"Maaf pak, laporan anda belum bisa kami tindak lanjuti, karena belum cukup 24 jam pacar dan menghilang." Ujar pak polisi.
Mendengar ucapan polisi itu Bryan langsung emosi dan tanpa ragu ia memukul meja dengan marah.
"Apa maksud anda pak, bagaimana jika pacar saya dalam bahaya mengapa masih menunggu 24 jam!" Bentak Ryan kepada pak polisi.
"Ini sudah menjadi peraturan pak, jadi mohon dipatuhi" polisi itu berusaha membuat Bryan mengerti.
"Peraturan apa yang anda maksud, kenapa bisa seperti itu. Ini tentang keselamatan pak jadi harus cepat ditindak." Bryan terus membantah pak polisi.
"Tolong, jangan membuat keributan di sini jika pacar anda belum pulang sampai besok, baru boleh kembali untuk melaporkan kasus ini." Ujar polisi itu mulai tegas.
Bryan dibuat semakin kesal dengan apa yang dikatakan oleh pak polisi, rasanya di ingin menghajar orang yang ada di hadapannya saat itu juga. Tapi dia masih bisa mengendalikan diri, dan dengan terpaksa dia pergi meninggalkan kantor polisi dengan perasaan kesal dan kembali ke mobilnya.
Di dalam mobil, Bryan melampiaskan kekesalannya dengan memukul setir mobilnya berkali-kali. Dia benar-benar sangat kesal dengan ucapan pak polisi Tadi, lalu tiba-tiba ponselnya berdering dan saat dilihat itu dari Ridwan, ayah Anjani. Sejenak Bryan memandangi layar ponselnya perasaannya semakin kacau dan tidak berani untuk menjawab panggilan itu. Namun dia berpikir kembali, bagaimana pun orang tuanya Anjani harus mengetahuinya juga.
"Halo pah!" Ujar Bryan memulai percakapan.
"Halo Bryan, Kenapa Anjani belum kembali?" Tanya Ridwan yang langsung menanyakan keberadaan anaknya.
Namun, Bryan benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. mulutnya seolah terkunci dan kehabisan kata-kata, sedetik kemudian ia terkejut saat ia mendengar suara wanita dari telepon.
"Hallo Bryan, di mana anak saya tolong jawab jangan diam saja?" Terdengar suara Anita yang bertanya sedikit emosi.
"Mah, sa-saya tidak tahu dimana Anjani saat ini."kali ini Bryan akhirnya menjawab pertanyaan dari orang tua Anjani dengan gugup.
"Apa maksudmu, bukannya Anjani tadi pergi bersamamu, lalu kenapa sekarang kau bilang tidak tahu." Bentak Anita, sekaligus terkejut setelah mendengar jawaban dari Bryan.
Lagi-lagi Bryan hanya bisa terdiam, dan semakin merasa bersalah. hingga tanpa ia duga air matanya pun jatuh, kemudian dia kembali mendengar suara Ridwan.
"Nak, apa maksudnya, di mana Anjani?" Tanya Ridwan dengan cemas.
kemudian Bryan sekali lagi menceritakan kejadian sebenarnya, hingga Iya ada di kantor polisi saat ini. Mendengar cerita Bryan, Ridwan pun memutuskan untuk menyusulnya ke kantor polisi sekalian ingin ikut mencari keberadaan Anjani, yang tanpa mereka ketahui, jika saat ini ada di tempat tuan rathore.
Setelah mengakhiri telepon, Ridwan dengan cepat bergegas pergi menghampiri Bryan yang masih ada di kantor polisi. Anita yang mengetahui jika putrinya menghilang memutuskan untuk ikut. Akan tetapi, Ridwan melarangnya dan menyuruhnya untuk menunggu di rumah saja. Lalu bagaimana dengan nasib Anjani.
