Anjani yang ketakutan langsung melempar ponselnya ke lantai hingga ponsel itu rusak. Tubuhnya kembali gemetaran dan makin putus asa dia merasa jijik pada dirinya sendiri.
"Hiks.., Kenapa mesti aku!" Isak tangisnya pecah dalam keheningan kamar yang sunyi senyap.
Sedangkan di sisi lain, Bryan terus-menerus mencoba mencari tahu tentang apa yang sebenarnya Anjani alami malam itu. Saat akan masuk ke mobil tiba-tiba ia mendapat notifikasi dari ponselnya. Bryan kemudian memeriksa dan betapa terkejutnya saat melihat sebuah video yang kini beredar. yang mana isi video itu merupakan pelecehan dialami oleh Anjani. "Gadis yang menjual diri karena membutuhkan uang." Kira-kira seperti itu coption yang tertulis untuk keterangannya.
Bryan syok, perasaan marah, kecewa, malu dan rasa bersalah menjadi satu. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, harapannya pupus seketika mengetahui jika orang yang dia cintai telah dilecehkan dan dipermalukan. Karena berita itu, Bryan langsung bergegas menuju ke rumah Anjani.
Begitu pula dengan Ridwan dan Anita, setelah menyaksikan video yang beredar tersebut, perasaan mereka hancur sehancur hancurnya. terlebih lagi Anita setelah usai menyaksikan video itu, Iya langsung tak sadarkan diri karena syok hingga membuat Ridwan panik.
"Anita, ya ampun!" Ridwan langusung menimang tubuh istrinya yang terkapar lemas dan langsung membawanya ke sofa. Setelah itu ia berteriak memanggil Artnya.
"Bibi, cepat bawakan air!" teriak Ridwan.
Teriakan Ridwan terdengar sampai ke kamar Anjani, sehingga membuat Anjani penasaran tentang apa yang terjadi di luar sana dan bertanya-tanya mengapa sang ayah berteriak seperti itu. Karena penasaran, akhirnya ia keluar dari kamar untuk pertama kalinya dan saat tiba di ruang tamu ia terkejut melihat ibunya terbaring di sofa tak sadarkan diri.
"Mama!" Anjani berlari menghampiri ibunya.
Ridwan yang melihat kemunculan Putrinya langsung teringat akan video yang tadi mereka saksikan dan merasa semakin hancur.
"Pah, apa yang terjadi kenapa Mama pingsan?" Tanya Anjani cemas. Dan kebetulan juga Bryan baru saja sampai dan terkejut melihat keadaan itu.
"Mama!" Ujar Bryan panik, kemudian berjalan mendekati Anita dan Anjani.
Melihat kedatangan Bryan, Anjani langsung mengalihkan pandangannya lalu bergegas pergi dari sana. Dia merasa belum siap untuk bertemu secara langsung dengan Bryan. Melihat Anjani yang tiba-tiba pergi membuat Ridwan dan Bryan tertegun. Hingga tak berapa lama bi Imah akhirnya datang membawa segelas air putih.
"Ya Allah nyonya, ini Tuan airnya." Ujarnya lalu memberikan air itu ke Ridwan. Yang kemudian dipercikkan sedikit ke wajah Anita agar tersadar. Bryan dan bi Imah menunggu dengan cemas, akhirnya Anita pun tersadar yang langsung menangis mengingat isi video tadi. Karena istrinya menangis, pertahanan Ridwan pun runtuh ia ikut menangis memikirkan nasib Putri kesayangannya. Melihat kedua orang tua Anjani menangis Bryan khawatir sekaligus bingung.
"Ada apa pah, Kenapa kalian menangis?" Bryan bertanya dalam kebingungan.
