"Tidak akan kubiarkan mereka hidup dengan tenang, nyawa harus ditukar dengan nyawa!"
Dengan kepalan tangan Bryan memukul meja hingga semua yang ada diatasnya berantakan, matanya merah melotot dan giginya menggeretak menahan amarah yang dahsyat. Pria 23 tahun ini seperti sedang mengalami suatu kejadian yang membuatnya begitu sangat marah. Ada apa gerangan?
____
Flashback
di sebuah rumah sakit kota, Bryan berlari menghampiri dua orang dengan tergesa-gesa. Kedua orang tersebut terlihat tengah menangis.
"Pah, apa yang terjadi kenapa Anjani dibawa ke sini, dan bagaimana keadaannya?" Tanyanya kepada pria paru baya yang duduk di kursi rumah sakit sambil menangis.
"Nak Bryan, Anjani kritis tadi pagi kami menemukan dia tergeletak di kamarnya dan dari mulutnya keluar busa, sepertinya dia mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun." Jawab Ridwan,dia adalah ayah dari Anjani, wanita yang kini berjuang antara hidup dan mati.
Mendengar pernyataan Ridwan, Bryan langsung terduduk lesu tatapannya kosong dan hatinya terasa perih. Kemudian, seorang wanita menghampirinya dan langsung melempar Bryan, dia adalah Anita ibu dari Anjani.
"Plak, ini semua gara-gara dirimu, andai malam itu kau tidak membawa putri kami Mungkin dia tidak akan mengalami hal yang mengerikan itu." Anita menyalakan Bryan atas apa yang menimpa Anjani.
Anjani adalah kekasih Bryan, bukan hanya kekasih tetapi sebentar lagi mereka akan bertunangan. Akan tetapi, sebuah kejadian yang dialami Anjani membuat pertunangan mereka ditunda. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Anjani, mengapa dia sampai mencoba untuk mengakhiri hidupnya?
____
Flashback ke beberapa hari sebelumnya.
Jadi, seminggu yang lalu Bryan mengajak Anjani pergi ke kafe untuk berkencan, akan tetapi saat mereka tengah makan malam, ponsel Bryan berdering dan itu merupakan panggilan dari ayahnya. Setelah dijawab, ayahnya meminta untuk menjemput adiknya yang baru kembali dari Singapora dan kebetulan pesawatnya mendarat di malam hari. Sebenarnya ayahnya lah yang akan menjemputnya tetapi tiba-tiba ada urusan mendadak yang mesti ia kerjakan sehingga dia tidak bisa, itulah mengapa dia meminta Bryan untuk menggantikannya.
karena kebetulan malam itu Anjani juga ingin ke rumah sahabatnya untuk mengerjakan berkas penting dari tempat ia bekerja, membuatnya tidak bisa pergi bersama dengan Bryan. Oleh karena itu, setelah berbincang akhirnya Anjani memutuskan untuk pergi sendiri ke rumah Santi tanpa harus diantar oleh Bryan. awalnya Bryan ingin mengantarnya akan tetapi Anjani menolak dengan alasan jika adiknya lebih penting saat itu.
"Kamu yakin mau pergi sendiri ke rumah Santi, aku kan bisa mengantarmu dulu sebelum ke bandara?" Tanya Bryan sekali lagi pada sang kekasih.
"Iya tidak apa-apa, lagi pula mustika mungkin sudah menunggu di bandara saat ini, kan kasihan dia pasti sangat lelah setelah perjalanannya. Aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu." Jawab Anjani yakin.
"Hmm, ya udah deh sayang, mestinya aku yang minta maaf karena tidak bisa mengantarmu." Ujar Bryan dengan raut wajah menyesal.
"Tidak apa-apa sayang, ya sudah aku pamit sekarang ya, Santi mungkin sudah menungguku." Ujar Anjani menenangkan pacarnya.
"Baiklah sayang, aku akan menemanimu sampai taksi datang." Bryan dengan terpaksa membiarkan Anjani pergi sendiri.
Setelah membayar makanan, Bryan dan Anjani keluar dari kafe, lalu mereka berdua menunggu taksi yang sebelumnya sudah dipesan oleh Bryan. Selang beberapa saat akhirnya taksi itu pun tiba, dan sekali lagi Anjani pamit pada Bryan. Tapi entah mengapa waktu itu Bryan seolah mendapat firasat sehingga dia tidak rela jika Anjani pergi dengan taksi. Akan tetapi Anjani terus meyakinkannya hingga ia mau melepasnya pergi.