____
Kembali ke rumah Rathore, setelah memuaskan nafsu bejatnya. Ia kembali mengikat Anjani di kursi yang sama dan menunggunya sadar. Sambil menunggu, ia mengambil kamera yang sebelumnya sudah ia letakkan di atas meja. Ia pun tersenyum puas saat melihat rekaman yang ada di dalam kamera itu. Yang isinya merupakan sebuah rekaman dirinya bersama Anjani tadi.
"Ckckck, gadis yang malang." Ujarnya meledek Anjani.
"Akhirnya dendamku sudah terbalaskan." Rathore tersenyum puas.
Dendam? Apakah Anjani telah melakukan kesalahan sehingga Rathore memiliki dendam terhadap nya?.
Ternyata berbulan-bulan yang lalu, di sebuah perusahaan yang merupakan tempat Anjani bekerja saat ini ada sebuah kejadian yang membuat Rathore merasa malu.dimana pada saat itu dia berniat untuk mengalihkan paksa perusahaan tersebut menjadi miliknya dengan bernegosiasi kepada manajer di perusahaan tersebut. akan tetapi ia ditolak mentah-mentah. pada saat itu pula Anjani yang berstatus sebagai sekretaris sekretaris dari sang manajer, justru mempermalukan Rathore Dengan mengatakan bahwa dirinya adalah pria tua yang tidak punya etika dan hanya cocok tinggal di panti jompo.
Kata-kata itu membuat Rathore merasa sangat marah pada Anjani karena telah merendahkan dirinya di depan banyak orang saat itu. Dan sejak kejadian itu, Rathore terus-menerus mengintai Anjani. Seperti apa yang ia lakukan, ke mana dia dan banyak hal lainnya, dan di saat ada kesempatan anak buahnya akhirnya berhasil menculik Anjani.
_____
Anjani, perlahan-lahan dia akhirnya membuka matanya, beberapa kali ia mengedipkan matanya sebab pandangannya sedikit buram. Kepalanya terasa begitu berat hingga ia meringis. Iya pun sedikit aneh kalau melihat suasana di sekitarnya. Menyadari Anjani sudah sadar, Rathore lantas berjalan ke depannya sambil bertepuk tangan. Saat Anjani melihat rathore ia terkejut tak percaya.
"Kau!!" Ujar Anjani tidak percaya setelah melihat orang yang ada di hadapannya saat ini. Dan pada saat itu ia menyadari jika dia tidak dapat bergerak karena di ikat.
"Wah wah wah, kau sudah sadar ternyata." Rathore menatap dengan licik.
"Di mana aku, apa yang kau lakukan padaku, hah? Tanya Anjani langsung emosi.
"Sabar sayang cuma jangan marah-marah seperti itu." Jawab Rathore sambil menyentuh pipi Anjani. Namun, Anjani berusaha untuk menghindar.
"Lepaskan aku!" Teriak Anjani kesal.
Karena teriakannya itu membuat Rathore marah, dan tanpa ragu ia menampar pipi Anjani dengan kasar sehingga membuat Anjani meringis kesakitan sampai air matanya menetes.
"Lancang kau berteriak padaku seperti itu, hah!" Rathore membentaknya kasar.
"Apa yang kau inginkan dariku, Kenapa kau munculik ku?" Anjani bertanya meminta penjelasan, namun dengan cara berteriak. Dan sekali lagi tamparan keras mendarat di pipinya. Tapi Anjani sama sekali tidak merasa takut.
"Bisakah mulut mu itu diam!!!" Teriak rathore benar-benar marah.
"Lepaskan aku!" Anjani memberontak seolah tidak menghiraukan kemarahan dari Rathore.
Karena tidak tahan dengan teriakan Anjani, Rathore mengambil leptopnya dan memperlihatkan rekaman video pada Anjani. Seketika Anjani terdiam, dia tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. Mulutnya terkunci tak mampu berkata-kata lagi, perasaan malu dan jijik menyelimuti dirinya saat menyaksikan rekaman video tersebut. Tidak tidak percaya jika harga dirinya telah direnggut. Rathore yang melihatnya mati kutu seperti itu, merasa semakin puas dan tanpa perasaan dia tertawa terbahak-bahak di hadapan Anjani.
