"Benar kata mama Bry, aku tidak pantas lagi untuk mu, kau mungkin bisa menemukan wanita yang lebih baik dan pantas untukmu, bukan seperti aku."
Ucapan Anjani terus tergiang dipikirkan Bryan, dia benar-benar sangat patah hati dengan keputusan Anjani. Dia mengandarai mobilnya tanpa arah bahkan ia menyadari jika telah menerobos lampu merah. Tak berapa lama dia menghentikan mobilnya didepan sebuah clup. Karena frustasi dia ingin melampiaskannya dengan minuman.
Kini dia telah berada di dalam clup itu, lampu yang remang serta musik rock menyambut kedatangan. Dia kemudian menuju bartender untuk memesan minuman.
"Tolong beri saya minuman." Bryan langsung meminta minum pada bartender disana.
"Anda ingin minum seperti apa?" Tanya sang bartender.
"Apa saja, yang penting bisa membuat ku lupa masalah ku sejenak." Bryan menyerahkannya pilihannya pada bartender
"Sepertinya anda sedang mengalami masalah yang begitu besar, ini minumlah mungkin ini bisa membuatmu tenang." Sang bartender menyodorkan segelas bir pada Bryan.
Bryan kemudian mengambilnya dan langsung menghabiskan dalam satu tegukan saja. Kemudian ia menambah dan terus-menerus menambah bir itu hingga ini sudah ke 10 kakinya.
"Berikan lagi!" Bryan meminta untuk ke 11 kalinya. Namun pada saat hendak meminumnya, tanpa sengaja ada salah satu pengunjung yang mendorongnya hingga gelasnya jatuh. Bryan emosi, dan tanpa segan langsung melayangkan satu pukulan pada orang tersebut hingga orang itu tersungkur.
"Kurang aja, kau menjatuhkan minum ku!" Bryan berkata begitu emosi.
Karena tidak terima, orang itu bangkit dan langsung membalas Bryan. Perkelahian pun tak terelakkan, pengunjung disana hanya melihat saja tanpa mau memisahkan mereka. Tonjok demi tonjokan mendarat di pipi Bryan hingga wajahnya babak belur. Karena sudah mabuk berat, membuatnya selalu salah mengenai lawannya itu. Sampai akhirnya sembuh botol bir langsung menghantam kepalanya yang tentu saja itu perebutan dari lawannya. Karena pukul itu membuatnya jatuh dan tak sadarkan diri.
____
Saat sadar, dia sudah berada di rumah sakit dengan perban yang membalut kepalanya, dia Ling Lung dan lupa apa yang terjadi padanya semalam. Saat hendak bangun ia merasakan sakit luar biasa di bagian kepala.
"Awww.... Ada apa denganku, kenapa rasanya begitu sakit!" Rigisnya sambil memegang kepalanya.
"Bryan, kau sudah sadar!" Siska tiba tiba masuk ke ruangan dan langsung menghampiri putranya yang telah siuman.
"Mama, kenapa aku bisa ada di sini?" Tanyanya.
"Semalam kami menerima telpon nak, katanya kau dilarikan kerumah sakit, jadi kami langsung bergegas kesini tadinya adik dan papa juga ada di sini tapi mama sudah meminta mereka pulang. Apa yang terjadi nak, kenapa kau bisa seperti ini?" Jelas Siska sekalian bertanya.
Bryan diam, dia juga merasa bingung kenapa dia sampai seperti ini, dia benar-benar lupa tentang kajadian semalaman, yang di ingatmya, terakhir kali ada di clup.
"Kau Kemana saja, sejak kemarin siang kau pergi tanpa memberitahu siapa-siapa, setelah itu kamu justru mendapat telpon kau di bawah ke rumah sakit?" Tanya Siska terlihat cemas.
"Maafkan aku mah, kemarin aku kerumah Anjani dan......" Bryan kemudian menceritakan tentang kejadian kemarin dimana Anjani membatalkan pertunangannya.
"Sabar yah nak, mungkin Anjani mengatakan itu karena masih tertekan. Tunggu dia pulih setelah itu semuanya akan baik-baik saja, mama, juga tadi sempat bertemu dengan Ridwan dan Anita, mereka sepertinya Ridwan sudah diijinkan untuk pulang, ibu menyapanya tapi mereka tidak memberi respon." Ujar Siska.