Ridwan kemudian hanya menatap Bryan dan langsung memeluknya disertai isakan tangis pilu dari seorang ayah. Lagi pula orang tua mana yang tidak hancur jika tahu anaknya sudah diperlakukan seperti itu. karena tidak mendapat jawaban, Bryan kembali bertanya ada apa dan barulah kali ini Ridwan memberitahunya tentang video yang mereka saksikan tadi. mengetahui itu, Bryan langsung terdiam seribu bahasa matanya memerah menahan air mata. Di tengah kesedihan itu, Tanpa mereka sadari jika Anjani yang berada di lantai dua mendengarkan semuanya dan itu membuat dirinya semakin frustasi.
____
"Iya Tuhan, apa salah putriku kenapa dia harus mengalami kejadian memalukan ini." Anita menangis tak berdaya.
"Ini semua gara-gara dirimu, andai Anjani tidak pergi denganmu malam itu semuanya tidak akan terjadi." Anita langsung menyalahkan Bryan. Bryan diam tak berdaya mendengar perkataan Anita, penyesalan dalam dirinya semakin besar.
"Maafkan aku karena tidak bisa melindungi Anjani." Ujar Bryan dengan suara serak menahan tangisnya.
"Kami tidak butuh maaf darimu, semuanya telah hancur, reputasi dan kehormatan kami sudah hancur!" Teriak Anita dengan emosi.
Mendengar semua itu, Anjani tidak tahan lagi ia lalu berlari ke kamarnya sambil menangis.
"Aku berjanji, orang yang telah melakukan ini pada Anjani akan mendapatkan hukumannya." Bryan mengepalkan tangannya.
Akan tetapi, Anita justru terus-menerus menyalahkan Bryan dan menyuruhnya untuk tidak ikut campur tentang Anjani dan keluarga mereka lagi. Dan kala itu pula emosi Ridwan meledak, dia marah dan ikut menyalakan Bryan atas semua yang terjadi. Setelah puas memaki, dia lalu mengusirnya dari sana.
"Pergi kau dari sini, mulai sekarang jangan pernah datang lagi!" Ridwan berteriak mengusir Bryan.
"Jangan pah, aku mohon jangan katakan itu aku berjanji akan mencari orang yang sudah___." seketika ucapannya terhenti karena Ridwan langsung menamparnya sehingga membuat Anita Dan Bi Inah terkejut.
"Saya tidak membutuhkan janjimu, waktu itu kau juga berjanji untuk menjaga putriku, tapi apa, putriku sampai mengalami hal buruk karena dirimu." Ujar Ridwan dalam kemarahan.
Bryan terdiam mendengarkannya, dia merasa bahwa apa yang dikatakan Ridwan itu benar. Dan terpaksa Bryan pergi meninggalkan rumah itu dengan beban yang semakin besar di kepalanya. Dia marah, benar-benar marah bukan karena Ridwan memakainya akan tetapi dia marah kepada orang yang telah melecehkan kekasihnya. Karena kemarahannya, dia sampai mengendarai mobilnya secara ugal-ugalan. Ucapan Ridwan dan isi video terus berjalan di dalam pikirannya seperti kaset rusak. Sampai-sampai dia tidak menyadari jika dia sudah keluar jalur, dan dari arah berlawanan ada sebuah truk yang melaju dengan kecepatan. Untung saja dia cepat tersadar karena suara klakson dari truk tersebut sehingga ia pun membanting setir untuk kembali ke jalur yang benar. Bryan yang syok menghentikan mobilnya terlebih dahulu untuk menenangkan pikirannya.
"Uff, hampir saja, Argh kenapa semuanya seperti ini, KENAPA!!" Ia berteriak melepaskan amarahnya, sambil terus menerus memukul setir mobil hingga tangannya terluka.
"Siapapun kau, aku tidak akan mengampunimu!!" Dia menggenggam setir mobil dengan erat sambil berteriak. Di tempat itu Bryan meluapkan semua kemarahannya. setelah merasa agak tenang ia pun melanjutkan perjalanannya untuk pulang.
