Sesampainya di panti, Farhan langsung menemui Umi Kalsum yang sudah menunggunya di depan pintu. "Assalamualaikum, Umi.""Waalaikumsalam nak, Farhan. Mari silakan masuk!" Umi Kalsum mengajak Farhan untuk masuk ke dalam, "Silakan duduk, Nak!"Farhan pun duduk di kursi ruang tamu. Setelah itu dia mengutarakan tujuannya datang ke panti. "Sebelumnya saya minta maaf, Umi. Mungkin kedatangan saya ini terlalu tiba-tiba! Tapi, hal ini harus saya selesaikan dengan baik.""Perihal apa ya, Nak?""Ini masalah sumbangan yang masuk ke panti ini tiap bulan, Umi. Setelah saya telusuri, ternyata karyawan saya itu tidak amanah. Orang yang saya kasih tanggung jawab itu sudah menyalahgunakan kepercayaan. Akibatnya dalam 6 bulan terakhir dia tidak menyerahkan sumbangan itu ke panti ini. Saya minta maaf atas kelalaian ini."Umi Kalsum tersenyum. "Untuk sumbangan itu memang dalam 6 bulan terakhir ini tidak ada yang masuk ke rekening. Tapi, jujur saya tidak mempunyai pikiran buruk dalam hal itu. Panti yang sa
Adzan maghrib pun berkumandang, semua orang panti bersiap untuk salat. Farhan menjadi imam dalam salat berjamaah tersebut. Dia sudah memakai sarung dan juga kemeja. Kemudian, Farhan memimpin shalat tersebut dengan khusyuk.Selesai salat magrib semua orang langsung makan malam bersama. Farhan bergabung dalam makan malam tersebut. Dia juga membantu Vanesa menyediakan makanan di meja."Sini biar aku bantu, Dek!"Vanesa menoleh ke arah Farhan saat memanggilnya dengan sebutan Dek."Ada apa? Kenapa kamu melihatku seperti itu? Boleh 'kan jika aku memanggilmu dengan, Dek. Kamu juga 'kan memanggilku dengan sebutan, Mas," ucap Farhan dengan tersenyum manis.Vanesa langsung menundukkan pandangannya. "Terserah Mas Farhan saja. Aku sedikit terkejut saja karena seumur hidup belum pernah ada yang memanggilku dengan sebutan itu.""Ya sudah kalau begitu aku memanggilmu dengan Dek Nesa," sahut Farhan.Tiba-tiba suara Virga datang membuyarkan obrolan itu. "Bunda mana ayam gorengnya?Aku sudah lapar bunda
Hujan deras terus mengguyur, Vanesa masuk ke dalam rumah setelah selesai mengobrol dengan Farhan. Pikirannya bingung, sambil melihat wajah Virga yang sedang tertidur."Virga, Bunda sedang bingung! Bunda nggak tahu harus bagaimana?" Vanesa tidur dengan memeluk putranya. Dia menyetel alram agar terbangun tengah malam untuk sholat.Sekitar pukul 02.00 malam, alarm handphone Vanesa berbunyi. Dia segera bangun untuk menunaikan salat tahajud. Kegiatan itu rutin sekali dilakukan oleh Vanesa. Dalam sepertiga malam Vanesa selalu berdoa agar diberikan kehidupan yang layak dan baik.Selesai salat Vanesa juga berdzikir dengan khusyuk. Hidupnya sudah mulai tertata sejak memutuskan untuk hijrah. Selesai Dzikir Vanesa tidak langsung tidur, dia melihat aplikasi penjualan dan mencatat jika ada orang yang order. Hal itu dia lakukan sampai menjelang subuh.Sehabis subuh Vanesa harus memasak untuk anak-anak. Menyiapkan semua peralatan sekolah Virga maupun anak panti lainnya. Saat memasak di dapur tiba-t
"Untuk sementara waktu, kita waspada saja dulu. Kalau memang mereka ke sini lagi. Kamu nggak boleh berpikir jelek dengan seseorang. Sudah Umi mau sholat Dhuha dulu."Umi Kalsum masuk ke dalam rumah untuk sholat Dhuha. Sedangkan Vanesa masih berpikir dengan niat Farhan yang ingin melamarnya."Mas Farhan, wajahnya mengingatkan aku pada seseorang. Aldo ... bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia juga sudah menikah?"Di Tempat Lain.Beberapa jam berkendara, Farhan sampai juga di rumah. Dia masuk ke dalam dengan wajah yang bersemangat. "Assalamualaikum," seru Farhan saat masuk dalam rumah.Mama Ratih ke luar dari dalam dapur. Dia merasa aneh karena Farhan terlihat senyum-senyum sendiri."Farhan kamu kesambet setan dari mana? Senyum-senyum nggak jelas!" tegur Mama Ratih heran."Pokoknya hari ini aku seneng banget, Ma! Mama tahu nggak kenapa?""Apa?""Farhan sudah mempunyai calon istri dan calon mantu buat Mama!" ucap Farhan membuat Mama Ratih terkejut.Mama Ratih letakkan buah yang ada di tang
