***"Sellina enggak, Sell. Jangan tinggalin aku, aku sayang sama kamu. Please jangan pergi, Sell, aku enggak bisa. Sellina hey, Sellina!"Membuka mata secara spontan dengan detak jantung yang tiba-tiba saja tak menentu, itulah Rainer sekarang setelah sebuah mimpi tak biasa menghampirinya tanpa permisi.Sellina.Setelah sangat lama tak pernah memimpikan perempuan itu, di tidurnya kali ini Rainer kembali bertemu dengan Sellina di mimpi dan di mimpi tersebut, hubungannya dengan sang mantan kekasih bisa dibilang baik.Berlatar kampus tempat Rainer juga Sellina mengenyam pendidikan, momen manis terjadi di mimpi Rainer—di mana dia dan mantan kekasihnya tersebut menghabiskan waktu berdua di sebuah taman untuk merayakan anniversary.Ditemani sebuah cake karakter juga sebuket bunga lili putih, Rainer juga Sellina menikmati waktu mereka dengan tawa yang sesekali menghiasi bibir sampai akhirnya kedatangan pria asing membuat senyum dia dan Sellina luntur.Entah siapa pria tersebut, Rainer sendiri
***Tak menjawab panggilan dari Kalania, yang Rainer lakukan justru hanya memandang nomor perempuan itu sampai akhirnya panggilan tersebut pun berhenti—membuat dia bernapas lega. Namun, tak lama karena selang beberapa detik, sebuah notifikasi pesan masuk dan tentu saja pesan tersebut berasal dari Kalania.Rainer, tolong!Ketika dibuka, itulah pesan yang Rainer dapatkan dari Kalania dan jelas apa yang dikirim gadis itu membuat setitik khawatir muncul di hati putra sulung Aleora tersebut.Tak diam, selanjutnya yang dilakukan Rainer adalah; mengetik pesan balasan. Namun, belum sempat dia mengirim pesan tersebut, sebuah panggilan lebih dulu masuk dari Kalania—membuat dia pada akhirnya menjawab juga telepon dari pacar pura-puranya itu."Halo.""Halo, Rainer. Akhirnya kamu jawab juga telepon aku," ucap Kalania yang disambut raut wajah datar Rainer. "Senang deh.""Ada apa?" tanya Rainer. "Kamu barusan chat minta tolong, kenapa?""Oh itu," ucap Kalania. "Minta tolong angkat telepon. Kamu kan
***Persis ketika Rainer mengambil kunci mobil dari atas meja, suara Rajendra terdengar dari depan pintu sehingga dengan segera putra sulung Aleora tersebut pun bergegas menuju pintu dan yang didapatinya begitu pintu terbuka adalah; Rajendra yang memakai baju dengan style sama sepertinya.Jeans, kaos, hoodie.Tiga baju itu juga dipakai Rajendra dengan warna yang berbeda dan hal tersebut tentunya membuat Rainer tersenyum tipis."Kenapa style lo sama kaya gue?""I dont know," kata Rainer. "Gue pake ini karena perjalanan ke Bandung pasti dingin.""Gue juga," kata Rajendra."Ya udah," kata Rainer. "Lagian baju sama bukan masalah, kan?""Ya enggak sih cuman kaya the real anak kembar aja yang apa-apa sama," kata Rajendra. "Lucu."Tak menjawab, Rainer hanya tersenyum tipis sebagai respon sebelum akhirnya dia pun menutup pintu kamar lalu bersama Rajendra, Rainer bergegas menuju kamar Aleora juga Raiden untuk berpamitan."Hati-hati ya di jalannya, jangan ngebut," ucap Aleora. "Sampai di Bandun
***"Kal, kamu udah bangun belum? Keluar yuk, kita makan siang sama-sama."Kalania yang sejak subuh tadi tidur, kini membuka matanya secara perlahan setelah mendengar suara tersebut dari depan pintu kamar. Tak perlu bertanya siapa yang barusan bersuara, Kalania sudah tahu itu Sellina sehingga tak langsung menjawab, dia yang tertidur dengan posisi telungkup, memutuskan untuk diam selama beberapa saat sambil