"Bagaimana dengan kejutan ku Sayang, apa kau menyukainya, haahah." Gelak tawa Rathore menggema di ruangan itu.
Anjani, tidak mampu lagi berkata-kata, kepalanya terasa pening, dan seketika membayangkan Bryan, ayah serta ibunya. Air matanya pun tidak mampu ia bendung lagi dia menangis tanpa suara, putus asa akan keadaan dirinya saat ini.
"Aku..aku tidak suci lagi, harga diriku sudah hilang." gumamnya dalam hati. Melihat Anjani yang ini tidak berdaya, berandalan itu melepaskan ikatannya dan memerintahkan anak buahnya untuk membawa Anjani pergi dari sana.
"Buang gadis sampah ini!" perintah Rathore, yang tega mengatai Anjani gadis sampah.
"Baik bos!" Para anak buahnya mematuhi perintahnya, mereka lalu membuka ikatan Anjani kemudian menyeret nya pergi dengan kasar. Anjani sudah tidak berkutik saat itu pikirannya dipenuhi penyesalan atas peristiwa yang dialami hingga dengan pasrah dia hanya bisa mengikuti kemana anak buah Rathore akan membawanya pergi.
Sesaat setelah anak buahnya membawa pergi Anjani, terlihat ada seseorang yang datang menemui Rathore. Dia adalah Rendy, yang merupakan sepupu dari Rathore. Rendy datang terburu-buru dan tanpa basa-basi langsung bertanya apa alasannya dia melepaskan Anjani."Semudah itu kau melepaskannya?" Tanya Rendy Tak habis pikir.mendengar pertanyaan itu, Rathore hanya tersenyum sampul kemudian berjalan ke kursi kebanggaannya dan dengan santai duduk menghisap rokoknya."Mengapa kau hanya diam, seharusnya kau menyiksanya nya terlebih dahulu?" Rendy bertanya lagi."Aku sudah merenggut apa yang menjadi harga dirinya itu adalah hukuman yang menurutku sudah pantas, di mana itu akan mengubah seluruh hidupnya." Rathore menjawabnya dengan puas. mendengar perkataan itu Rendy pun ikut tertawa."Itu akibat karena bermain-main dengan Rathore!" Ujar Rathore menyeringai._____Sedangkan dalam perjalanan, Anjani seperti orang kehilangan semangat hidu
Anjani yang ketakutan langsung melempar ponselnya ke lantai hingga ponsel itu rusak. Tubuhnya kembali gemetaran dan makin putus asa dia merasa jijik pada dirinya sendiri."Hiks.., Kenapa mesti aku!" Isak tangisnya pecah dalam keheningan kamar yang sunyi senyap.Sedangkan di sisi lain, Bryan terus-menerus mencoba mencari tahu tentang apa yang sebenarnya Anjani alami malam itu. Saat akan masuk ke mobil tiba-tiba ia mendapat notifikasi dari ponselnya. Bryan kemudian memeriksa dan betapa terkejutnya saat melihat sebuah video yang kini beredar. yang mana isi video itu merupakan pelecehan dialami oleh Anjani. "Gadis yang menjual diri karena membutuhkan uang." Kira-kira seperti itu coption yang tertulis untuk keterangannya.Bryan syok, perasaan marah, kecewa, malu dan rasa bersalah menjadi satu. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, harapannya pupus seketika mengetahui jika orang yang dia cintai telah dilecehkan dan dipermalukan. Karena berita it
