Home / Romansa / Dekapan Hangat Sang Pewaris / Bab 2 - Malam Pertama

Share

Bab 2 - Malam Pertama

last update Last Updated: 2023-11-30 15:34:55

Davina mengikuti langkah dari pria yang kini sudah menjadi suaminya untuk memasuki ruangan VVIP di hotel bintang lima Dawson group. Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu melepas jas lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa panjang. Davina menatap bingung karena suaminya tak sedikitpun menunjukkan minatnya untuk menyapa atau sekedar berbasa-basi. Melihat sikap sang suami, kini dia menyadari bahwa pria itu mengabaikan kehadirannya bagai angin lalu.

“A-aku akan mandi terlebih dahulu…” ucap Davina terbata. Tak ingin lebih lama lagi terjebak dalam kecanggungan ini.

Pria itu bergeming, menatap Davina seolah tengah menilai dengan seksama. Tak lama dia mendengus kasar lalu menganggukkan kepala tanda setuju sebelum bangkit kemudian berjalan ke arah balkon. Itu adalah interaksi pertama diantara mereka sejak turun dari altar pernikahan. Melihat pria itu menghidupkan rokok dan mengepulkan asapnya ke udara, Davina cepat-cepat menuju kamar mandi. Kentara jelas suaminya sedang tidak ingin diganggu.

Tak butuh waktu lama, Davina keluar mengenakan jubah mandi yang disediakan pihak hotel. Matanya terusik oleh sosok tampan yang telah kembali, duduk di sofa sambil memangku laptop dengan jemari yang tampak sibuk menari-nari di atas tuts keyboard.

‘Dia bahkan tetap bekerja di hari pernikahannya. Tak heran dinobatkan sebagai pengusaha muda sukses tahun ini.' Davina meneliti wajah yang tengah serius menatap layar laptop. Lalu tiba-tiba, manik gelap yang semula fokus pada layar laptop bergeser ke arahnya. Gerakan cepat itu membuat Davina tersentak kaget diikuti rasa takut ketika layar laptop yang ditutup dengan keras dan tubuh tinggi menjulang berjalan menghampirinya.

‘A-apa yang akan dia lakukan?’ batin Devina dengan jantung berdebar cepat. Saat pria itu hanya berjarak satu langkah dari dirinya, Davina menahan napas. Tapi kemudian, dia menyadari pria itu hanya melewatinya tanpa kata dan masuk ke dalam kamar mandi.

BRAK!

‘A-ah … dia hanya mau ke kamar mandi.’ Davina menghela napas lega begitu pintu kamar mandi tertutup rapat. Kini dia mengedarkan pandangannya tanpa tujuan. 'Sekarang, apa yang harus kulakukan.'

Tidur duluan akan sangat tidak sopan, tapi berdiri terus juga sangat konyol. Akhirnya, Davina memutuskan duduk di sofa seraya merapikan rambutnya yang setengah basah. Davina menguap lebar, hari ini terlalu melelahkan baginya. Sepanjang perta berlangsung dia terus-menerus memasang wajah bahagia dengan penuh paksaan. Tanpa sadar, pandangan Davina menatap ranjang ukuran king size yang sengaja dipersiapkan pihak hotel untuk menyambut pengantin.

Sprei putih bersih dengan poros dua angsa dari handuk yang dibentuk sekian rupa hingga saling mengait, dipagari taburan kelopak bunga mawar merah membentuk hati. Pemandangan itu seketika memicu rona merah di wajah Davina, sekelebat pikiran liar muncul dibenaknya, seketika dia mengingat bahwa ini adalah malam pertama baginya bersama sang suami.

'Tidak, tidak! Aku tidak boleh membayangkan hal seperti itu!’ Gadis itu menepuk-nepuk wajahnya. ‘Ayolah, Davina, jangan lupa. Pria itu tidak menyukai wanita!’

Berusaha menepis pikirannya dengan meraih remote TV dan gegas menekannya. Tak disangka, layar televisi menampilkan berita tentang pernikahannya namun sorotan utama media adalah sang pengantin pria. Dikatakan bahwa pernikahan calon pewaris Dawson Group dengan putri satu-satunya keluarga Carter telah berhasil menghapus rumor yang selama ini beredar, bahwa seorang Lucas Dawson tidak tertarik pada wanita.