mengumpulkan nyawa.Begadang kemudian baru tertidur sekitar pukul setengah empat, Kalania memang memutuskan untuk tidur panjang di kamar lamanya dan tak ada yang berani mengganggu, semua orang di rumah membiarkan dia terlelap hingga sekarang—tepat pukul setengah satu siang, sang mama tiri datang."Kal.""Iya, Sell. Bentar, gue masih pusing," ucap Kalania yang akhirnya buka suara. "Makan siangnya udah siap apa gimana? Kalau udah siap dan lo sama Papa mau makan, duluan aja biar gue nanti nyusul. Gue belum mandi juga soalnya.""Belum sih," kata Sellina. "Barusan di bawah bibi masih mas
***"Bagus sih menurut aku, lanjutin aja," kata Sellina. "Cowok brengsek kaya mantan kamu emang baiknya dikasih pelajaran.""Syukur-syukur kamu pacaran atau nikah beneran tuh sama saudara kembarnya biar mantan kamu nangis darah," ucap Lukman. "Kurang ajar banget nyakitin anak Papa.""Enggak dulu deh, Pa, kalau nikah. Enggak tertarik," kata Kalania. "Bukan apa-apa ya tapi saudara kembarnya mantan Kalania itu orangnya kaku banget kaya kanebo kering. Enggak asyik ngobrol sama dia dan Kala enggak suka. Kala sukanya yang enak diajak ngobrol terus diajak gosip dan dia enggak bisa karena sedikit aja Kala ngomong panjang, dia langsung ngatain Kala bawel. Nyebelin.""Tapi kadang cowok gitu act of service lho, Kal," ucap Sellina—lagi-lagi teringat pada sikap manis Rainer semasa mereka pacaran dulu.Tak berubah, pria itu sejak dulu memang bisa dibilang kaku. Namun, jangan diragukan ketika dia jatuh cinta karena meskipun tak banyak bicara, Rainer lebih banyak bertindak dan semua tindakan yang dia
*** "Kalania, tolong jangan bercanda dulu. Saya serius," kata Rainer. "Itu pun kalau kamu masih mau melanjutkan niat balas dendam pada Rajendra. Kalau sudah tidak minat, ya sudah tidak apa-apa, kita enggak perlu ketemu dan ke depannya pun kamu enggak usah temuin saya atau hubungin saya karena kerjasama kita berakhir." "Elah Rainer baperan banget," kata Kalania. "Iya ayo ketemu, Rainer, ayo. Aku kirim alamat apartemen aku ke kamu dan kamu tunggu di lobi sampai aku datang ya, aku habis ini langsung pulang. Jangan naik dulu ke atas karena kamu enggak akan diizinin." "Ya sudah." "Ya sudah apa?" tanya Kalania—masih belum puas menggoda sang kekasih palsu. "Yang jelas dong kalau ngomong, jangan ambigu gitu." "Kirim alamat kamu sekarang atau saya bilang detik ini juga ke Rajendra kalau kita enggak benar-benar pacar-" "Iya Rainer iya, bentar!" ujar Kalania. "Sabar dong. Udah mah kaku, kesabaran setipis tisu. Untung ganteng, kalau enggak, udah aku lempar di muara angke deh kamu sejak
***"Udah cari keperluannya? Aku pikir kamu langsung pulang."Barusaja membuka pintu unit apartemen, pertanyaan tersebut langsung dilontarkan Kalania pada Rainer yang kini berdiri di depannya sambil menenteng kresek putih bertuliskan nama sebuah minimarket.Membicarakan masalah Rajendra yang katanya meminta bukti kemudian mengungkap pula opsi yang dipilih, beberapa waktu lalu Rainer memang berpamitan untuk mencari perlengkapan yang katanya akan dipakai untuk mengatasi ciuman diantara mereka berdua.Entah apa yang dibeli pria itu, Kalania sendiri tak tahu karena ketika bertanya cara apa yang dimaksud Rainer, putra sulung Aleora tersebut tak langsung memberikan jawaban sehingga Kalania pun menunggu dengan rasa penasaran dan sekarang setelah Rainer kembali, rasa penasaran di dalam hatinya bertambah."Minimarketnya