"Papa Ridwan sudah sehat, syukurlah. Mungkin mereka masih marah mah, aku juga tidak menduga akan seperti ini jadinya." Dengan raut wajah sedih Bryan berucap.
"Jangan dipikirkan nak, sekarang kau istirahat mama akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaan mu." Siska kemudian membantu Putranya untuk berbaring setelah itu ia pergi memanggil dokter.
Lalu, bagiamana ceritanya kenapa Bryan bisa sampai di rumah sakit?.
Jadi, setelah Bryan di pukul lawannya dengan botol hingga pingsan, meneger clup akhirnya datang berniat menghentikan perkelahian itu meskipun dia terlambat. Saat melihat Bryan tergeletak di lantai dengan darah segar mengalir dari kepalanya, sang meneger dengan cepat menghampiri dan langsung memeriksa keadaannya.
"Dia Masih hidup, cepat bantu saya mengangkatnya ke mobil agar bisa segera di larikan ke rumah sakit." Sang meneger meminta beberapa orang disana membantunya membawa Bryan ke mobil, dan langsung bergegas menujuh rumah sakit. Kemudian, perawat lah yang menghubungi keluarganya dengan ponsel milik Bryan.
_____
Setelah diperiksa, dokter menyarankan untuk rawat inap selama dua hari agar Bryan bisa dirawat dengan baik."Dua hari dok, tidak, aku ingin pulang saja." Bryan langsung menolak jika dia harus dirawat selama 2 hari di rumah sakit.
"Apa yang kau katakan Bryan, baiklah dokter dia akan dirawat di sini selama dua hari." Siska dengan tegas menolak ucapan Bryan dan memutuskan agar dia dirawat selama dua hari.
"Tapi mah, aku baik-baik saja." Bryan bersih keras.
"Tidak, lihat kau terluka cukup parah di kepala, jadi kau diam saja dan dengarkan kata dokter." Lagi-lagi Siska menolaknya. Dan terpaksa Bryan menyetujuinya.
"Baiklah nyonya, saya tinggal dulu satu jam lagi ada perawat yang akan datang untuk menganti perban pasien." Ujar si dokter.
"Oh iya Dok, terima kasih." Ujar Siska, setelah itu dokter tersebut pergi dari ruangan.
"Mom, kenapa aku tidak di rawat di rumah saja sih, aku baik-baik saja." Bryan kembali membujuk Siska.
"Tidak Bryan, disini ada suster yang akan merawat mu 24 jam, mama tidak mau jika kau pulang, kau justru tidak ingin istirahat dan akan mengejar hal lain, Jadi jangan berdebat lagi." Siska tetap bersih keras membiarkan putranya dirawat di rumah sakit.
"Ufff, iya mom!" jawab Bryan agak kecewa.
____
Ditempat lain, Anjani belum mengetahui jika Bryan ada dirumah sakit saat ini. Sedangkan Ridwan, dia sudah kembali dari rumah sakit pagi tadi. Setelah tiba di rumah, Ridwan langsung mencari Anjani yang masih setia mengurung diri dikamar.Tok...tok...tok.. "Non, tuan mencari mu, katanya Nona pergi menemuinya sekarang, tuan ada diruang tamu saat ini." Bi Imah datang ke kamar Anjani karena perintah Ridwan untuk manggilnya.
"Papa sudah kembali!" Ujarnya sedikit lega, ia kemudian bergegas membuka pintu lalu berlari menemui ayahnya."Papa!" Panggil Anjani beberapa langkah dari Ridwan, terlihat dia tengah menangis.
"Sayang, sini nak." Ridwan lalu menyuruhnya untuk mendekat. Anjani berjalan menghampiri ayahnya dan langsung memeluknya sambil menangis tersedu-seduh.
"Papa, maafkan Anjani karena tidak pernah menemuimu selama kau dirumah sakit."
"Tidak apa-apa sayang, papa sangat merindukanmu." Ridwan mengelus kepala putrinya. Kemudian Anita pun datang dan langsung emosional melihat itu.
"Ini semua karena Anjani, papa sakit karena diriku."
"Apa yang kau katakan nak, ini bukan kesalahanmu jadi kau tidak perlu menyesal, sayang." Ridwan menghiburnya.
"Sudah kau jangan menagis, putriku tidak cantik saat ia menangis." Mendengar itu Anjani terseyum, setelah itu Ridwan dibawah kekamarnya untuk istirahat.