"Aku pergi yah." Ujar Anjani sambil tersenyum.
Bryan hanya membalas senyum sang kekasih, setelah itu Anjani masuk ke taksi dan berlalu pergi. Bryan masih berdiri di sana hingga taksi yang ditumpangi Anjani hilang dari pandangannya. Barulah setelah itu ia masuk ke mobilnya dan bergegas menuju bandara.
____
Kini Bryan dan adiknya mustika, sudah tiba di rumah. Ibunya yaitu Siska sangat senang menyambut kedatangan putrinya yang kini kembali setelah menempuh pendidikan di Singapora selama 4 tahun. Bryan yang merasa cemas tanpa alasan bergegas pergi ke kamarnya dan langsung menghubungi Anjani. Akan tetapi ponsel Anjani tidak bisa dihubungi seketika rasa cemas dibenaknya bertambah besar, ia lalu menghubungi Santi untuk memastikan jika sang kekasih ada di rumahnya.
"Hallo!" Jawab Santi dari seberang telepon.
"Halo Santi, aku Bryan bisa aku bicara pada Anjani, karena aku tidak bisa menghubungi ponselnya.." ujar Bryan.
"Anjani? Dia tidak ada disini." Jawab Santi bingung.
"Apa, katanya tadi dia ingin ke rumahmu untuk mengerjakan berkas, tolong jangan berbohong Aku tahu Anjani pasti ada bersamamu kan." Ujar Bryan Tak percaya.
"Maksud kamu apa sih, Memang benar kok Anjani tidak ada disini, lagipula mengapa aku mesti berbohong." Ujar Santi semakin bingung.
"Kamu yang benarlah aku tahu Anjani ada di rumahmu, mungkin dia marah padaku karena tidak mengantarnya tadi." Lagi-lagi Bryan Tak percaya.
"Lah, memang tidak ada Bryan. kemarin dia memang mengatakan akan datang, tapi dari tadi Aku menunggunya, namun Anjani tidak muncul juga ,aku berpikir dia tidak akan datang." Jelas santi sedikit kesal.
Mendengar pernyataan Santi, hati Bryan langsung campur aduk. ia lalu memeriksa jam tangan miliknya dan terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam.mendapat keheningan dari panggilan Bryan, Santi kembali bertanya.
"Bry, ada apa, semuanya baik-baik saja kan?" tanya Santi, namun tidak ada jawaban dari Bryan dan justru panggilannya terputus.
"Lah kok dimatikan sih." Ujarnya agak kesal.
"Apa yang terjadi, kenapa Bryan terdengar begitu cemas, ada apa dengan Anjani?" Gumamnya bertanya-tanya.
Di sisi lain, Bryan panik dan sekali lagi menghubungi Anjani, namun hasilnya tetap sama, ponsel Anjani tidak aktif. Bryan lalu mencoba menghubungi rumah Anjani akan tetapi Anita mengatakan jika Anjani belum kembali.
Deg.... Perasaan Bryan semakin tidak karuan, dia panik sekaligus cemas tentang keberadaan sang kekasih saat ini. Dan tanpa berpikir panjang ia menyambar kunci mobil di atas meja dan langsung bergegas pergi mencari Anjani.