Tubuh Vanesa seakan lunglai tak sanggup berdiri. Ternyata Farhan adalah Kakak dari Aldo. Lelaki yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Vanesa berjalan mendekat ke meja tamu. Dia melihat mata Aldo yang semakin tajam memandangnya."Assalamualaikum," ucap Vanesa pada semua orang."Waalaikumsalam," jawab semua orang.Mama Ratih langsung menyambut ramah Vanesa. "Hai, Nak. Ternyata kamu cantik dan lemah lembut.""Perkenalkan, nama saya Vanesa ....""Vanesa Andara, benar 'kan?" Aldo memotong ucapan Vanesa. Semua orang pun menoleh ke arahnya."Vanesa Andara, lahir tanggal 15 Juni! Benar 'kan?"Vanesa tak bisa menjawab, tenggorokannya terasa tercekat. Umi Kalsum menoleh ke arah Vanesa meminta sebuah penjelasan. Ekspresi Farhan yang tampak tegang dan Mama Ratih yang menenangkan Aldo agar bisa menahan perasaannya.Tak sabar menunggu, Aldo pun berdiri. Disambarnya remote mobil. Lalu, dia menarik tangan Vanesa untuk keluar dari panti. Farhan hanya bisa diam, dia sangat tahu perasaan adiknya. Mama
"Alhamdulilah, kalau begitu semua sudah jelas," ucap Mama Ratih pada Vanesa.Setelah itu semua orang masuk ke dalam rumah. Mereka duduk di kursi masing-masing. Farhan mengutarakan niatnya lagi. Dia memberikan seserahan untuk Vanesa. Seserahan itu berupa uang tunai dan juga beberapa jenis perhiasan.Aldo tersenyum senang melihat Vanesa mendapatkan lelaki yang baik dan bertanggung jawab seperti sang Kakak. Vanesa menerima lamaran tersebut kemudian Farhan memakaikan cincin di jari manis Vanesa.Mama Ratih dan Umi Kalsum sangat senang melihat kebahagiaan itu. Setelah acara tukar cincin, datang lah Virga yang habis pergi dari les seni bela diri."Bunda ... Bunda ... Virga pulang, Bunda!" seru Virga dari luar.Anak laki-laki itu berlari masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tamu, Virga terkejut karena banyak orang. "Eh, ada Om Farhan. Om Farhan apa sudah lama mainnya?" tanya Virga dengan suara cadelnya. Farhan menjawab dengan ramah,"Sudah dari tadi Om Farhan mainnya. Sengaja nih, nung
Satu Minggu Kemudian.Farhan melangsungkan pernikahannya dengan Vanesa. Pernikahan itu dihadiri oleh keluarga dekat saja. Vanesa sudah tampak cantik dengan gaun muslimnya yang berwarna putih cerah. Farhan juga sudah siap dengan memakai setelan jasnya. Dia masuk ke dalam kamar Vanesa bersiap. "Apa kamu sudah siap, Nesa? Semua keluarga sudah menunggu di luar. Mereka siap untuk mengantar kita ke masjid.""Aku sudah siap, Mas. Virga bersama siapa?""Virga dengan Aldo, mereka sudah sangat akrab sekali," jawab Farhan."Alhamdulillah, kalau begitu ayo kita keluar Mas." Vanesa keluar dari kamarnya dengan didampingi oleh Farhan.Sesampainya di luar, mereka semua langsung pergi ke masjid setempat untuk melangsungkan akad nikah. Warga sekitar juga ikut hadir karena memang Umi Kalsum yang mengundangnya.Hati Vanesa berdegup kencang. Dia masih tidak menyangka kalau akan melepas masa lajang dengan lelaki yang baru saja dikenalnya. Beberapa menit kemudian, mobil yang dinaiki Vanesa sampai juga di m
Semua orang sudah sampai di panti. Mereka keluar dan turun dari mobil. Ada yang langsung duduk untuk menikmati hidangan, ada juga yang langsung pulang karena ada kepentingan. Vanesa dan Farhan masuk ke dalam rumah. Sebagai pengantin baru Vanesa masih agak canggung saat berdekatan dengan Farhan.Farhan masih berbincang dengan ibu dan juga adiknya. Setelah selesai dia berjalan mendekat untuk menemani pada saat yang sedang duduk sendiri. "Nesa, ada yang mau aku bicarakan sama kamu!""Iya, ada apa, Mas?" tanya Vanesa."Mama dan Aldo sore ini mau pulang ke kota. Soalnya di kota sedang ada masalah," ucap Farhan pada istrinya.Vanesa menjawab, "Iya Mas, kalau ada kepentingan mending diselesaikan dulu.""Nes, kamu mau 'kan aku ajak tinggal di kota?" Farhan bertanya pada istrinya.Vanesa tersenyum dia sangat suka dengan perlakuan Farhan ya lembut padanya. "Mas sejak kamu mengucap ijab kabul di masjid tadi, itu bukti kalau aku sudah sepenuhnya menjadi milikmu. Jadi kamu berhak membawaku ke mana