_____
Di rumah keluarga Ridwan, di dalam kamarnya, Anjani terduduk di pojok ruangan sambil memeluk kedua lututnya. Matanya membengkak karena terus-menerus menangis.apalagi dengan kejadian tadi yang membuatnya semakin merasa bersalah. Dia tidak menyangka jika ucapannya tempo hari akan membawanya ke dalam jurang kehancuran.
"Hiks, maafkan Anjani, mah, pah. Karena telah menghancurkan nama baik kalian." Gumamnya dengan derai air mata yang tak henti-hentinya tercucur.
Saat tengah malamun, matanya seketika tertuju pada pisau cutter yang berada di atas meja. Lama ia memandangi pisau itu, setelah itu ia berdiri dan mengambilnya. dia kemudian meletakkan pisau itu di lengannya berniat untuk mengakhiri hidup saat itu juga. Namun, seketika Ia terhenti karena mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Nak, ini mama tolong buka pintunya, sayang!." Ujar Anita dari balik pintu.
Mendengar suara dari sang ibu, Anjani mengurungkan niat untuk melakukannya. Perlahan-lahan ia berjalan mendekati pintu namun tidak untuk membukanya.
"Ma-mama, maafkan Anjani, hiks." Anjani menyandarkan tubuhnya ke pintu sambil terus meminta maaf dengan suara lirih.
Anita yang mendengar itu tak mampu menahan diri untuk tidak menangis, apalagi mendengar suara putrinya terseduh pilu di dalam sana.
"Anjani, hiks tolong buka pintunya, nak." Sekali lagi Anita memohon, dan barulah Anjani mau membuka pintu, Mereka pun langsung berpelukan sambil menangis.
"Sayang, mengapa kau tidak menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang kau alami malam itu, apakah kau tidak menganggapku sebagai orang tuamu lagi, sehingga hal besar ini kau sembunyikan dari kami, hiks," Anita menangis sambil memeluk putrinya. "Maafkan aku mah, Aku tidak berani memberitahu hal ini pada kalian, karena aku tidak ingin membebani mama dan papa." Jawab Anjani. "Apa maksudmu nak, apakah kau pikir kami tidak peduli padamu, hiks, Mama tidak bisa membayangkan bagaimana kau melewati ini sendirian. Semua ini karena Bryan." Anita sekali lagi menyalakan Bryan. Anjani pun terdiam, sebenarnya dia ingin membela Bryan. Tetapi entah kenapa, dia juga merasa jika semua yang terjadi padanya karena Bryan. Di saat ibu dan anak itu tengah bersedih, dari jauh Ridwan mengamati mereka. Rasanya dia tidak sanggup untuk menemui putrinya saat ini. _____ Di sisi lain, Rahtore mengadakan sebuah pesta untuk merayakan keberhasilannya karena dendamnya pada Anj
Karena semua kejadian itu, membuat Ridwan jatuh sakit dan harus dilarikan kerumah sakit. Anjani yang mengetahui akan hal itu merasa bersalah karena menganggap dialah penyebab ayahnya jatuh sakit. Dia bahkan tidak pernah pergi mengunjungi sang ayah karena merasa tidak sanggup untuk bertemu.Dikamarnya, dia memandangi foto keluarganya di mana di foto itu dia masih belasan tahun, ia terseyum sendu sambil mengamati ekspresinya yang kala itu terlihat begitu ceria."Aku merindukan masa kecilku, aku rindu dimana aku bisa bermain dan bercanda gurau tanpa harus memikirkan masalah yang aku alami, aku rindu kehidupanku yang dulu, hiks." Ia memeluk foto itu sambil menangis.______Di sisi lain, Bryan mengetahui jika Ridwan masuk rumah sakit. Ia pun langsung pergi untuk menjenguknya, namun setibanya disana dia justru mendapat cacian dari Anita."Apa yang lakukan di sini, apakah sekarang k