Bryan yang panik langsung mengambil kunci mobilnya dan bergegas pergi mencari Anjani yang entah ke mana. Siska dan mustika yang melihatnya tergesa-gesa lantas bertanya."Ian, mau kemana kan sudah larut?" Tanya Siska kepada putranya dengan heran."Ma, Tika, aku harus pergi mencari Anjani, kata Santi dia tidak datang ke rumahnya padahal tadi dia mengatakan akan pergi ke sana." Jawab Bryan cemas. Mendengar ucapan Bryan, Siska dan Mustika terkejut."Hah, lalu ke mana dia apa kau sudah menghubungi ibunya nak, mungkin dia sudah pulang?" Siska ikut panik."Sudah mah, tapi katanya dia belum kembali, makanya aku akan pergi mencarinya." Jawab Bryan."Memangnya terakhir kali Kakak bersama kak Anjani kapan?" Tanya Mustika.Bryan lalu menceritakan tentang mereka saat di cafe sampai Anjani pergi dengan taksi yang ia pesan."Ya ampun nak, Kenapa kau tidak mengantarnya terlebih dahulu." Ujar Siska."Aku juga ingin begitu mah, tapi Anjani menolak, ini
"Maaf pak, laporan anda belum bisa kami tindak lanjuti, karena belum cukup 24 jam pacar dan menghilang." Ujar pak polisi.Mendengar ucapan polisi itu Bryan langsung emosi dan tanpa ragu ia memukul meja dengan marah."Apa maksud anda pak, bagaimana jika pacar saya dalam bahaya mengapa masih menunggu 24 jam!" Bentak Ryan kepada pak polisi."Ini sudah menjadi peraturan pak, jadi mohon dipatuhi" polisi itu berusaha membuat Bryan mengerti."Peraturan apa yang anda maksud, kenapa bisa seperti itu. Ini tentang keselamatan pak jadi harus cepat ditindak." Bryan terus membantah pak polisi."Tolong, jangan membuat keributan di sini jika pacar anda belum pulang sampai besok, baru boleh kembali untuk melaporkan kasus ini." Ujar polisi itu mulai tegas.Bryan dibuat semakin kesal dengan apa yang dikatakan oleh pak polisi, rasanya di ingin menghajar orang yang ada di hadapannya saat itu juga. Tapi dia masih bisa mengendalikan diri, dan dengan terpaksa
Sesaat setelah anak buahnya membawa pergi Anjani, terlihat ada seseorang yang datang menemui Rathore. Dia adalah Rendy, yang merupakan sepupu dari Rathore. Rendy datang terburu-buru dan tanpa basa-basi langsung bertanya apa alasannya dia melepaskan Anjani."Semudah itu kau melepaskannya?" Tanya Rendy Tak habis pikir.mendengar pertanyaan itu, Rathore hanya tersenyum sampul kemudian berjalan ke kursi kebanggaannya dan dengan santai duduk menghisap rokoknya."Mengapa kau hanya diam, seharusnya kau menyiksanya nya terlebih dahulu?" Rendy bertanya lagi."Aku sudah merenggut apa yang menjadi harga dirinya itu adalah hukuman yang menurutku sudah pantas, di mana itu akan mengubah seluruh hidupnya." Rathore menjawabnya dengan puas. mendengar perkataan itu Rendy pun ikut tertawa."Itu akibat karena bermain-main dengan Rathore!" Ujar Rathore menyeringai._____Sedangkan dalam perjalanan, Anjani seperti orang kehilangan semangat hidu
Anjani yang ketakutan langsung melempar ponselnya ke lantai hingga ponsel itu rusak. Tubuhnya kembali gemetaran dan makin putus asa dia merasa jijik pada dirinya sendiri."Hiks.., Kenapa mesti aku!" Isak tangisnya pecah dalam keheningan kamar yang sunyi senyap.Sedangkan di sisi lain, Bryan terus-menerus mencoba mencari tahu tentang apa yang sebenarnya Anjani alami malam itu. Saat akan masuk ke mobil tiba-tiba ia mendapat notifikasi dari ponselnya. Bryan kemudian memeriksa dan betapa terkejutnya saat melihat sebuah video yang kini beredar. yang mana isi video itu merupakan pelecehan dialami oleh Anjani. "Gadis yang menjual diri karena membutuhkan uang." Kira-kira seperti itu coption yang tertulis untuk keterangannya.Bryan syok, perasaan marah, kecewa, malu dan rasa bersalah menjadi satu. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, harapannya pupus seketika mengetahui jika orang yang dia cintai telah dilecehkan dan dipermalukan. Karena berita it