Setelah mereka membawah Ridwan kekamar untuk istirahat, Anjani berniat untuk kembali kamarnya lagi tapi langsung dihentikan oleh Anita."Anjani tunggu nak!" Anita memanggilnya dan alhasil Anjani menghentikan langkahnya."Iya Mom!" Ia lalu berbalik menghadap Anita"Mama ingin bicara padamu, tapi bukan di sini, ayo ikuti mama." Anita kemudian berjalan menuju balkon kamar dan diikut oleh Anjani.Di balkon, Anita langsung memeluk Putrinya sambil meminta maaf atas kejadian kemarin yang membuat Anita terus kepikiran dan merasa jika dia bersikap terlalu berlebihan."Maafkan mama, sayang." Ujarnya dengan suara khas orang menangis.Anjani tidak berkutik, dia terpaku dipelukan sang ibu, air matanya pun tak menetes lagi seolah sudah kering."Mengapa mama meminta maaf, mama tidak salah.""Tidak
"Apa yang akan papa lakukan, apa papa ingin pergi memukuli mereka satu persatu, yang ada papa akan di pukuli mereka, sadar pah, sadar." Dengan emosi Anita memarahi suaminya.Sejenak Ridwan terdiam mendengar ucapan istrinya. Dia akhirnya sadar jika apa yang di katakan Anita ada benarnya juga. Ia dengan langkah lunglai berjalan menuju putrinya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya."Maafkan papa nak, karena sudah gagal menjadi ayah yang baik untukmu. Papa gagal menjagamu hingga kejadian ini terjadi padamu." Dengan derai air mata ia memeluk putrinya dengan erat. Bi Imah menyaksikan ketiga majikan menangis, membuatnya tidak bisa menahan air matanya juga."Hiks, kenapa hidupku bisa seburuk ini pah, kenapa!" Dengan perasaan yang hancur lebur, Anjani mengeluh akan nasibnya yang begitu malang. Ridwan hanya terdiam mendengarnya karena tidak tahu apa yang haru
Di saat panggilan itu berahir, Anjani langsung membanting ponselnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping. Ia benar-benar deprsi dengan keadaannya, karena sudah tidak tahan lagi ia berteriak seperti orang gila. Namun, suara yang serak menghalau orang mendengar teriakannya. "Kenapa ... kenapa... kenapa!" Anjani menjambak rambutnya sendiri serta menariknya , rasa sakit pun tidak ia rasakan sama sekali. "Aku sudah tidak tahan lagi, aku tidak kuat lagi. Aku ingin mati!" Kesadaran akan nalurinya sudah benar-benar hilang, di dalam pikirannya saat ini hanya satu yaitu ingin mengakhiri semuanya. Dengan kondisinya yang seperti orang gila, dia bangkit dari tempat tidur berniat mencair sesuai untuk di pakai mengakhiri hidupnya. "Dimana... dimana!" Ia menghancurkan semua barang-barang di kamarnya sampai akhirnya ia menemukan sebotol obat di dalam laci. Ada hal yang tidak
"Oh ya sudah hati hati." Siska pun mengijinkannya pergi. Bryan hanya mengangguk, setelah itu bergegas pergi menuju kediaman keluarga Ridwan. Setelah tiba di sana, Bryan dengan ragu ragu memencet bel rumah berharap ada yang membukanya. Benar saja, baru sekali ia memencetnya, Bu Imah langsung membuka pintu. "Den Bryan, ada apa den?" bi Imah kemudian bertanya mengapa Bryan datang kesana. "Bi, A-aku ingin bertemu Anjani Bi." Jawab Bryan dengan terbata. Mendengar niat Bryan membuat ni Imah menundukkan kepala karena bersedih. Bryan heran mengapa bi Imah seperti itu, kemudian ia pun bertanya. "Loh, bi ada apa?" Bi Imah kemudian menceritakan apa yang tadi pagi di saksikan kepada Bryan. Sontak Bryan syok mendengar perkataan bi Imah hingga tanpa pamit ia cepat cepat masuk ke mobil dan tancap