Bryan pulang kerumahnya dengan perasaan marah. setelah tiba, adiknya menagur untuk bertanya dari mana dia, akan tetapi Bryan tidak menjawab dan justru langsung pergi ke kamarnya. Mustika pun di buat bingung dengan sikap kakaknya itu. Pasalnya tadi pagi seingatnya saat berangkat ke kantor bersama ayahnya Bryan baik-baik saja, namun kenapa saat ia kembali sikapnya begitu dingin. Siska yang melihat putrinya kebingungan lantas bertanya."Tika, ada apa kok bengong begitu?" Tegur Siska yang baru keluar dari dapur."Mom, ini loh kak Bryan baru saja kembali, tapi sikapnya aneh." Mustika menjawabnya kebingungan."Hah, secepat ini Bryan kembali dari kantor, ini kan masih jam kerja." Ujar Siska ikut bingung."Entahlah Mom, mungkin Kakak masih memikirkan kejadian yang menimpa ke Anjani." Ujar Mustika.Sedangkan di kamarnya, karena marah Bryan menghancurkan
"Benar kata mama Bry, aku tidak pantas lagi untuk mu, kau mungkin bisa menemukan wanita yang lebih baik dan pantas untukmu, bukan seperti aku."Ucapan Anjani terus tergiang dipikirkan Bryan, dia benar-benar sangat patah hati dengan keputusan Anjani. Dia mengandarai mobilnya tanpa arah bahkan ia menyadari jika telah menerobos lampu merah. Tak berapa lama dia menghentikan mobilnya didepan sebuah clup. Karena frustasi dia ingin melampiaskannya dengan minuman.Kini dia telah berada di dalam clup itu, lampu yang remang serta musik rock menyambut kedatangan. Dia kemudian menuju bartender untuk memesan minuman."Tolong beri saya minuman." Bryan langsung meminta minum pada bartender disana."Anda ingin minum seperti apa?" Tanya sang bartender."Apa saja, yang penting bisa membuat ku lupa masalah ku sejenak." Bryan menyerahkannya pilihannya pada bartender"Sepertinya anda sedang mengalami masalah
Setelah mereka membawah Ridwan kekamar untuk istirahat, Anjani berniat untuk kembali kamarnya lagi tapi langsung dihentikan oleh Anita."Anjani tunggu nak!" Anita memanggilnya dan alhasil Anjani menghentikan langkahnya."Iya Mom!" Ia lalu berbalik menghadap Anita"Mama ingin bicara padamu, tapi bukan di sini, ayo ikuti mama." Anita kemudian berjalan menuju balkon kamar dan diikut oleh Anjani.Di balkon, Anita langsung memeluk Putrinya sambil meminta maaf atas kejadian kemarin yang membuat Anita terus kepikiran dan merasa jika dia bersikap terlalu berlebihan."Maafkan mama, sayang." Ujarnya dengan suara khas orang menangis.Anjani tidak berkutik, dia terpaku dipelukan sang ibu, air matanya pun tak menetes lagi seolah sudah kering."Mengapa mama meminta maaf, mama tidak salah.""Tidak
"Apa yang akan papa lakukan, apa papa ingin pergi memukuli mereka satu persatu, yang ada papa akan di pukuli mereka, sadar pah, sadar." Dengan emosi Anita memarahi suaminya.Sejenak Ridwan terdiam mendengar ucapan istrinya. Dia akhirnya sadar jika apa yang di katakan Anita ada benarnya juga. Ia dengan langkah lunglai berjalan menuju putrinya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya."Maafkan papa nak, karena sudah gagal menjadi ayah yang baik untukmu. Papa gagal menjagamu hingga kejadian ini terjadi padamu." Dengan derai air mata ia memeluk putrinya dengan erat. Bi Imah menyaksikan ketiga majikan menangis, membuatnya tidak bisa menahan air matanya juga."Hiks, kenapa hidupku bisa seburuk ini pah, kenapa!" Dengan perasaan yang hancur lebur, Anjani mengeluh akan nasibnya yang begitu malang. Ridwan hanya terdiam mendengarnya karena tidak tahu apa yang haru