"Sayang, mengapa kau tidak menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang kau alami malam itu, apakah kau tidak menganggapku sebagai orang tuamu lagi, sehingga hal besar ini kau sembunyikan dari kami, hiks," Anita menangis sambil memeluk putrinya. "Maafkan aku mah, Aku tidak berani memberitahu hal ini pada kalian, karena aku tidak ingin membebani mama dan papa." Jawab Anjani. "Apa maksudmu nak, apakah kau pikir kami tidak peduli padamu, hiks, Mama tidak bisa membayangkan bagaimana kau melewati ini sendirian. Semua ini karena Bryan." Anita sekali lagi menyalakan Bryan. Anjani pun terdiam, sebenarnya dia ingin membela Bryan. Tetapi entah kenapa, dia juga merasa jika semua yang terjadi padanya karena Bryan. Di saat ibu dan anak itu tengah bersedih, dari jauh Ridwan mengamati mereka. Rasanya dia tidak sanggup untuk menemui putrinya saat ini. _____ Di sisi lain, Rahtore mengadakan sebuah pesta untuk merayakan keberhasilannya karena dendamnya pada Anj
Karena semua kejadian itu, membuat Ridwan jatuh sakit dan harus dilarikan kerumah sakit. Anjani yang mengetahui akan hal itu merasa bersalah karena menganggap dialah penyebab ayahnya jatuh sakit. Dia bahkan tidak pernah pergi mengunjungi sang ayah karena merasa tidak sanggup untuk bertemu.Dikamarnya, dia memandangi foto keluarganya di mana di foto itu dia masih belasan tahun, ia terseyum sendu sambil mengamati ekspresinya yang kala itu terlihat begitu ceria."Aku merindukan masa kecilku, aku rindu dimana aku bisa bermain dan bercanda gurau tanpa harus memikirkan masalah yang aku alami, aku rindu kehidupanku yang dulu, hiks." Ia memeluk foto itu sambil menangis.______Di sisi lain, Bryan mengetahui jika Ridwan masuk rumah sakit. Ia pun langsung pergi untuk menjenguknya, namun setibanya disana dia justru mendapat cacian dari Anita."Apa yang lakukan di sini, apakah sekarang k
Bryan pulang kerumahnya dengan perasaan marah. setelah tiba, adiknya menagur untuk bertanya dari mana dia, akan tetapi Bryan tidak menjawab dan justru langsung pergi ke kamarnya. Mustika pun di buat bingung dengan sikap kakaknya itu. Pasalnya tadi pagi seingatnya saat berangkat ke kantor bersama ayahnya Bryan baik-baik saja, namun kenapa saat ia kembali sikapnya begitu dingin. Siska yang melihat putrinya kebingungan lantas bertanya."Tika, ada apa kok bengong begitu?" Tegur Siska yang baru keluar dari dapur."Mom, ini loh kak Bryan baru saja kembali, tapi sikapnya aneh." Mustika menjawabnya kebingungan."Hah, secepat ini Bryan kembali dari kantor, ini kan masih jam kerja." Ujar Siska ikut bingung."Entahlah Mom, mungkin Kakak masih memikirkan kejadian yang menimpa ke Anjani." Ujar Mustika.Sedangkan di kamarnya, karena marah Bryan menghancurkan
"Benar kata mama Bry, aku tidak pantas lagi untuk mu, kau mungkin bisa menemukan wanita yang lebih baik dan pantas untukmu, bukan seperti aku."Ucapan Anjani terus tergiang dipikirkan Bryan, dia benar-benar sangat patah hati dengan keputusan Anjani. Dia mengandarai mobilnya tanpa arah bahkan ia menyadari jika telah menerobos lampu merah. Tak berapa lama dia menghentikan mobilnya didepan sebuah clup. Karena frustasi dia ingin melampiaskannya dengan minuman.Kini dia telah berada di dalam clup itu, lampu yang remang serta musik rock menyambut kedatangan. Dia kemudian menuju bartender untuk memesan minuman."Tolong beri saya minuman." Bryan langsung meminta minum pada bartender disana."Anda ingin minum seperti apa?" Tanya sang bartender."Apa saja, yang penting bisa membuat ku lupa masalah ku sejenak." Bryan menyerahkannya pilihannya pada bartender"Sepertinya anda sedang mengalami masalah