Tujuh hari sudah kepergian Anjani, akan tetapi Ridwan dan Anita masih di landa kesedihan yang teramat mendalam. Kehidupan keduanya seolah mati bersama putrinya, hancur sudah harapan mereka, seperti hidup tiada artinya lagi. "Sayang hiks, mama sangat merindukanmu kenapa kau tega meninggalkan kami nak." Di dalam kamar mendiang anaknya, Anita tidur di ranjang memeluk foto putrinya. Sedangkan Ridwan, dia berada di taman belakang rumah menyendiri. Dia duduk di ayunan di mana dulunya tempat itu merupakan tempat Favorit Anjani semasa kecil dulu. "Secepat itu kau pergi nak, maafkan ayah karena telah gagal menjadi ayah yang terbalik untukmu, yang telah gagal melindungi mu, kepergian mu ini sangat menorehkan luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh." Ridwan menangis tersedu-sedu membayang momen indah bersama dengan putrinya dahulu. ***
Brakkk... Tiba tiba mereka semua dikejutkan dengan suara kaca jendela yang pecah seperti dilempar oleh sesuatu. Semuanya berhenti dan menujuhakan Padang ke arah jendela."Papa!" Shelia memandang Rhatore dengan kebingungan.Mata Rahtore membulat karena marah dia lalu memberi kode pada beberapa anak buahnya untuk mencari siapa orang yang sudah melakukan ini semua."Shelia, jangan di pikiran sebaiknya kita lanjutkan saja." Ia lalu beralih pada Putrinya untuk meminta agar menghiraukan kejadian ini."Tapi pa!" Ucap Shelia begitu penasaran."Sudahlah, anak buah ku akan menanganinya mending sekarang kita lanjut untuk memotong kue." Rahtore meyakinkan anaknya. Shelia hanya bisa menurut dan melanjutkan untuk potong kue meskipun saat ini dia masih sangat penasaran perihal kaca jendela tadi.***Di luar, saat anak buah Rath
Rahtore yang masih kesal langsung menghempaskan tangan Rendy hingga ia sedikit terdorong ke depan. "Argh... Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan ku." Rahtore yang masih di kuasai amarahnya dengan sembarang memandang meja hingga meja itu terdorong jauh. "Rahtore kau tenanglah aku yakin kita akan menemukan orang itu." Rendy kembali angkat bicara untuk mencoba menenangkan Rahtore. "Bukan yakin, tapi aku pasti menemuikan orang itu dan akan kuberi dia pelajaran." Kecam Rahtore dengan penuh amarah. "Iya kita pasti akan menemukannya tapi tolong kendalikan dirimu dan berhenti merusak barang barang, karena jika tidak kau bisa mengacuhkan semuanya." Ucap Rendy yang khawatir karena sudah banyak barang yang Rahtore hancurkan sebab marah. Rahtore duduk di sofa untuk menegakan diri, sedangkan Rendy m
Menjalankan rencana "Kenapa pada bawel sih asisten di rumah ini, bikin emosi aja." Celoteh Shelia karena masih kesal. "Hmm, apa benar papa akan pulang larut ya, apa aku telpon saja dia untuk mencari tahu sendiri." Ucapnya berniat menelpon Rahtore. *** "Ini bos, rekaman tadi siang yang saya dapat dari cctv yang bos maksud." Ucap anak buahnya sambil menyodorkan flashdisk kepada Rahtore. "Bagus, hey kau cepat putra ini dia leptop itu." Rhatore yang sudah tidak sabar untuk melihat hasil rekamannya langsung memerintahkan anak buah yang lain untuk memutarnya segera. Pada saat rekaman itu di putar, mereka yang menyaksikannya bagitu terkejut terutama Rahtore yang terlihat begitu marah. "Apa ini hah, apa kau mencoba bermain-main denganku." Dia bangkit dan langsung menghampiri anak buahnya yang memb
“Setelah sekian lama aku kembali berniat menemuai adikku, tapi karena dirimu aku tidak akan pernah bertemu denganya lagi.” Dengan perasaan sedih Leo memandangi foto dua anak kecil yang mana itu adalah fotonya bersama Anjani waktu masih kecil.Leo danuantara, dia adalah kakak tiri dari mendiang Anjani. Yang merupakan anak dari dari pernikahan pertama Ridwan yaitu ayah Anjani sebelum Anita. Dulunya dia memang tinggal bersama dengan ayah beserta ibu tirinya tapi karena melakuakn suatu kesalahan membuat Ridwan begitu marah padanya hingga memutuskan yntuk mengirimmnya keluar negri. Pada saat itu usianya 10 tahun sedangkan anjani masih berumur 5 tahun.Di London, dia tinggal bersama saudara ibunya yang mana dia begitu sangat menyayangi Leo bahklan dia memasukkanya kesekolah bergengsi pada saat itu. Kini karena jasa pamanya itu Leo sudah menjadi salah satu pengusaha yang cukup sukses dan terkenal di London. Karena dirinya pula perusha