Di saat panggilan itu berahir, Anjani langsung membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Ia benar-benar deprsi dengan keadaannya, karena sudah tidak tahan lagi ia berteriak seperti orang gila. Namun, suara yang serak menghalau orang mendengar teriakannya. "Kenapa ... kenapa... kenapa!" Anjani menjambak rambutnya sendiri serta menariknya , rasa sakit pun tidak ia rasakan sama sekali. "Aku sudah tidak tahan lagi, aku tidak kuat lagi. Aku ingin mati!" Kesadaran akan nalurinya sudah benar-benar hilang, di dalam pikirannya saat ini hanya satu yaitu ingin mengakhiri semuanya. Dengan kondisinya yang seperti orang gila, dia bangkit dari tempat tidur berniat mencair sesuai untuk di pakai mengakhiri hidupnya. "Dimana... dimana!" Ia menghancurkan semua barang-barang di kamarnya sampai akhirnya ia menemukan sebotol obat di dalam laci. Ada hal yang tidak
"Oh ya sudah hati hati." Siska pun mengijinkannya pergi. Bryan hanya mengangguk, setelah itu bergegas pergi menuju kediaman keluarga Ridwan. Setelah tiba di sana, Bryan dengan ragu ragu memencet bel rumah berharap ada yang membukanya. Benar saja, baru sekali ia memencetnya, Bu Imah langsung membuka pintu. "Den Bryan, ada apa den?" bi Imah kemudian bertanya mengapa Bryan datang kesana. "Bi, A-aku ingin bertemu Anjani Bi." Jawab Bryan dengan terbata. Mendengar niat Bryan membuat ni Imah menundukkan kepala karena bersedih. Bryan heran mengapa bi Imah seperti itu, kemudian ia pun bertanya. "Loh, bi ada apa?" Bi Imah kemudian menceritakan apa yang tadi pagi di saksikan kepada Bryan. Sontak Bryan syok mendengar perkataan bi Imah hingga tanpa pamit ia cepat cepat masuk ke mobil dan tancap
“Setelah sekian lama aku kembali berniat menemuai adikku, tapi karena dirimu aku tidak akan pernah bertemu denganya lagi.” Dengan perasaan sedih Leo memandangi foto dua anak kecil yang mana itu adalah fotonya bersama Anjani waktu masih kecil.Leo danuantara, dia adalah kakak tiri dari mendiang Anjani. Yang merupakan anak dari dari pernikahan pertama Ridwan yaitu ayah Anjani sebelum Anita. Dulunya dia memang tinggal bersama dengan ayah beserta ibu tirinya tapi karena melakuakn suatu kesalahan membuat Ridwan begitu marah padanya hingga memutuskan yntuk mengirimmnya keluar negri. Pada saat itu usianya 10 tahun sedangkan anjani masih berumur 5 tahun.Di London, dia tinggal bersama saudara ibunya yang mana dia begitu sangat menyayangi Leo bahklan dia memasukkanya kesekolah bergengsi pada saat itu. Kini karena jasa pamanya itu Leo sudah menjadi salah satu pengusaha yang cukup sukses dan terkenal di London. Karena dirinya pula perusha
