Hari demi hari berlalu, bulan berganti dengan bulan hingga 5 tahun kemudian hidup semua orang berubah."Sayang, hari ini kita jadi ke panti asuhan 'kan? Mama sudah siap jika kita pergi ke sana," ucap Dinda pada suaminya."Jadi, Mama juga sudah meneleponku tadi. Tunggu aku selesaikan ini dulu, sebentar lagi kita berangkat."Keynan menjawab sambil menatap layar laptop.Lima tahun sejak kejadian itu, kehidupan Keynan berlangsung dengan baik dan lancar. Dia bisa melupakan Vanesa hanya dalam sekejap mata. Akan tetapi, di 7 tahun pernikahannya, Keynan belum juga dikaruniai seorang putera. Hingga dia memutuskan untuk mengadopsi anak dari panti asuhan demi memancing kandungan istrinya.Mama Leni yang mempunyai sifat angkuh itu hampir menyerah karena belum ada tanda-tanda untuk hadirnya seorang cucu. Lalu, dengan sangat terpaksa dia memerintahkan Keynan dan istrinya untuk mengadopsi anak dengan harapan Dinda bisa mengandung.Hari ini adalah waktu mereka untuk pergi ke panti asuhan. Mereka memil
Di balik niqab-nya, Vanesa menyebutkan nama itu. Lebih tertampar lagi saat dia melihat Keynan dan juga Ibunya. Kaki Vanesa seakan lemas untuk berdiri, hingga dia menjatuhkan piring yang sedang dipegangnya.Prankkk!Virga berteriak saat melihat Bundanya terduduk di lantai. "Bunda ... Bunda nggak apa-apa? Bunda kenapa? Bunda sakit?""Nggak apa-apa, Sayang. Tiba-tiba kepala Bunda pusing, maaf ayammu jatuh ke lantai," ucap Vanesa pelan.Umi Kalsum langsung menghampiri Vanesa yang mempunyai gelagat aneh. "Kamu kenapa, Nak? Kamu sakit?""Tiba-tiba kepalaku pusing, Umi. Aku hanya ingin istirahat di kamar saja," jawab Vanesa, dia berdiri kemudian masuk ke dalam rumah.Keynan dan Dinda bersikap biasa saja, karena memang dia tidak mengenal sama sekali identitas Vanesa.Umi Kalsum kembali bersama dengan Keynan dan keluarganya. Mereka mengobrol di ruang tamu. Meski baru bertemu, Virga juga sangat dekat dengan Dinda dan juga Keynan. "Bagaimana? Apa ada anak yang menarik perhatian Ibu dan Bapak?"
Mama Leni terus curiga dengan apa yang dilihatnya di panti asuhan itu. Dia ingin memastikan kalau Virga itu adalah anak kandung Keynan. Sepanjang perjalanan Dinda pun hanya diam. Ada kekhawatiran di dalam hatinya."Bagaimana kalau anak itu adalah anak kandung Keynan. Apakah posisiku akan tersingkir?" gumam Dinda dalam hati yang gelisah.Melihat menantunya diam, Mama Leni pun bertanya, "Kamu kenapa Dinda sejak tadi diam? Apa kamu khawatir kalau anak itu adalah anak kandung Keynan?""Ya, Ma. Aku sangat khawatir sekali," jawab Dinda singkat."Kamu nggak usah khawatir Mama nggak akan menyingkirkan posisimu sebagai istri Keynan. Mama hanya menginginkan anak itu saja, bukan beserta Ibunya. Wanita itu adalah musuh Mama sampai kapanpun. Jadi, Mama akan membuatnya hidup menderita."Tidak tersenyum tenang, dia lega karena Mama Leni tidak akan membahayakan posisinya. "Terima kasih, Ma. Aku sangat senang sekali mendengarnya. Aku khawatir sekali kalau Mama akan menyingkirkan aku. Kalau memang Virg
Sesampainya di panti, Farhan langsung menemui Umi Kalsum yang sudah menunggunya di depan pintu. "Assalamualaikum, Umi.""Waalaikumsalam nak, Farhan. Mari silakan masuk!" Umi Kalsum mengajak Farhan untuk masuk ke dalam, "Silakan duduk, Nak!"Farhan pun duduk di kursi ruang tamu. Setelah itu dia mengutarakan tujuannya datang ke panti. "Sebelumnya saya minta maaf, Umi. Mungkin kedatangan saya ini terlalu tiba-tiba! Tapi, hal ini harus saya selesaikan dengan baik.""Perihal apa ya, Nak?""Ini masalah sumbangan yang masuk ke panti ini tiap bulan, Umi. Setelah saya telusuri, ternyata karyawan saya itu tidak amanah. Orang yang saya kasih tanggung jawab itu sudah menyalahgunakan kepercayaan. Akibatnya dalam 6 bulan terakhir dia tidak menyerahkan sumbangan itu ke panti ini. Saya minta maaf atas kelalaian ini."Umi Kalsum tersenyum. "Untuk sumbangan itu memang dalam 6 bulan terakhir ini tidak ada yang masuk ke rekening. Tapi, jujur saya tidak mempunyai pikiran buruk dalam hal itu. Panti yang sa