"Sayang, mengapa kau tidak menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang kau alami malam itu, apakah kau tidak menganggapku sebagai orang tuamu lagi, sehingga hal besar ini kau sembunyikan dari kami, hiks," Anita menangis sambil memeluk putrinya. "Maafkan aku mah, Aku tidak berani memberitahu hal ini pada kalian, karena aku tidak ingin membebani mama dan papa." Jawab Anjani. "Apa maksudmu nak, apakah kau pikir kami tidak peduli padamu, hiks, Mama tidak bisa membayangkan bagaimana kau melewati ini sendirian. Semua ini karena Bryan." Anita sekali lagi menyalakan Bryan. Anjani pun terdiam, sebenarnya dia ingin membela Bryan. Tetapi entah kenapa, dia juga merasa jika semua yang terjadi padanya karena Bryan. Di saat ibu dan anak itu tengah bersedih, dari jauh Ridwan mengamati mereka. Rasanya dia tidak sanggup untuk menemui putrinya saat ini. _____ Di sisi lain, Rahtore mengadakan sebuah pesta untuk merayakan keberhasilannya karena dendamnya pada Anj
Karena semua kejadian itu, membuat Ridwan jatuh sakit dan harus dilarikan kerumah sakit. Anjani yang mengetahui akan hal itu merasa bersalah karena menganggap dialah penyebab ayahnya jatuh sakit. Dia bahkan tidak pernah pergi mengunjungi sang ayah karena merasa tidak sanggup untuk bertemu.Dikamarnya, dia memandangi foto keluarganya di mana di foto itu dia masih belasan tahun, ia terseyum sendu sambil mengamati ekspresinya yang kala itu terlihat begitu ceria."Aku merindukan masa kecilku, aku rindu dimana aku bisa bermain dan bercanda gurau tanpa harus memikirkan masalah yang aku alami, aku rindu kehidupanku yang dulu, hiks." Ia memeluk foto itu sambil menangis.______Di sisi lain, Bryan mengetahui jika Ridwan masuk rumah sakit. Ia pun langsung pergi untuk menjenguknya, namun setibanya disana dia justru mendapat cacian dari Anita."Apa yang lakukan di sini, apakah sekarang k
Bryan pulang kerumahnya dengan perasaan marah. setelah tiba, adiknya menagur untuk bertanya dari mana dia, akan tetapi Bryan tidak menjawab dan justru langsung pergi ke kamarnya. Mustika pun di buat bingung dengan sikap kakaknya itu. Pasalnya tadi pagi seingatnya saat berangkat ke kantor bersama ayahnya Bryan baik-baik saja, namun kenapa saat ia kembali sikapnya begitu dingin. Siska yang melihat putrinya kebingungan lantas bertanya."Tika, ada apa kok bengong begitu?" Tegur Siska yang baru keluar dari dapur."Mom, ini loh kak Bryan baru saja kembali, tapi sikapnya aneh." Mustika menjawabnya kebingungan."Hah, secepat ini Bryan kembali dari kantor, ini kan masih jam kerja." Ujar Siska ikut bingung."Entahlah Mom, mungkin Kakak masih memikirkan kejadian yang menimpa ke Anjani." Ujar Mustika.Sedangkan di kamarnya, karena marah Bryan menghancurkan
"Benar kata mama Bry, aku tidak pantas lagi untuk mu, kau mungkin bisa menemukan wanita yang lebih baik dan pantas untukmu, bukan seperti aku."Ucapan Anjani terus tergiang dipikirkan Bryan, dia benar-benar sangat patah hati dengan keputusan Anjani. Dia mengandarai mobilnya tanpa arah bahkan ia menyadari jika telah menerobos lampu merah. Tak berapa lama dia menghentikan mobilnya didepan sebuah clup. Karena frustasi dia ingin melampiaskannya dengan minuman.Kini dia telah berada di dalam clup itu, lampu yang remang serta musik rock menyambut kedatangan. Dia kemudian menuju bartender untuk memesan minuman."Tolong beri saya minuman." Bryan langsung meminta minum pada bartender disana."Anda ingin minum seperti apa?" Tanya sang bartender."Apa saja, yang penting bisa membuat ku lupa masalah ku sejenak." Bryan menyerahkannya pilihannya pada bartender"Sepertinya anda sedang mengalami masalah