"Rumor?" gumam Davina dengan senyum tak berdaya. “Padahal, itu memang benar adanya.” "Apa yang kau lihat?" Davina terkejut dengan suara yang muncul dari arah belakangnya, dia terlalu serius menonton hingga tak menyadari kehadiran wujud nyata dari orang yang sedang diberitakan.

Davina buru-buru mematikan televisi dan melemparkan remote ke sofa. "Eh, tidak. I-itu …" Davina tergagap, berniat mengelak namun dia sadar bahwa itu percuma. Bila memang apa yang diberitakan di televisi benar adanya, tidak ada yang perlu ditutupi. Ragu-ragu dia mengeluarkan suara tanpa berani mengangkat pandangannya. "B-berita tadi menampilkan rumor mengenai dirimu yang ….”

"Kau mempercayai rumor sampah seperti itu?" tukas pemilik suara itu sinis.

“B-bukan … maksudku—” Davina mengangkat kepalanya cepat, ucapannya terhenti saat pandangannya dihadapkan langsung dengan lekuk bidang telanjang, tubuh itu hanya dibalut handuk putih—sungguh pemandangan indah nan langka kala dapat melihat tubuh kekar dengan deret otot yang tercetak rapi.

Sadar telah terpaku cukup lama, Davina buru-buru memalingkan wajahnya yang telah berubah semerah tomat ke arah lain. Dia beringsut mundur namun gerakannya segera terhenti karena tubuhnya telah terperangkap. Dengan gerakan cepat, pria itu melingkarkan lengannya ke pinggang Davina hingga mengikis jarak di antara keduanya.

“Ka-kau …” Suara Davina tercekat, tak mampu untuk bereaksi lebih jauh.

“Lucas.”

“Hmm?” gumam Davina bingung karena pria itu hanya mengucapkan namanya.

“Panggil aku, Lucas.” Jemari Lucas mengangkat dagu wanita itu dengan kasar, memaksa pandangan keduanya bertemu. "Lalu, apa kau penasaran?"

Pertanyaan yang diiringi nada mengejek dan senyum sinis itu membuat Davina melebarkan matanya, takut. "Tidak.”

“Bagus. Aku tidak suka wanita yang berisik,” bisik Lucas puas.

Jarak diantara mereka membuat Davina canggung dan berteriak panik dalam hati. Dia berusaha mundur, mengurai jarak. Namun itu percuma, tangan kekar itu menariknya untuk semakin dekat. Bahkan kini Davina bisa merasakan jari-jari itu mencoba turun, menyusuri pinggulnya. Meski tubuhnya terbalut jubah mandi, tapi sentuhan itu mampu membuat tubuh Davina meremang.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan aku. Ah!" Davina menggeliat resah dan memekik kaget saat pria itu menghempas tubuhnya ke atas ranjang.

Tubuh Davina disambut kelopak bunga yang berterbangan, berlari meninggalkan permukaan ranjang untuk menyusul para angsa yang sudah terlebih dahulu terongok di lantai. Davina bergegas bangkit untuk menjauh namun tubuh kekar itu telah berada di atasnya–mengungkungnya.

"Kenapa? Takut?"

"Tidak," sergah Davina bergetar. "Lebih baik kau segera kenakan pakaianmu," alihnya dengan membuang wajah ke samping.

Pria itu terkekeh-kekeh lucu. “Lalu kenapa menghindar?”

Davina menggertakkan gigi dan berbalik menatap Lucas. “Kau masih setengah telan–” Dia langsung menutup mulutnya lagi dan kembali membuang wajah. “G-gunakan saja pakaianmu!”

Reaksi Davina membuat sudut bibir Lucas semakin meninggi. Dia tampak menikmati permainan yang dimulainya karena berhasil membuat wajah polos itu merah merona. Bahkan dia mengigit sudut bibirnya dengan tangan yang mengepal erat di depan dada. Seperti seorang mangsa yang meringkuk ketakutan di sarang predator.

‘Menggemaskan.’ Lucas semakin menghimpit tubuh Davina, membuat wanita itu menahan napas. Kemudian, dia mendekatkan wajahnya dan berbisik dengan suara rendah. "Bukankah ini malam pertama kita?"

Tangannya bergerak perlahan, menarik lepas tali pengikat dari jubah mandi di tubuh yang bergetar di bawah dekapannya. "Jadi, untuk apa mengenakan pakaian jika kita akan membukanya lagi?"