Setelah mereka membawah Ridwan kekamar untuk istirahat, Anjani berniat untuk kembali kamarnya lagi tapi langsung dihentikan oleh Anita."Anjani tunggu nak!" Anita memanggilnya dan alhasil Anjani menghentikan langkahnya."Iya Mom!" Ia lalu berbalik menghadap Anita"Mama ingin bicara padamu, tapi bukan di sini, ayo ikuti mama." Anita kemudian berjalan menuju balkon kamar dan diikut oleh Anjani.Di balkon, Anita langsung memeluk Putrinya sambil meminta maaf atas kejadian kemarin yang membuat Anita terus kepikiran dan merasa jika dia bersikap terlalu berlebihan."Maafkan mama, sayang." Ujarnya dengan suara khas orang menangis.Anjani tidak berkutik, dia terpaku dipelukan sang ibu, air matanya pun tak menetes lagi seolah sudah kering."Mengapa mama meminta maaf, mama tidak salah.""Tidak
"Apa yang akan papa lakukan, apa papa ingin pergi memukuli mereka satu persatu, yang ada papa akan di pukuli mereka, sadar pah, sadar." Dengan emosi Anita memarahi suaminya.Sejenak Ridwan terdiam mendengar ucapan istrinya. Dia akhirnya sadar jika apa yang di katakan Anita ada benarnya juga. Ia dengan langkah lunglai berjalan menuju putrinya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya."Maafkan papa nak, karena sudah gagal menjadi ayah yang baik untukmu. Papa gagal menjagamu hingga kejadian ini terjadi padamu." Dengan derai air mata ia memeluk putrinya dengan erat. Bi Imah menyaksikan ketiga majikan menangis, membuatnya tidak bisa menahan air matanya juga."Hiks, kenapa hidupku bisa seburuk ini pah, kenapa!" Dengan perasaan yang hancur lebur, Anjani mengeluh akan nasibnya yang begitu malang. Ridwan hanya terdiam mendengarnya karena tidak tahu apa yang haru
“Setelah sekian lama aku kembali berniat menemuai adikku, tapi karena dirimu aku tidak akan pernah bertemu denganya lagi.” Dengan perasaan sedih Leo memandangi foto dua anak kecil yang mana itu adalah fotonya bersama Anjani waktu masih kecil.Leo danuantara, dia adalah kakak tiri dari mendiang Anjani. Yang merupakan anak dari dari pernikahan pertama Ridwan yaitu ayah Anjani sebelum Anita. Dulunya dia memang tinggal bersama dengan ayah beserta ibu tirinya tapi karena melakuakn suatu kesalahan membuat Ridwan begitu marah padanya hingga memutuskan yntuk mengirimmnya keluar negri. Pada saat itu usianya 10 tahun sedangkan anjani masih berumur 5 tahun.Di London, dia tinggal bersama saudara ibunya yang mana dia begitu sangat menyayangi Leo bahklan dia memasukkanya kesekolah bergengsi pada saat itu. Kini karena jasa pamanya itu Leo sudah menjadi salah satu pengusaha yang cukup sukses dan terkenal di London. Karena dirinya pula perusha
Di dalam kamarnya, Shelia yang baru tiba langusng menjatuhkan diri di tempat tidur sambil menghela nafas lega karena dia berhasil membohongi Rhatore. Sebenarnya dia tidak bermaksud melakukan itu tapi dia tahu betul sifat ayahnya jika sampai dia tahu mungking itu adalah terahir kalinya Shelia di izinkan keluar seorang diri dan dia tidak menginginkan itu.“Maafkan Lia, karena sudah berbohong pada mu ayah.” Ucapnya sambil melihat foto Rhatore yang terpajang di meja kamarnya.Setelah istirahat sebentar ia kemudian bangkit lalu berjalan kedepan meja rias untuk melihat memar yang ada disikunya.“Aww!” seketika ia meringis kesakitan saat menyentuhnya. Setelah itu dia mengambil kotak p3K untuk mengobati lukaknya. Pada saat dia melakukan itu tib- tiba ia teringat pada Bryan“Bryan, namanya sangat bagus dan dia juga lumayan tampan tapi sifatnya terlalu sombong, uhh.” Ucapnya.“Jika aku bertemu dia lagi akan ku buat d