Di dalam kamarnya, Shelia yang baru tiba langusng menjatuhkan diri di tempat tidur sambil menghela nafas lega karena dia berhasil membohongi Rhatore. Sebenarnya dia tidak bermaksud melakukan itu tapi dia tahu betul sifat ayahnya jika sampai dia tahu mungking itu adalah terahir kalinya Shelia di izinkan keluar seorang diri dan dia tidak menginginkan itu.“Maafkan Lia, karena sudah berbohong pada mu ayah.” Ucapnya sambil melihat foto Rhatore yang terpajang di meja kamarnya.Setelah istirahat sebentar ia kemudian bangkit lalu berjalan kedepan meja rias untuk melihat memar yang ada disikunya.“Aww!” seketika ia meringis kesakitan saat menyentuhnya. Setelah itu dia mengambil kotak p3K untuk mengobati lukaknya. Pada saat dia melakukan itu tib- tiba ia teringat pada Bryan“Bryan, namanya sangat bagus dan dia juga lumayan tampan tapi sifatnya terlalu sombong, uhh.” Ucapnya.“Jika aku bertemu dia lagi akan ku buat d
usai mencritakan kisah pilu sang mantan kekasih, leo heran mengapa bryan terlihat melamun dengan mata serta wajah yang memerah seolah menahan sesuatu. dia kemudian memberanikan diri menyentuh pundak bryan. "ada apa, kau terlihat tidak sehat apa kau baik baik saja?" tanya leo prihatin. bryan tidak menjawab bahkan dia sendiri tidak mendengar suara leo sama sekali, dalam penglihatan serta pendengarnya hanya ada gambaran anjani yang terlihat frustasi dan meminta tolong semua terasa bengitu nyata semua kesedihan dan trauma yang anjani alami selama dia masih hidup saat itu sangat nyata dalam pandangan mata bryan. "bro, kau kenapa?" leo panik karena bryan hanya diam seperti patung dan keringat bercucran dari wajahnya. karena tidak punya cara lain lagi, leo terpaksa menamparnya agar dia bisa sedar kembali. alhasil tamparan leo membuat bryan tersungkur dan berhasil kembali dari lamunannya tadi.
Usai menceritakan kisah tragis sang kekasih, Leo bingung menatap Bryan yang hanya diam seperti tengan melamun dengan mata serta wajah yang memerah seperti sedang menahan sesuatu. Leo sedikit panik melihatmya seperti itu hingga kemudian dia menyentuh bahu Bryan untuk menyadarkannya.“Kau kenapa sepertinya kau kurang sehat apa semua baik baik saja?” Tanya Leo.Akan tetapi tidak ada jawaban dari Bryan, bukan hanya itu bahkan bryan tidak mendengar bahkan merasakan sentuhan Leo. Saat ini dia seolah berada didalam dunia yang berbeda dimana dia menyaksikan setiap peristiwa yang Anjani alami malam itu sampai akhinya dia bunuh diri.“Ini semua salahmu, andai malam itu kau tidak membiarkan aku pergi semua ini tidak akan terjadi.” Terdengar suara rintihan Anjani yang menyalahkan Bryan atas peristiwa yang dia alami.Bryan menutup telinganya karena kalimat itu terus berulang ulang hingga membuatnya frustasi. Di sisi lain Leo m
Bryan hari mencoba pergi keluar sekalian mencari ide tentang bagiamana dia akan masuk ke tempat Rahtore nantinnya. begitu[un dengan Shelia yang sekarang ini tengah bersenag senang belanja di sebuah mall seorang diri."Wah ini sangat menyengkan setelah sekian lama akhniya aku bisa bebas untuk bersenag senag seorang diri." ucapnya begitu girang.Usai belanja ia pun akhirnya keluar dari mall dengan begitu banyak bag belanjaan di tangannya hingga dia sendiri merasa kesulitan membawanya."Loh mobilku mana kok nggak ada?" seketika ia terkejut saat tiba di parkiran dan dia tidak melihat mobilnya. Shelia kemudian buru buru menekan tombol penanda pada kunci mobilnya dan baru tersadar jika tadi dia memarkir mobil di sebrang di parkiran cafe tempat ia sebelumnya."Ohh ya ampun, shelia kenapa kau begitu pikun." ucapnya pada diri sendiri.Ia pun berjalan ketepi jalan untuk menyebrang akan tetapi karena barang belanjaannya membuatnyan tidak sad