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 3 - Serangan

    Davina bergidik ngeri melihat senyum lengkung serta tatapan tajam yang ditampilkan wajah berbingkai sempurna. "Bu-bukankah kamu …" Ia tak sempat meneruskan kalimat karena bibirnya telah dibungkam dengan lumatan cepat dan dalam. "Hmm …" Davina berusaha keras untuk mendorong tubuh yang menindihnya. Namun sulit, sentuhan hangat itu seakan membuat seluruh tubuhnya tak bertenaga. Dia mendesis tajam saat bibir pria itu beralih menuruni lehernya, meninggalkan jejak hangat dan kemerahan. “Akh!” Davina memekik kaget kala jubah mandinya tiba-tiba tersibak hingga menampakkan satu dari dua titik sensitif yang berada di dadanya. Tindakan itu membuat Davina mendelik, menghempas berbagai logika akan sederet kabar yang beberapa hari lalu ia baca dari media online. 'Jurnalis gila mana yang membuat berita sampah seperti itu! Mana mungkin seorang pria yang menyimpang bisa bertindak sejauh ini?!' “Ngghh …” Davina memejamkan kedua matanya erat, hanya mampu menggeliat resah saat kecupan hangat mengita

    Last Updated : 2023-11-30
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 4 - Noda Merah

    “Hei … Bangun!” Davina mengeliat, merintih pelan sebelum membuka mata dan mengedarkan pandangannya. Matanya melebar begitu disambut wajah datar yang tengah menatapnya lewat sorot jengah. “Lucas,” ucapnya ragu. Davina segera bangun, duduk dengan wajah bingung. Butuh beberapa detik lagi untuk memastikan apa yang ditangkap oleh matanya bukan’lah sekedar ilusi. “Kau tidur seperti orang mati,” ejek Lucas. Pria itu melengos acuh lalu kembali menikmati dosis kafein rutinnya sembari memantau pengerakan saham awal di pagi ini. Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya, Davina takut-takut menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. ‘Semalam … ‘kan?’ Pikirannya melayang pada atas apa yang terjadi tadi malam. Davina mengangkat pandangannya, menatap pria yang duduk di sofa, berniat bertanya. “Hmm, Lucas?” Dia ragu sejenak kala menyebut nama suaminya. “Semalam … Apa kita?” “Apa?” Pria yang disebut namanya melepas perhatiannnya dari layar ponsel dan beralih menatap wanita dengan pipi merona yang m

    Last Updated : 2023-11-30
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 5 - Kakek

    Davina setengah berlari menyusul langkah cepat didepannya. Sedikit saja terlambat maka Lucas akan menghilang dari pandangan. Keduanya masuk ke ruang rawat VIP, di mana hanya ada satu ranjang besar. Sosok pria tua yang lemah terbaring di sana didampingi wanita yang menatap sedih sambil sesekali menyeka air mata di pipinya. "Ma," panggil Lucas, membuat wanita tersebut menoleh. "Bagaimana kondisi Kakek?" Ia menghampiri ibunya yang sejak lepas dari pesta pernikahan langsung kembali ke rumah sakit. "Sayang." Maria menyambut putra semata wayangnya. Memeluk erat tubuh tinggi itu sambil menepuk pundaknya lembut. “Kakekmu–” Ucapannya terhenti begitu melihat sosok wanita yang berdiri di samping putranya. Wajah ramah itu seketika berubah, berganti dengan tatapan marah dan sinis. "Apa yang dilakukan wanita ini di sini?" sentak Maria. Langkah Davina yang hendak menghampiri ibu mertuanya seketika terhenti. Dia terkejut dan memilih mundur satu langkah saat mendapati sambutan yang tak terduga,

    Last Updated : 2023-11-30
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 6 - Pasangan Carter