Adzan maghrib pun berkumandang, semua orang panti bersiap untuk salat. Farhan menjadi imam dalam salat berjamaah tersebut. Dia sudah memakai sarung dan juga kemeja. Kemudian, Farhan memimpin shalat tersebut dengan khusyuk.Selesai salat magrib semua orang langsung makan malam bersama. Farhan bergabung dalam makan malam tersebut. Dia juga membantu Vanesa menyediakan makanan di meja."Sini biar aku bantu, Dek!"Vanesa menoleh ke arah Farhan saat memanggilnya dengan sebutan Dek."Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu? Boleh 'kan jika aku memanggilmu dengan, Dek. Kamu juga 'kan memanggilku dengan sebutan, Mas," ucap Farhan dengan tersenyum manis.Vanesa langsung menundukkan pandangannya. "Terserah Mas Farhan saja. Aku sedikit terkejut saja karena seumur hidup belum pernah ada yang memanggilku dengan sebutan itu.""Ya sudah kalau begitu aku memanggilmu dengan Dek Nesa," sahut Farhan.Tiba-tiba suara Virga datang membuyarkan obrolan itu. "Bunda mana ayam gorengnya?Aku sudah lapar bunda
Hujan deras terus mengguyur, Vanesa masuk ke dalam rumah setelah selesai mengobrol dengan Farhan. Pikirannya bingung, sambil melihat wajah Virga yang sedang tertidur."Virga, Bunda sedang bingung! Bunda nggak tahu harus bagaimana?" Vanesa tidur dengan memeluk putranya. Dia menyetel alram agar terbangun tengah malam untuk sholat.Sekitar pukul 02.00 malam, alarm handphone Vanesa berbunyi. Dia segera bangun untuk menunaikan salat tahajud. Kegiatan itu rutin sekali dilakukan oleh Vanesa. Dalam sepertiga malam Vanesa selalu berdoa agar diberikan kehidupan yang layak dan baik.Selesai salat Vanesa juga berdzikir dengan khusyuk. Hidupnya sudah mulai tertata sejak memutuskan untuk hijrah. Selesai Dzikir Vanesa tidak langsung tidur, dia melihat aplikasi penjualan dan mencatat jika ada orang yang order. Hal itu dia lakukan sampai menjelang subuh.Sehabis subuh Vanesa harus memasak untuk anak-anak. Menyiapkan semua peralatan sekolah Virga maupun anak panti lainnya. Saat memasak di dapur tiba-t
"Untuk sementara waktu, kita waspada saja dulu. Kalau memang mereka ke sini lagi. Kamu nggak boleh berpikir jelek dengan seseorang. Sudah Umi mau sholat Dhuha dulu."Umi Kalsum masuk ke dalam rumah untuk sholat Dhuha. Sedangkan Vanesa masih berpikir dengan niat Farhan yang ingin melamarnya."Mas Farhan, wajahnya mengingatkan aku pada seseorang. Aldo ... bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia juga sudah menikah?"Di Tempat Lain.Beberapa jam berkendara, Farhan sampai juga di rumah. Dia masuk ke dalam dengan wajah yang bersemangat. "Assalamualaikum," seru Farhan saat masuk dalam rumah.Mama Ratih ke luar dari dalam dapur. Dia merasa aneh karena Farhan terlihat senyum-senyum sendiri."Farhan kamu kesambet setan dari mana? Senyum-senyum nggak jelas!" tegur Mama Ratih heran."Pokoknya hari ini aku seneng banget, Ma! Mama tahu nggak kenapa?""Apa?""Farhan sudah mempunyai calon istri dan calon mantu buat Mama!" ucap Farhan membuat Mama Ratih terkejut.Mama Ratih letakkan buah yang ada di tang
Tubuh Vanesa seakan lunglai tak sanggup berdiri. Ternyata Farhan adalah Kakak dari Aldo. Lelaki yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Vanesa berjalan mendekat ke meja tamu. Dia melihat mata Aldo yang semakin tajam memandangnya."Assalamualaikum," ucap Vanesa pada semua orang."Waalaikumsalam," jawab semua orang.Mama Ratih langsung menyambut ramah Vanesa. "Hai, Nak. Ternyata kamu cantik dan lemah lembut.""Perkenalkan, nama saya Vanesa ....""Vanesa Andara, benar 'kan?" Aldo memotong ucapan Vanesa. Semua orang pun menoleh ke arahnya."Vanesa Andara, lahir tanggal 15 Juni! Benar 'kan?"Vanesa tak bisa menjawab, tenggorokannya terasa tercekat. Umi Kalsum menoleh ke arah Vanesa meminta sebuah penjelasan. Ekspresi Farhan yang tampak tegang dan Mama Ratih yang menenangkan Aldo agar bisa menahan perasaannya.Tak sabar menunggu, Aldo pun berdiri. Disambarnya remote mobil. Lalu, dia menarik tangan Vanesa untuk keluar dari panti. Farhan hanya bisa diam, dia sangat tahu perasaan adiknya. Mama