Teman bisa menjadi musuh, tapi musuh tidak tentu akan menjadi teman. Apalagi musuh tersebut memiliki dendam, seperti yang April sekarang. Perasaan dendam yang menyuntik pembuluh darahnya, mampu melebar kemana-mana. Dendam April tidak hanya untuk Tomi saja, tapi orang-orang di belakangnya juga. Seperti sekarang, yang dilakukan April sekarang, di tempat misi rahasia, ruang bawah tanah mewah. “Dokumen yang sudah di print. File dan backup an nya juga ada. Kamu tidak perlu khawatir.” Angga memberikan dokumen baru yang membuat April mengerutkan keningnya. “Sejak kapan aku meminta dokumen padamu? Memangnya penting banget, ya?” kata April sambil membaca lembar pertama dokumen tersebut. Sontak, April mengeluarkan bola matanya lebih lebar. Dia terkejut, pada isi dokumen tersebut. Sementara Angga tersenyum puas melihat ekspresi April. “Aku tahu bagaimana cara membuatmu senang,” kata pria itu sambil mengecup pi April tiba-tiba. Ya, bahkan kecupan manis dari CEO yang dicintai semua wanita i
PRANG!Suara guci yang baru dibeli terdengar nyaring saat dipecahkan dengan penuh amarah. Kondisi rumah yang selalu tertata rapi di pagi-pagi, dan akan berantakan di malam hari. Rumah yang hanya ditinggali oleh Icha dan satu pembantunya itu sangat berantakan, melebihi anak-anak yang mengacak mainnanya. Hal ini karena Icha yang kerap mengacak-acak rumahnya setiap meluangkan waktu dengan para sponsornya. Menukar tubuh indahnya hanya demi mendapatkan sponsor. Siapa yang ingin ini terjadi? Selain sponsor hidung belang itu. “Nona, a-apakah ada sesuatu yang ingin Anda makan?” tanya seorang pembantu di luar kamar Icha itu. Berusaha mengetuk beberapa kali agar mendapat jawaban. Selebihnya, pembantu tersebut takut jika Icha dalam bahaya disana. Sudah lama sang Ibu tidak pernah menjenguknya. Icha menganggap Bibi, yang merupakan pembantu di rumahnya adalah orang tuanya. Tapi tetap saja, sikap dia selalu merepotkan. Icha membuka pintu kamarnya … “Ck! Tidak mau! Bersihkan saja tempat ini da
“Hah, ternyata dia hidup dengan sangat menyedihkan juga,” kata April dengan suara yang kecil. Di sebuah tempat mereka menjalankan misinya, April dan Angga sedang melihat rekaman secara langsung dari psikolog yang menangani Icha itu. April yang dulu memiliki rasa empati yang tinggi dan terkadang mengalah pada nasib dan takdir, juga kepada orang lain, kini dia juga tidak sepenuhnya bisa sangat jahat sampai tak menyisakan rasa iba pada penjahat itu. PUK!“Jangan ragu. Lakukan saja. Ingat, disini kamu adalah korban dan kamu menegakan keadilan dengan cara seperti yang kamu katakan,” ungkap Angga berusaha mengingatkan gadis itu yang hampir lengah karena rasa empatinya yang tidak bisa hilang sepenuhnya itu. ***Tiga hari telah sudah berlalu. kondisi Icha semakin buruk. Drama yang diperankan juga memiliki rating yang rendah. Lawan main Icha juga mulai membencinya karena kasus Mahira yang menyeret dirinya.Terlebih di media sosia sudah cukup banyak orang yang menyebar ulang catatan yang per
“April, sepertinya pertemuan kita sampai sini saja. Aku punya pertemuan mendadak dengan klienku. Kamu bisa pulang sendiri, ‘kan? Atau mau aku bayar saja biaya kendaraannya? Maaf, ya. Aku akan mengirimimu pesan setelah ini, ya. Ya, pulanglah.” April hanya bisa pura-pura terkejut dengan reaksi Camilla. April sampai ingin menahan tawa karena Camilla begitu antusiasnya ketika mendapatkan kabar yang dapat menjatuhkan temannya. April berusaha menebak nebak dari tadi dengan kepalanya. Tidak sabar. “Haha! Apa yang dia lakukan dengan video itu, ya? Secara hubungan mereka bertiga sudah sangat retak sekarang. Ya, tapi mereka dari dulu mereka memang tidak pernah saling mempercayai satu sama lain,” batin April. Seperti yang diharapkan, April diusir karena Camilla sedang bersemangat dengan hal lain. Tentu saja April juga bersemangat menunggu mereka terjalin dalam konflik yang berat. Dulu juga seperti itu. Hubungan persahabatan April saat sekolah juga hancur karena mereka. Terlebih yang baru-baru