Di dalam kamarnya, Shelia yang baru tiba langusng menjatuhkan diri di tempat tidur sambil menghela nafas lega karena dia berhasil membohongi Rhatore. Sebenarnya dia tidak bermaksud melakukan itu tapi dia tahu betul sifat ayahnya jika sampai dia tahu mungking itu adalah terahir kalinya Shelia di izinkan keluar seorang diri dan dia tidak menginginkan itu.“Maafkan Lia, karena sudah berbohong pada mu ayah.” Ucapnya sambil melihat foto Rhatore yang terpajang di meja kamarnya.Setelah istirahat sebentar ia kemudian bangkit lalu berjalan kedepan meja rias untuk melihat memar yang ada disikunya.“Aww!” seketika ia meringis kesakitan saat menyentuhnya. Setelah itu dia mengambil kotak p3K untuk mengobati lukaknya. Pada saat dia melakukan itu tib- tiba ia teringat pada Bryan“Bryan, namanya sangat bagus dan dia juga lumayan tampan tapi sifatnya terlalu sombong, uhh.” Ucapnya.“Jika aku bertemu dia lagi akan ku buat d
usai mencritakan kisah pilu sang mantan kekasih, leo heran mengapa bryan terlihat melamun dengan mata serta wajah yang memerah seolah menahan sesuatu. dia kemudian memberanikan diri menyentuh pundak bryan. "ada apa, kau terlihat tidak sehat apa kau baik baik saja?" tanya leo prihatin. bryan tidak menjawab bahkan dia sendiri tidak mendengar suara leo sama sekali, dalam penglihatan serta pendengarnya hanya ada gambaran anjani yang terlihat frustasi dan meminta tolong semua terasa bengitu nyata semua kesedihan dan trauma yang anjani alami selama dia masih hidup saat itu sangat nyata dalam pandangan mata bryan. "bro, kau kenapa?" leo panik karena bryan hanya diam seperti patung dan keringat bercucran dari wajahnya. karena tidak punya cara lain lagi, leo terpaksa menamparnya agar dia bisa sedar kembali. alhasil tamparan leo membuat bryan tersungkur dan berhasil kembali dari lamunannya tadi.
Usai menceritakan kisah tragis sang kekasih, Leo bingung menatap Bryan yang hanya diam seperti tengan melamun dengan mata serta wajah yang memerah seperti sedang menahan sesuatu. Leo sedikit panik melihatmya seperti itu hingga kemudian dia menyentuh bahu Bryan untuk menyadarkannya.“Kau kenapa sepertinya kau kurang sehat apa semua baik baik saja?” Tanya Leo.Akan tetapi tidak ada jawaban dari Bryan, bukan hanya itu bahkan bryan tidak mendengar bahkan merasakan sentuhan Leo. Saat ini dia seolah berada didalam dunia yang berbeda dimana dia menyaksikan setiap peristiwa yang Anjani alami malam itu sampai akhinya dia bunuh diri.“Ini semua salahmu, andai malam itu kau tidak membiarkan aku pergi semua ini tidak akan terjadi.” Terdengar suara rintihan Anjani yang menyalahkan Bryan atas peristiwa yang dia alami.Bryan menutup telinganya karena kalimat itu terus berulang ulang hingga membuatnya frustasi. Di sisi lain Leo m
Bryan hari mencoba pergi keluar sekalian mencari ide tentang bagiamana dia akan masuk ke tempat Rahtore nantinnya. begitu[un dengan Shelia yang sekarang ini tengah bersenag senang belanja di sebuah mall seorang diri."Wah ini sangat menyengkan setelah sekian lama akhniya aku bisa bebas untuk bersenag senag seorang diri." ucapnya begitu girang.Usai belanja ia pun akhirnya keluar dari mall dengan begitu banyak bag belanjaan di tangannya hingga dia sendiri merasa kesulitan membawanya."Loh mobilku mana kok nggak ada?" seketika ia terkejut saat tiba di parkiran dan dia tidak melihat mobilnya. Shelia kemudian buru buru menekan tombol penanda pada kunci mobilnya dan baru tersadar jika tadi dia memarkir mobil di sebrang di parkiran cafe tempat ia sebelumnya."Ohh ya ampun, shelia kenapa kau begitu pikun." ucapnya pada diri sendiri.Ia pun berjalan ketepi jalan untuk menyebrang akan tetapi karena barang belanjaannya membuatnyan tidak sad