usai mencritakan kisah pilu sang mantan kekasih, leo heran mengapa bryan terlihat melamun dengan mata serta wajah yang memerah seolah menahan sesuatu. dia kemudian memberanikan diri menyentuh pundak bryan. "ada apa, kau terlihat tidak sehat apa kau baik baik saja?" tanya leo prihatin. bryan tidak menjawab bahkan dia sendiri tidak mendengar suara leo sama sekali, dalam penglihatan serta pendengarnya hanya ada gambaran anjani yang terlihat frustasi dan meminta tolong semua terasa bengitu nyata semua kesedihan dan trauma yang anjani alami selama dia masih hidup saat itu sangat nyata dalam pandangan mata bryan. "bro, kau kenapa?" leo panik karena bryan hanya diam seperti patung dan keringat bercucran dari wajahnya. karena tidak punya cara lain lagi, leo terpaksa menamparnya agar dia bisa sedar kembali. alhasil tamparan leo membuat bryan tersungkur dan berhasil kembali dari lamunannya tadi.
Usai menceritakan kisah tragis sang kekasih, Leo bingung menatap Bryan yang hanya diam seperti tengan melamun dengan mata serta wajah yang memerah seperti sedang menahan sesuatu. Leo sedikit panik melihatmya seperti itu hingga kemudian dia menyentuh bahu Bryan untuk menyadarkannya.“Kau kenapa sepertinya kau kurang sehat apa semua baik baik saja?” Tanya Leo.Akan tetapi tidak ada jawaban dari Bryan, bukan hanya itu bahkan bryan tidak mendengar bahkan merasakan sentuhan Leo. Saat ini dia seolah berada didalam dunia yang berbeda dimana dia menyaksikan setiap peristiwa yang Anjani alami malam itu sampai akhinya dia bunuh diri.“Ini semua salahmu, andai malam itu kau tidak membiarkan aku pergi semua ini tidak akan terjadi.” Terdengar suara rintihan Anjani yang menyalahkan Bryan atas peristiwa yang dia alami.Bryan menutup telinganya karena kalimat itu terus berulang ulang hingga membuatnya frustasi. Di sisi lain Leo m
Bryan hari mencoba pergi keluar sekalian mencari ide tentang bagiamana dia akan masuk ke tempat Rahtore nantinnya. begitu[un dengan Shelia yang sekarang ini tengah bersenag senang belanja di sebuah mall seorang diri."Wah ini sangat menyengkan setelah sekian lama akhniya aku bisa bebas untuk bersenag senag seorang diri." ucapnya begitu girang.Usai belanja ia pun akhirnya keluar dari mall dengan begitu banyak bag belanjaan di tangannya hingga dia sendiri merasa kesulitan membawanya."Loh mobilku mana kok nggak ada?" seketika ia terkejut saat tiba di parkiran dan dia tidak melihat mobilnya. Shelia kemudian buru buru menekan tombol penanda pada kunci mobilnya dan baru tersadar jika tadi dia memarkir mobil di sebrang di parkiran cafe tempat ia sebelumnya."Ohh ya ampun, shelia kenapa kau begitu pikun." ucapnya pada diri sendiri.Ia pun berjalan ketepi jalan untuk menyebrang akan tetapi karena barang belanjaannya membuatnyan tidak sad