    Tak banyak yang bisa dilakukan begitu dokter mengabarkan berita tentang kondisi Benjamin Dawson. Walaupun tak kunjung membuka matanya, namun dokter menyatakan kondisi Benjamin saat ini stabil sehingga pihak keluarga memutuskan untuk memindahkan perawatan ke rumah utama. Ini semua dilakukan demi kenyamanan serta keamanan. Dokter dan perawat telah disiapkan untuk selalu standby, memantau kondisi Benjamin. Begitu kabar tentang kepulangan sang tetua tersebar luas, pihak-pihak yang merasa memiliki kepentingan segera berbondong-bondong datang dengan dalih bersimpati atas kondisi sang penguasa keluarga Dawson. Namun dibalik semua itu, bukan’lah rahasia umum bahwa mereka hanya ingin berlomba-lomba menunjukkan wajah dihadapan sang pewaris demi menjaga relasi serta kepentingan pribadi. Di antara pengunjung tampak Abraham Carter bersama sang istri, Cecilia. Begitu melihat sosok Dawson yang menjadi pusat perhatian, mereka segera memasang wajah seolah bersedih dan langsung menghampiri Lucas s

    Last Updated : 2023-12-20
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 7 - Sang Sepupu

    Setelah kepergian Cecilia, Davina menghembuskan napas lega karena Ibu tirinya tidak akan lagi melontarkan kalimat-kalimat pedas untuknya. Sepanjang pertemuan mereka, tak luput sekalipun bagi Cecilia mencemooh bahkan menghina Davina, seolah itu merupakan kesempatan baginya untuk melampiaskan amarah dan dendamnya atas apa yang terjadi dimasa lalu. Meski sesungguhnya Davina merasa itu bukanlah kesalahan maupun kehendaknya namun ia tak dapat melawan dan berusaha sebaik mungkin untuk memahami sikap Cecilia. "Kau baik-baik saja?" Sebuah suara yang datang dari arah berlawanan seketika membuat Davina waspada. Ia mengangkat kepalanya untuk memperhatikan wajah asing yang tiba-tiba menyapanya. "Maaf?" Pria asing itu mengambil posisi di kursi yang ditinggalkan Cecilia, tepat di samping Davina. "Wajahmu pucat, apa kau sakit?" "Ti-tidak, aku baik-baik saja," balas Davina terbata. Ia melirik takut-takut wajah asing yang seolah mengenalinya. "Hmm, syukurlah." Mata Davina terpaku pada wajah c

    Last Updated : 2024-01-15
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 8 - Rahasia

    Sedan mewah berhenti tepat di pintu masuk rumah bertingkat, dengan gaya minimalis modern dan dominasi warna monokrom. Davina dan Lucas yang berada di dalam mobil kursi penumpang tak bergeming meski deru suara mesin sudah tak lagi terdengar. Keduanya larut dalam lamunan masing-masing, menghabiskan waktu dalam kebisuan. "Tuan, Nyonya, kita sudah sampai." Suara sang sopir mengusik kesunyian dan aura suram dari balik kursi penumpang. Lucas berdehem pelan. "Turun," perintahnya lalu beranjak keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Tak banyak bicara, Davina segera menyusul langkah yang berjalan cepat meninggalkannya. Ia tak henti berdecak kagum saat melewati tiap ruangan yang dihiasi deret furniture yang Davina yakini berharga fantastis. Dua wanita paruh baya setengah berlari untuk menyambut kedatangan pemilik rumah, mereka menundukkan kepala saat Lucas melewati tanpa berkata ataupun sekedar menoleh. Sikap Lucas membuat Davina bergumam dalam benaknya, ‘rumah besar in

    Last Updated : 2024-01-15
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 9 - Selubung Persaingan

    Davina membeku di tempat. Wajahnya memucat, seolah darahnya berhenti mengalir saat mendengar nama Eleana meluncur dari bibir Lucas—penuh tekanan dan curiga. ‘Apa … dia tahu kebenarannya?’ batinnya panik, tubuhnya mulai bergetar halus. Lucas mendengus pelan melihat reaksi Davina, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berjalan menuju pintu. Saat pintu terbuka, kepala pelayan yang berjaga di luar segera menegakkan tubuh. “Bawa wanita ini ke ruangannya,” titah Lucas dingin. “Baik, Tuan,” jawab kepala pelayan sambil memberi hormat. Ia kemudian menoleh kepada Davina. “Nyonya, silakan.” Davina terdiam sejenak. Pandangannya beralih pada Lucas, yang kini menatap tajam—tatapan muak, seolah kehadirannya mencemari udara. “Apa yang kau tunggu? Keluar,” perintah Lucas, nadanya membuat jantung Davina mencelos. Tak ingin menambah amarah pria itu, Davina segera berlari kecil mengikuti kepala pelayan. Begitu pintu ruang kerja tertutup di belakangnya, ia sempat menoleh ke belakang, mena