“Setelah sekian lama aku kembali berniat menemuai adikku, tapi karena dirimu aku tidak akan pernah bertemu denganya lagi.” Dengan perasaan sedih Leo memandangi foto dua anak kecil yang mana itu adalah fotonya bersama Anjani waktu masih kecil.Leo danuantara, dia adalah kakak tiri dari mendiang Anjani. Yang merupakan anak dari dari pernikahan pertama Ridwan yaitu ayah Anjani sebelum Anita. Dulunya dia memang tinggal bersama dengan ayah beserta ibu tirinya tapi karena melakuakn suatu kesalahan membuat Ridwan begitu marah padanya hingga memutuskan yntuk mengirimmnya keluar negri. Pada saat itu usianya 10 tahun sedangkan anjani masih berumur 5 tahun.Di London, dia tinggal bersama saudara ibunya yang mana dia begitu sangat menyayangi Leo bahklan dia memasukkanya kesekolah bergengsi pada saat itu. Kini karena jasa pamanya itu Leo sudah menjadi salah satu pengusaha yang cukup sukses dan terkenal di London. Karena dirinya pula perusha
Di dalam kamarnya, Shelia yang baru tiba langusng menjatuhkan diri di tempat tidur sambil menghela nafas lega karena dia berhasil membohongi Rhatore. Sebenarnya dia tidak bermaksud melakukan itu tapi dia tahu betul sifat ayahnya jika sampai dia tahu mungking itu adalah terahir kalinya Shelia di izinkan keluar seorang diri dan dia tidak menginginkan itu.“Maafkan Lia, karena sudah berbohong pada mu ayah.” Ucapnya sambil melihat foto Rhatore yang terpajang di meja kamarnya.Setelah istirahat sebentar ia kemudian bangkit lalu berjalan kedepan meja rias untuk melihat memar yang ada disikunya.“Aww!” seketika ia meringis kesakitan saat menyentuhnya. Setelah itu dia mengambil kotak p3K untuk mengobati lukaknya. Pada saat dia melakukan itu tib- tiba ia teringat pada Bryan“Bryan, namanya sangat bagus dan dia juga lumayan tampan tapi sifatnya terlalu sombong, uhh.” Ucapnya.“Jika aku bertemu dia lagi akan ku buat d
usai mencritakan kisah pilu sang mantan kekasih, leo heran mengapa bryan terlihat melamun dengan mata serta wajah yang memerah seolah menahan sesuatu. dia kemudian memberanikan diri menyentuh pundak bryan. "ada apa, kau terlihat tidak sehat apa kau baik baik saja?" tanya leo prihatin. bryan tidak menjawab bahkan dia sendiri tidak mendengar suara leo sama sekali, dalam penglihatan serta pendengarnya hanya ada gambaran anjani yang terlihat frustasi dan meminta tolong semua terasa bengitu nyata semua kesedihan dan trauma yang anjani alami selama dia masih hidup saat itu sangat nyata dalam pandangan mata bryan. "bro, kau kenapa?" leo panik karena bryan hanya diam seperti patung dan keringat bercucran dari wajahnya. karena tidak punya cara lain lagi, leo terpaksa menamparnya agar dia bisa sedar kembali. alhasil tamparan leo membuat bryan tersungkur dan berhasil kembali dari lamunannya tadi.
Usai menceritakan kisah tragis sang kekasih, Leo bingung menatap Bryan yang hanya diam seperti tengan melamun dengan mata serta wajah yang memerah seperti sedang menahan sesuatu. Leo sedikit panik melihatmya seperti itu hingga kemudian dia menyentuh bahu Bryan untuk menyadarkannya.“Kau kenapa sepertinya kau kurang sehat apa semua baik baik saja?” Tanya Leo.Akan tetapi tidak ada jawaban dari Bryan, bukan hanya itu bahkan bryan tidak mendengar bahkan merasakan sentuhan Leo. Saat ini dia seolah berada didalam dunia yang berbeda dimana dia menyaksikan setiap peristiwa yang Anjani alami malam itu sampai akhinya dia bunuh diri.“Ini semua salahmu, andai malam itu kau tidak membiarkan aku pergi semua ini tidak akan terjadi.” Terdengar suara rintihan Anjani yang menyalahkan Bryan atas peristiwa yang dia alami.Bryan menutup telinganya karena kalimat itu terus berulang ulang hingga membuatnya frustasi. Di sisi lain Leo m