"Dasar wanita sombong! Dengar! Kamu tidak akan menjadi apa-apa tanpa bantuan orang tuamu yang penuh itu! Sejak dulu kamu bodoh, tidak bisa diandalkan, suka berteriak dan menyuruh!" PLAK!Camilla menamparnya dengan keras sampai membuat pipi kering Icha perih. Suaranya terdengar ngilu oleh Icha sendiri. Sedangkan Camilla terus tersenyum lebar, tertawa renyah karena memenangkan pertarungan ini beberapa kali. Tidak, tapi sampai mati pun, Camilla selalu menjadi pemenang dari manusia yang dianggap hama ini. "Oho! Jadi kamu selama ini iri padaku, hah?! Kamu iri karena dari Mahira maupun aku, kamu memiliki keluarga yang buruk? Miskin, tidak suportif, menekan anaknya yang malang ini. Ah, dasar wanita tidak tahu diri! Memangnya kamu tidak sadar kenapa aku dan Mahira masih menerimamu?! Itu karena kamu menyedihkan, bodoh!" teriaknya. Perasaan Icha campur aduk sekarang. Antara harus mundur untuk mengalah, atau terus maju sambil terluka. Icha berpikir jernih dan penuh kesadaran, bahwa yang dia l
Camilla yang berusaha mendorong tubuh Icha dengan keras, malah berbalik keadaan. Icha yang memiliki stamina yang lebih kala itu berhasil memutar tubuhnya sendiri sambil berpegangan pada pundak Camilla. “I-cha …” Tangan kanan Camilla berusaha meraih Icha agar tubuhnya tidak membentur anak tangga yang banyak itu. Walaupun Icha mengulurkan tangannya, tapi Icha hanya mengambil ponsel milik Camilla saja, untuk menghapus aibnya. “Maaf, Camilla. Kau yang membuatku jahat seperti ini,” katanya dengan suara yang kecil. Tatapan mata yang hancur bercampur kepuasan. Menakutkan, namun begitulah Icha mengeluarkan apa yang telah dipendam sejak lama. BRUK! Tubuh Camilla terguling beberapa kali dari anak tangga, dan mendarat dengan cairan merah yang keluar dari kepalanya. Tapi tawa Iblis itu tiba-tiba redup. Icha, sadar kembali. “Ukh! A-aku yang telah mendorong wanita sialan itu.”Icha menuruni anak tangga sambil berlari. Keringat dingin terlihat membanjiri tubuhnya. Jantungnya berdetak lebih cep
"Apaan dia? Memangnya setelah ini akan ada yang peduli?" "Kau tahu, kan? Alasan kita datang kemari bukan karena rumor pertama? Tapi video syur yang membuat kita datang tapi malah menemukan hal tak terduga lainnya. Semua wartawan jadi lupa dengan niat awalnya." "Senior, lututku lemas," kata pria yang pertama kali memotret bukti pembunuhan tadi. "Ah, benar. Tenang saja. Ini, minum dulu. Terima kasih, ya. Karenamu, kami bisa mendapatkan sesuatu yang besar," balasnya dengan tawa yang keras.Sementara pria berkacamata bulat itu, hanya terus memikirkan tindakannya tadi. Dia merasa takut karena sudah berani memotret tindakan Artis Icha. Seolah-olah tangannya bergerak sendiri untuk menekan kamera tadi. "Senior, apakah setelah ini aku masih hidup? Tadi, Icha menatapku saat aku memotretnya." Pria itu terus mengeluh kepada Seniornya. Tapi Seniornya menepuk pundak anak baru itu dengan ritme yang sedang. "Hahaha! Kau terlalu banyak menonton drama thriller, ya? Tenang saja. Tidak akan ada yang
“Keluarkan aku dari sini! Dasar orang gila tak berperasaan!” terianya. “Diamlah! Kau itu sudah dibuang, Icha! Tidak akan ada yang mau mengulurkan tangannya untukmu,” jawab petugas tersebut. Datang dengan keraguan, berakhir dengan kehancuran. Icha masih ingat bagaimana tubuhnya bergetar saat pria tua itu menyentuh tubuhnya yang sudah lama terjaga. Jika dia melihat ke belakang, pengorbanan terbesar tentu saja adalah tubuhnya. Di pojok sel penjara yang dingin dan sedikit lembab itu, Icha memeluk tubuhnya yang kecil dengan tangan yang sempit. Air mata berharga itu terus berjatuhan bersama dengan penyesalan. “Hah! Andai saja ada satu orang yang bisa menarik diriku dari tempat mengerikan ini, aku berjanji akan hidup lebih baik untuk kedepannya. Aku mohon, orang yang disampingku banyak, tapi aku sangat terluka ketika tidak ada yang berani melihat keadaanku sekarang,” lirihnya pilu. Terkadang kita pernah mendengar, bahwa manusia sering melukai dirinya karena dia masa lalu dia terluka ora