Pagi menjelang terjadi kepanikan di kediaman Alvin , setelah Siska menemukan surat yang di tinggal Bryan. Dia pun berlari mencari suami untuk memperlihatkan isi surat tersebut."Papa... Bryan pergi pa!" Dengan wajah begitu panik dia menghampiri suami dan putrinya yang tengah sarapan."Apa yang mama katakan, kemana dia pergi?' Alvin pun merasa terkejut mendengar ucapan istrinya."Mama juga tidak tahu pa, tapi mama menemukan surat ini di kamarnya." Siske kemudian memberikan suara itu pada suaminya.Setelah membaca surat Alvin terlihat cemas, dia tahu bawah kepergian putranya adalah demi ingin membalas sakit hati atas meninggalnya Anjani. Alvin tanpa mengatakan apapun seketika pergi meninggalkan meja makan menuju keluar rumah. Mustika dan Siska kebingungan dan hanya memilihnya berlalu pergi."Ohh tuhan, Kemana anak itu pergi,
Menjalankan rencana "Kenapa pada bawel sih asisten di rumah ini, bikin emosi aja." Celoteh Shelia karena masih kesal. "Hmm, apa benar papa akan pulang larut ya, apa aku telpon saja dia untuk mencari tahu sendiri." Ucapnya berniat menelpon Rahtore. *** "Ini bos, rekaman tadi siang yang saya dapat dari cctv yang bos maksud." Ucap anak buahnya sambil menyodorkan flashdisk kepada Rahtore. "Bagus, hey kau cepat putra ini dia leptop itu." Rhatore yang sudah tidak sabar untuk melihat hasil rekamannya langsung memerintahkan anak buah yang lain untuk memutarnya segera. Pada saat rekaman itu di putar, mereka yang menyaksikannya bagitu terkejut terutama Rahtore yang terlihat begitu marah. "Apa ini hah, apa kau mencoba bermain-main denganku." Dia bangkit dan langsung menghampiri anak buahnya yang memb
Rahtore yang masih kesal langsung menghempaskan tangan Rendy hingga ia sedikit terdorong ke depan. "Argh... Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan ku." Rahtore yang masih di kuasai amarahnya dengan sembarang memandang meja hingga meja itu terdorong jauh. "Rahtore kau tenanglah aku yakin kita akan menemukan orang itu." Rendy kembali angkat bicara untuk mencoba menenangkan Rahtore. "Bukan yakin, tapi aku pasti menemuikan orang itu dan akan kuberi dia pelajaran." Kecam Rahtore dengan penuh amarah. "Iya kita pasti akan menemukannya tapi tolong kendalikan dirimu dan berhenti merusak barang barang, karena jika tidak kau bisa mengacuhkan semuanya." Ucap Rendy yang khawatir karena sudah banyak barang yang Rahtore hancurkan sebab marah. Rahtore duduk di sofa untuk menegakan diri, sedangkan Rendy m
Brakkk... Tiba tiba mereka semua dikejutkan dengan suara kaca jendela yang pecah seperti dilempar oleh sesuatu. Semuanya berhenti dan menujuhakan Padang ke arah jendela."Papa!" Shelia memandang Rhatore dengan kebingungan.Mata Rahtore membulat karena marah dia lalu memberi kode pada beberapa anak buahnya untuk mencari siapa orang yang sudah melakukan ini semua."Shelia, jangan di pikiran sebaiknya kita lanjutkan saja." Ia lalu beralih pada Putrinya untuk meminta agar menghiraukan kejadian ini."Tapi pa!" Ucap Shelia begitu penasaran."Sudahlah, anak buah ku akan menanganinya mending sekarang kita lanjut untuk memotong kue." Rahtore meyakinkan anaknya. Shelia hanya bisa menurut dan melanjutkan untuk potong kue meskipun saat ini dia masih sangat penasaran perihal kaca jendela tadi.***Di luar, saat anak buah Rath