antri," kata Rainer."Beli apa aja emangnya?""Nih," kata Rainer sambil mengangkat kresek putih yang dia bawa."Ya apa? Mata aku enggak tembus pandang kali," ucap Kalania. "Man
***"Fotonya di balkon biar bagus," kata Kalania sambil tersenyum. "Kalau di sini rasanya enggak enak ja-""Ayo," kata Rainer—memotong ucapan Kalania. "Kita foto di balkon dan pake kamera hp saya biar nanti bisa saya kirim langsung ke Rajendra.""Aku minta fotonya.""Buat apa?" tanya Rainer sambil menaikkan sebelah alis."Nakut-nakutin tikus di sini," kata Kalania. "Muka kamu kan kadang nyeremin. Jadi siapa tahu tikus di sini kabur setelah aku kasih lihat foto kamu.""Ck.""Kenapa?" tanya Kalania dengan senyumannya. "Tersungging eh tersinggung?""Enggak," sanggah Rainer dengan raut wajah datar andalannya. "Kalau gadis waras yang ngomong, saya tersinggung, tapi karena kamu yang bilang, saya biasa aja.""Jadi kata kamu aku gila gitu? Enggak waras?""Bukan saya yang ngomong," celetuk Rainer sambil beranjak. "Ayo.""Ish."Sambil mendesis, Kalania pada akhirnya beranjak kemudian bersama Rainer dia bergegas menuju balkon. Tak langsung melakukan apa yang diinginkan Rajendra, step pertama yan
***"Ya ketika para mantan lo menghilang setelah lo putusin secara mendadak, Kala malah jadian sama Rainer dan itu tuh kaya revenge, Njir!" ujar Keano. "Mana sifat dan sikapnya berubah jadi lebih baik setelah sama Rainer. Manusiawi sih kalau lo gagal move on karena pasti enggak gampang juga buat nahan rasa setiap ketemu sama dia.""Dan masih sangat bisa kalau lo mau ambil lagi Kala dari Rainer mumpung hubungan mereka belum terlalu jauh," ucap Rega yang tentu saja mendapat teguran dari Zion."Ngajarin yang sesat lo," celetuk Zion. "Terjadi perang saudara di keluarga Om Raiden, lo mau tanggung jawab emangnya? Kena lo nanti sama pisau bedah Omnya Rainer sama Rajendra. Siapa sih namanya? Dokter Regal ya?""Regan, bego," kata Keano—mengoreksi. "Kue mari kali ah, Regal.""Ya mangap, salah sehuruf doang," kata Rega dengan segera."Mangap-mangap pala lo mangap."Terkekeh, itulah respon Rajendra untuk ucapan yang dilontarkan Keano hingga setelahnya keempat orang pria tersebut mengalihkan atens
***"Tadi lo lihatin apa? Kok kaya diem sebentar terus lihatin sesuatu di kerumunan penonton?"Tengah duduk sambil menyedot air putih dari botol, Rajendra seketika menoleh setelah pertanyaan tersebut dilontarkan Rega—sang gitaris band tempatnya bernaung, yang kini duduk tak jauh darinya.Barusaja menyelesaikan dua lagu sebagai pembuka acara, Rajendra dan teman-temannya memang turun sementara dari panggung dan tak berkeliaran ke mana saja, mereka tentunya pergi ke backstage untuk beristirahat karena nanti masih ada tiga lagu yang harus Rajendra bawakan di acara universitas tempat dia berkuliah.Ditonton Rainer, Rajendra awalnya cukup bersemangat menampilkan penampilan terbaik seperti biasa, hingga pemandangan di tengah kerumunan penonton cukup menarik perhatiannya—membuat rasa panas di dalam hati entah kenapa mendadak datang.Kalania dan Rainer.Itulah yang menarik atensi Rajendra di tengah aksi panggungnya beberapa waktu lalu. Membawakan lagu yang bisa dibilang asik untuk dipakai berj
***Tak macam-macam apalagi membahayakan, ide yang didapatkan Kalania adalah; sesuatu hal yang aman dan bukan mengempesi ban mobil atau yang lainmya, Kalania kini justru berjalan ke depan mobil untuk kemudian naik ke atas