Bryan hari mencoba pergi keluar sekalian mencari ide tentang bagiamana dia akan masuk ke tempat Rahtore nantinnya. begitu[un dengan Shelia yang sekarang ini tengah bersenag senang belanja di sebuah mall seorang diri."Wah ini sangat menyengkan setelah sekian lama akhniya aku bisa bebas untuk bersenag senag seorang diri." ucapnya begitu girang.Usai belanja ia pun akhirnya keluar dari mall dengan begitu banyak bag belanjaan di tangannya hingga dia sendiri merasa kesulitan membawanya."Loh mobilku mana kok nggak ada?" seketika ia terkejut saat tiba di parkiran dan dia tidak melihat mobilnya. Shelia kemudian buru buru menekan tombol penanda pada kunci mobilnya dan baru tersadar jika tadi dia memarkir mobil di sebrang di parkiran cafe tempat ia sebelumnya."Ohh ya ampun, shelia kenapa kau begitu pikun." ucapnya pada diri sendiri.Ia pun berjalan ketepi jalan untuk menyebrang akan tetapi karena barang belanjaannya membuatnyan tidak sad
Pagi menjelang terjadi kepanikan di kediaman Alvin , setelah Siska menemukan surat yang di tinggal Bryan. Dia pun berlari mencari suami untuk memperlihatkan isi surat tersebut."Papa... Bryan pergi pa!" Dengan wajah begitu panik dia menghampiri suami dan putrinya yang tengah sarapan."Apa yang mama katakan, kemana dia pergi?' Alvin pun merasa terkejut mendengar ucapan istrinya."Mama juga tidak tahu pa, tapi mama menemukan surat ini di kamarnya." Siske kemudian memberikan suara itu pada suaminya.Setelah membaca surat Alvin terlihat cemas, dia tahu bawah kepergian putranya adalah demi ingin membalas sakit hati atas meninggalnya Anjani. Alvin tanpa mengatakan apapun seketika pergi meninggalkan meja makan menuju keluar rumah. Mustika dan Siska kebingungan dan hanya memilihnya berlalu pergi."Ohh tuhan, Kemana anak itu pergi,
Menjalankan rencana "Kenapa pada bawel sih asisten di rumah ini, bikin emosi aja." Celoteh Shelia karena masih kesal. "Hmm, apa benar papa akan pulang larut ya, apa aku telpon saja dia untuk mencari tahu sendiri." Ucapnya berniat menelpon Rahtore. *** "Ini bos, rekaman tadi siang yang saya dapat dari cctv yang bos maksud." Ucap anak buahnya sambil menyodorkan flashdisk kepada Rahtore. "Bagus, hey kau cepat putra ini dia leptop itu." Rhatore yang sudah tidak sabar untuk melihat hasil rekamannya langsung memerintahkan anak buah yang lain untuk memutarnya segera. Pada saat rekaman itu di putar, mereka yang menyaksikannya bagitu terkejut terutama Rahtore yang terlihat begitu marah. "Apa ini hah, apa kau mencoba bermain-main denganku." Dia bangkit dan langsung menghampiri anak buahnya yang memb
Rahtore yang masih kesal langsung menghempaskan tangan Rendy hingga ia sedikit terdorong ke depan. "Argh... Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan ku." Rahtore yang masih di kuasai amarahnya dengan sembarang memandang meja hingga meja itu terdorong jauh. "Rahtore kau tenanglah aku yakin kita akan menemukan orang itu." Rendy kembali angkat bicara untuk mencoba menenangkan Rahtore. "Bukan yakin, tapi aku pasti menemuikan orang itu dan akan kuberi dia pelajaran." Kecam Rahtore dengan penuh amarah. "Iya kita pasti akan menemukannya tapi tolong kendalikan dirimu dan berhenti merusak barang barang, karena jika tidak kau bisa mengacuhkan semuanya." Ucap Rendy yang khawatir karena sudah banyak barang yang Rahtore hancurkan sebab marah. Rahtore duduk di sofa untuk menegakan diri, sedangkan Rendy m
Brakkk... Tiba tiba mereka semua dikejutkan dengan suara kaca jendela yang pecah seperti dilempar oleh sesuatu. Semuanya berhenti dan menujuhakan Padang ke arah jendela."Papa!" Shelia memandang Rhatore dengan kebingungan.Mata Rahtore membulat karena marah dia lalu memberi kode pada beberapa anak buahnya untuk mencari siapa orang yang sudah melakukan ini semua."Shelia, jangan di pikiran sebaiknya kita lanjutkan saja." Ia lalu beralih pada Putrinya untuk meminta agar menghiraukan kejadian ini."Tapi pa!" Ucap Shelia begitu penasaran."Sudahlah, anak buah ku akan menanganinya mending sekarang kita lanjut untuk memotong kue." Rahtore meyakinkan anaknya. Shelia hanya bisa menurut dan melanjutkan untuk potong kue meskipun saat ini dia masih sangat penasaran perihal kaca jendela tadi.***Di luar, saat anak buah Rath