Pagi menjelang terjadi kepanikan di kediaman Alvin , setelah Siska menemukan surat yang di tinggal Bryan. Dia pun berlari mencari suami untuk memperlihatkan isi surat tersebut."Papa... Bryan pergi pa!" Dengan wajah begitu panik dia menghampiri suami dan putrinya yang tengah sarapan."Apa yang mama katakan, kemana dia pergi?' Alvin pun merasa terkejut mendengar ucapan istrinya."Mama juga tidak tahu pa, tapi mama menemukan surat ini di kamarnya." Siske kemudian memberikan suara itu pada suaminya.Setelah membaca surat Alvin terlihat cemas, dia tahu bawah kepergian putranya adalah demi ingin membalas sakit hati atas meninggalnya Anjani. Alvin tanpa mengatakan apapun seketika pergi meninggalkan meja makan menuju keluar rumah. Mustika dan Siska kebingungan dan hanya memilihnya berlalu pergi."Ohh tuhan, Kemana anak itu pergi,
Menjalankan rencana "Kenapa pada bawel sih asisten di rumah ini, bikin emosi aja." Celoteh Shelia karena masih kesal. "Hmm, apa benar papa akan pulang larut ya, apa aku telpon saja dia untuk mencari tahu sendiri." Ucapnya berniat menelpon Rahtore. *** "Ini bos, rekaman tadi siang yang saya dapat dari cctv yang bos maksud." Ucap anak buahnya sambil menyodorkan flashdisk kepada Rahtore. "Bagus, hey kau cepat putra ini dia leptop itu." Rhatore yang sudah tidak sabar untuk melihat hasil rekamannya langsung memerintahkan anak buah yang lain untuk memutarnya segera. Pada saat rekaman itu di putar, mereka yang menyaksikannya bagitu terkejut terutama Rahtore yang terlihat begitu marah. "Apa ini hah, apa kau mencoba bermain-main denganku." Dia bangkit dan langsung menghampiri anak buahnya yang memb
Rahtore yang masih kesal langsung menghempaskan tangan Rendy hingga ia sedikit terdorong ke depan. "Argh... Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan ku." Rahtore yang masih di kuasai amarahnya dengan sembarang memandang meja hingga meja itu terdorong jauh. "Rahtore kau tenanglah aku yakin kita akan menemukan orang itu." Rendy kembali angkat bicara untuk mencoba menenangkan Rahtore. "Bukan yakin, tapi aku pasti menemuikan orang itu dan akan kuberi dia pelajaran." Kecam Rahtore dengan penuh amarah. "Iya kita pasti akan menemukannya tapi tolong kendalikan dirimu dan berhenti merusak barang barang, karena jika tidak kau bisa mengacuhkan semuanya." Ucap Rendy yang khawatir karena sudah banyak barang yang Rahtore hancurkan sebab marah. Rahtore duduk di sofa untuk menegakan diri, sedangkan Rendy m
Brakkk... Tiba tiba mereka semua dikejutkan dengan suara kaca jendela yang pecah seperti dilempar oleh sesuatu. Semuanya berhenti dan menujuhakan Padang ke arah jendela."Papa!" Shelia memandang Rhatore dengan kebingungan.Mata Rahtore membulat karena marah dia lalu memberi kode pada beberapa anak buahnya untuk mencari siapa orang yang sudah melakukan ini semua."Shelia, jangan di pikiran sebaiknya kita lanjutkan saja." Ia lalu beralih pada Putrinya untuk meminta agar menghiraukan kejadian ini."Tapi pa!" Ucap Shelia begitu penasaran."Sudahlah, anak buah ku akan menanganinya mending sekarang kita lanjut untuk memotong kue." Rahtore meyakinkan anaknya. Shelia hanya bisa menurut dan melanjutkan untuk potong kue meskipun saat ini dia masih sangat penasaran perihal kaca jendela tadi.***Di luar, saat anak buah Rath