Pagi menjelang terjadi kepanikan di kediaman Alvin , setelah Siska menemukan surat yang di tinggal Bryan. Dia pun berlari mencari suami untuk memperlihatkan isi surat tersebut."Papa... Bryan pergi pa!" Dengan wajah begitu panik dia menghampiri suami dan putrinya yang tengah sarapan."Apa yang mama katakan, kemana dia pergi?' Alvin pun merasa terkejut mendengar ucapan istrinya."Mama juga tidak tahu pa, tapi mama menemukan surat ini di kamarnya." Siske kemudian memberikan suara itu pada suaminya.Setelah membaca surat Alvin terlihat cemas, dia tahu bawah kepergian putranya adalah demi ingin membalas sakit hati atas meninggalnya Anjani. Alvin tanpa mengatakan apapun seketika pergi meninggalkan meja makan menuju keluar rumah. Mustika dan Siska kebingungan dan hanya memilihnya berlalu pergi."Ohh tuhan, Kemana anak itu pergi,
Menjalankan rencana "Kenapa pada bawel sih asisten di rumah ini, bikin emosi aja." Celoteh Shelia karena masih kesal. "Hmm, apa benar papa akan pulang larut ya, apa aku telpon saja dia untuk mencari tahu sendiri." Ucapnya berniat menelpon Rahtore. *** "Ini bos, rekaman tadi siang yang saya dapat dari cctv yang bos maksud." Ucap anak buahnya sambil menyodorkan flashdisk kepada Rahtore. "Bagus, hey kau cepat putra ini dia leptop itu." Rhatore yang sudah tidak sabar untuk melihat hasil rekamannya langsung memerintahkan anak buah yang lain untuk memutarnya segera. Pada saat rekaman itu di putar, mereka yang menyaksikannya bagitu terkejut terutama Rahtore yang terlihat begitu marah. "Apa ini hah, apa kau mencoba bermain-main denganku." Dia bangkit dan langsung menghampiri anak buahnya yang memb
Rahtore yang masih kesal langsung menghempaskan tangan Rendy hingga ia sedikit terdorong ke depan. "Argh... Sepertinya ada yang sedang bermain-main dengan ku." Rahtore yang masih di kuasai amarahnya dengan sembarang memandang meja hingga meja itu terdorong jauh. "Rahtore kau tenanglah aku yakin kita akan menemukan orang itu." Rendy kembali angkat bicara untuk mencoba menenangkan Rahtore. "Bukan yakin, tapi aku pasti menemuikan orang itu dan akan kuberi dia pelajaran." Kecam Rahtore dengan penuh amarah. "Iya kita pasti akan menemukannya tapi tolong kendalikan dirimu dan berhenti merusak barang barang, karena jika tidak kau bisa mengacuhkan semuanya." Ucap Rendy yang khawatir karena sudah banyak barang yang Rahtore hancurkan sebab marah. Rahtore duduk di sofa untuk menegakan diri, sedangkan Rendy m
Brakkk... Tiba tiba mereka semua dikejutkan dengan suara kaca jendela yang pecah seperti dilempar oleh sesuatu. Semuanya berhenti dan menujuhakan Padang ke arah jendela."Papa!" Shelia memandang Rhatore dengan kebingungan.Mata Rahtore membulat karena marah dia lalu memberi kode pada beberapa anak buahnya untuk mencari siapa orang yang sudah melakukan ini semua."Shelia, jangan di pikiran sebaiknya kita lanjutkan saja." Ia lalu beralih pada Putrinya untuk meminta agar menghiraukan kejadian ini."Tapi pa!" Ucap Shelia begitu penasaran."Sudahlah, anak buah ku akan menanganinya mending sekarang kita lanjut untuk memotong kue." Rahtore meyakinkan anaknya. Shelia hanya bisa menurut dan melanjutkan untuk potong kue meskipun saat ini dia masih sangat penasaran perihal kaca jendela tadi.***Di luar, saat anak buah Rath