kap dam duduk di sana.Rainer? Pria itu kini nampak fokus dengan ponselnya hingga ketika mengangkat pandangan, dia hampir saja terperanjat."Astaga!" seru Rainer spontan, sementara Kalania sendiri kini tersenyum sambil memandangnya dengan raut wajah tanpa dosa—membuat dia tentu saja lekas menyembulkan kepala dari kaca yang masih terbuka lebar. "Kamu ngapain duduk di kap mobil saya, Kalania? Turun!""Lah katanya tadi kamu bilang bebas," ucap Kalania—berpura-pura polos untuk menutupi rasa bahagiamya setelah berhasil membuat seorang Rainer jantungan. "Kamu ngomong ke aku katanya mau di kap mobil juga silakan kalau berani dan aku berani, jadi aku duduk di sini. Apanya yang salah?""Ya Tuhan, salah apa saya sampai harus bertemu spesies perempuan macam Kalania?" tanya Rain
***"Duh udah cantik belum sih gue? Mendadak gugup nih mau malam mingguan sama Rainer."Berdiri sambil mengamati penampilannya dari atas kepala hingga ujung kaki, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Kalania pada dirinya sendiri yang kini dilanda rasa bingung.Bukan tanpa alasan, bingungnya Kalania datang setelah perasaan tak cocok terhadap outfit yang dia kenakan tiba-tiba saja menghampiri. Padahal, bukan acara ecek-ecek, yang akan Kalania hadiri malam minggu ini adalah acara yang bisa dibilang penting.Konser Rajendra bersama anggota bandnya.Bukan acara makan malam bersama Lukman juga Sellina, yang akan Kalania datangi malam ini justru konser sang mantan karena meskipun sempat mendapat ajakan untuk makan malam bersama kedua orang tuanya, pilihan Kalania tetap jatuh pada konser Rajendra sehingga selain menerima, Sellina juga Lukman tentunya tak bisa melakukan apa-apa lagi.Namun, karena malam minggu ini Kalania tak bisa, hari minggu besok dia harus mau datang ke rumah sang papa un
***Sementara Rajendra sibuk mengomel, maka jauh di apartemen sana Kalania justru puas tertawa setelah berhasil menggoda mantan kekasihnya tersebut, dan yaps! Dia pikir rencananya untuk berpura-pura berpacaran dengan Rainer bukan suatu hal yang buruk, karena meskipun sedikit, Kalania perlahan bisa membalaskan dendamnya pada sang mantan."Kena lo, panas kan?" tanya Kalania. "Meskipun selalu bilang enggak, sedikit besarnya gue yakin lo panas lihat gue sama Rainer, Rajendra dan itu bikin gue makin semangat buat manasin lo biar lo sadar kalau gue enggak kaya mantan lo sebelumnya yang lemah tak berdaya."Memudarkan senyuman, perlahan Kalania melakukan hal tersebut hingga ketika ucapan Rajendra tadi melintas di benak, dia kembali buka suara."Sellina istri Papa bukan mantannya Rainer, gue lega," kata Kalania. "Enggak lucu juga kalau gue dekat sama mantan mama tiri gue."Lega, itulah yang dirasakan Kalania hingga selang sepuluh menit pasca memutuskan sambungan telepon dengan Rajendra, sebuah
***[Jangan telepon gue, Rajendra! Gue enggak mau ngomong sama lo. Gue cuman mau tanya sesuatu.]Duduk di sofa kamar, Rajendra tersenyum tipis setelah membaca pesan yang dikirim Kalania beberapa detik lalu. Sampai hampir lima belas menit ke belakang, Rajendra memang tiba-tiba saja mendapat pesan dari sang mantan persis ketika dirinya masuk ke kamar.Tak diam, tapi tak membalas pula pesan dari Kalania, yang dilakukan Rajendra selanjutnya adalah; menghubungi langsung nomor sang mantan. Namun, alih-alih dijawab, panggilannya justru ditolak lalu setelahnya, Rajendra mendapat pesan dari Kalania yang berisi