantan sahabatnya itu. “Makan siang untukmu. Ini aku yang memasak. Satu karbohidrat tinggi serat, dua jenis sayuran, satu protein dan satu buah. Sempurna, bukan? Bahkan aku masih cukup peduli kepada orang yang sudah mengkhianati aku,” gertaknya yang membuat Kevin tidak bisa berkata apa-apa. “Terima kasih—”“Be
Di ruang tamu Angga, walaupun perlu waktu selama 10 hari, akhirnya Kevin menerima tawaran April dengan baik. Dia mengatakan semua rencana awal dengan Mahira. April mencatat, merekam dengan baik. Sedangkan Kevin sudah tidak peduli dengan dirinya sendiri. Dia sudah tidak peduli dengan nama baiknya, karirnya bahkan masa depannya setelah ini. Kevin juga berpikir bahwa April terlihat serius dengan kasus ini. Kevin juga tidak tahu kenapa April peduli dengan hal ini ketika dia bukanlah pengacara. Jika hanya sebatas menyayangi manusia, April bahkan tidak akan pergi sejauh ini, pikir Kevin. “Baiklah. Aku akan berterima kasih padamu karena ingin mengatakan semuanya dan memberikan semua bukti. Lalu, mengenai yang kamu cari, aku juga sudah punya jawaban. Jawaban dari kematian Ibumu,” ungkap April. Inilah yang Kevin tunggu-tunggu. Dia sudah malu menampakan wajahnya pada dunia, dan cita-citanya yang menjadi Dokter anak itu. Tapi dia berakhir menculik anak-anak untuk Mahira. Walau begitu, Kevin m
Menghentikan drama diantara keduanya. Mengedepankan sesuatu yang penting untuk April. Urusannya dengan Kevin, itu bisa setelah ini. Waktunya penggerebekan. April dan Angga tidak turun sendiri. Mereka menggunakan bodyguard, orang lain dan Pihak berwajib. Semua bukti sudah mereka serahkan, sebagai serangan awal, April membuat pesan anonim di media sosial terkait hal ini. Dengan setengah bukti yang di upload. Walau begitu, setengah bukti tersebut berhasil menggiring opini publik. Sesuai keinginan April. ***Di sebuah markas sekaligus tempat praktik ilegal, satu jam sebelum April memposting kejahatan Mahira ke publik. BRAK! "Angkat tangan kalian! Hentikan praktik ilegal ini!" perintah Polisi yang bekerja sama dengan Angga itu. Semua orang di dalam termasuk Mahira terkejut. Mereka tak bisa berkutik. Semuanya mengangkat tangan mereka. Beruntung, korban selanjutnya baru diberi obat bius. Sehingga operasi kepadanya belum dilakukan. "Mahira! Bagaimana ini?!" "Sial! Kenapa kita harus te
"Keponakanku tersayang juga salah satu korbanmu. Saya sudah mendengarnya hari ini. Bersama banyak bukti-bukti di dalamnya—""Wah!" PROK! PROK! PROK! Mahira menepuk telapak tangannya. Wajahnya kini lebih bersemangat dari sebelumnya. Seolah-olah dia sedang menemukan surga. "Bagaimana bisa ekspresimu biasa saja seperti itu? Apakah Anda senang keponakan Anda mati? Apakah Anda tidak merasakan gejolak api lalu menyembur hebat ke arahku? Apa apaan ekspresimu itu? Dasar manusia kolot tidak menyenangkan! Apa jangan-jangan kematiannya adalah anugerah?" kata Mahira dengan ekspresi ngerinya. Detektif itu terdiam sejenak. Dia ingin sekali marah melebihi apapun. Tapi dia sangat keras berusaha untuk menahannya. "Keponakan saya sudah saya besarkan seperti anak saya sendiri. Sejak dia masih bayi, dia tinggal dengan saya karena kakak saya meninggal saat melahirkannya. Tentu saja saat tahu bahwa dia meninggal saya sangat sedih. Tentu saja saya juga marah mendengar fakta bahwa dia dibunuh olehmu. Ta