sebuah ungkapan kesal.Rajendra kesal? Sialnya tidak, karena mendapat omelan dari Kalania, yang muncul di benaknya justru rasa gemas. Bukan tanpa alasan, perasaan tersebut muncul setelah dia cukup menyadari perubahan pada diri sang mantan yang terlihat lebih berani dibanding ketika berpacaran dengannya, karena alih-alih sewot seperti sekarang, Kalania selalu bersikap manis ketika berkomu
***"Kal, gue bukan tukang halu kaya lo yang pinter ngarang," kata Tami. "Lagian pas gue tanya serius apa enggak ke tuh staff yang tadi cerita, dia jawab serius kok bahkan dia minta gue tanyain langsung ke pacarnya yang juga wisuda sama Rainer. Jadi ya gue pikir tuh cerita valid. Saking sakit hatinya sama tuh mantan, Rainer nutup hati rapat-rapat buat cewek jadi sikapnya dingin apalagi sama cewek.""Apa karena itu juga ya Rainer enggak ngaku pernah pacaran ke gue?""Maksudnya?""Ya tadi pas ngobrol, gue bahas hubungan gitu terus gue juga tanya Rainer pernah pacaran apa enggak dan dia jawabnya enggak," kata Kalania. "Apa itu karena sakit hatinya dia sama mantan yang lo ceritain ya?""Bisa jadi sih soalnya enggak lama juga, kan, mereka pacaran dan yang paling perih, Rainer diputusin secara mendadak cuy," kata Tami. "Siapa yang enggak sakit hati coba? Lagian heran banget gue sama tuh cewek, apa sih yang bikin dia mutusin Rainer yang seganteng itu.""Mungkin karena enggak cocok?""Enggak
***"Makasih ya untuk hari ini. Kamu udah bantuin aku cari penerbitan dan kamu juga mau aku ajak makan sama-sama. Aku senang karena meskipun cuman pura-pura, kita serasa pacaran beneran."Sampai di dekat mobil Rainer yang terparkir di depan gedung, ucapan tersebut lantas dilontarkan Kalania pada sang kekasih palsu yang malam ini sengaja dia antar.Makan malam selesai, sekitar pukul setengah delapan, Rainer memang berpamitan untuk pulang tanpa mau dicegah lagi dan sebagai kekasih palsu yang baik, Kalania menawarkan diri untuk mengantar putra sulung Aleora tersebut sampai ke lobi.Rainer menerima? Tentu saja tidak.Menolak tawaran diantar, Rainer berdalih tentang dirinya yang sudah sangat cukup dewasa untuk turun sendiri ke lobi. Namun, alih-alih menerima keputusannya, Kalania justru memaksakan diri untuk mengantar sehingga selain pasrah, Rainer tak melakukan hal lain lagi karena untuk berdebat dengan gadis tersebut, dia malas.Menguras emosi bahkan energi, hal tersebut akan Rainer rasa
***Tak langsung memberikan jawaban, yang dilakukan Sellina setelahnya adalah; memandang Rajendra selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata,"Aku akan jawab pertanyaan kamu, tapi kamu juga harus jawab pertanyaan aku.""Tentang apa? Hubungan gue sama Kala atau alasan gue ada di apartemen Kala?""Dua-duanya bisa?" tanya Sellina."Of course," kata Rajendra. "Kalau pengen tahu hubungan gue sama Kala apa, dia mantan pacar gue dan alasan gue ada di apartemen Kala tadi tuh buat awasin dia pacaran sama cowok yang sangat penting di hidup gue.""Siapa?""Rainer," kata Rajendra. "Asal lo tahu, alasan gue bawa lo pergi dari apartemen tadi tuh supaya Rainer enggak tahu ada lo karena kalau tahu, dia pasti sedih. Makanya gue langsung ajak lo pergi sejauh mungkin dari apartemen Kala.""Rainer pacarnya Kala?""Iya," kata Rajendra. "Setelah bertahun-tahun gagal move on dari lo, Rainer akhirnya buka hati juga dan yang dia pacarin tuh mantan gue. Jadi gue awasin mereka karena bisa aja mereka macam-ma