    Last Updated : 2024-01-15
  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 10 - Rumah Keluarga Dawson

    Cahaya pagi menyelinap malu-malu dari sela tirai sutra, menyapu lembut wajah Davina yang masih tenggelam dalam mimpi buruknya. Gerakan samar dari kelopak matanya diikuti desahan pelan, seolah tubuh dan pikirannya enggan untuk bangun dan menerima kenyataan. Ia menggeliat perlahan, tangan meraba sekitar ranjang yang terlalu luas untuk dirinya sendiri. Kasur empuk, selimut tebal berlapis satin, dan bantal lembut yang dipenuhi aroma lavender mahal—semua ini terasa asing, jauh dari kamar kecil yang dulu selalu menenangkannya saat malam terasa menyesakkan. Matanya terbuka perlahan, dan langit-langit dengan ukiran klasik serta lampu gantung kristal menyambutnya. Kemewahan itu tak memberi rasa aman. Justru membuatnya menghela napas panjang, penuh tekanan. ‘Ini bukan rumahku. Ini bukan hidupku. Ini malapetaka, penjara seumur hidup.’ Ia bangkit pelan, melipat lutut dan menyandarkan kening pada lengannya sendiri. Ingatannya mengulang seperti rekaman rusak—suara Lucas, tatapan tajam, dan ancam

    Last Updated : 2024-01-15

Latest chapter

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 42 - Posesif Berlebih

    Tubuh Davina terdorong ke belakang hingga merapat ke tembok saat Lucas berbalik dan mengurungnya dengan kedua tangan yang terentang. Pria itu mengerang kasar seolah tengah melepaskan amarah yang tertahan.“Kenapa? Kamu masih ingin tinggal disana dan menarik perhatian Sebastian?” Desis Lucas marah. "Begitu inginnya kamu bersama pria itu?"“A-apa? Aku tidak—” Davina tergagap, ia kaget akan tuduhan dan kemarahan yang ditunjukkan Lucas hanya karena sepupunya datang untuk menyapa. “Aku tidak berniat untuk bertemu dengan Sebastian. Bahkan aku belum sempat menyapanya," elaknya tak terima."Jangan pernah berpikir untuk melakukannya!" tegas Lucas.Davina bergidik ngeri kala suara itu mengecamnya dan melempar sorot mata tajam. "Mulai sekarang, aku tak akan bicara bahkan bertemu Sebastian tanpa izin mu," janjinya demi menenangkan macan yang tengah mengamuk.Lucas melengos malas, tak percaya akan janji yang diucapkan oleh istrinya. "Lalu, kenapa kamu tampak kecewa karena meninggalkan pesta itu le

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 41 - Kehadiran Yang Tak Disangka

    “Apa yang kalian bicarakan?” Buru Baron begitu melihat dua wanita itu masuk ke dalam ruangan.Megan menggelengkan kepalanya, mencegah Baron untuk banyak bertanya. “Apa semua persiapannya sudah selesai?”“Ya,” sahut Baron. Pandangannya menajam, meminta penjelasan tak terucap dari kedua wanita yang sebelumnya tampak bersitegang. “Semua sudah selesai.”“Terima kasih, Baron.” Megan berpaling pada wanita disampingnya. “Sampai nanti, Eleana,” pamitnya.Davina menatap punggung yang perlahan meninggalkannya. Meski untuk saat ini, Megan bersedia untuk menjaga rahasianya tapi itu bukanlah jaminan kuat karena pada suatu hari, rahasia ini akan terbongkar juga, cepat ataupun lambat.“Kenapa Megan memanggilmu dengan nama Eleana?” tanya Baron.Davina mengulas senyum tipis. “Dia hanya salah mengenaliku sebagai Eleana,” ucapnya sembari mengutuk diri karena kembali harus merangkai kebohongan.“Hmm,” gumam Baron samar. Ia tak lagi memburu Davina dengan pertanyaan karena ia yakin, wanita itu tak akan men

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 40 - Kebohongan Yang Terungkap

    “Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami, Eleana?”“A-aku …” Davina terbata seraya menundukkan pandangannya dalam-dalam. Ia terlalu takut untuk membalas sorot mata tajam yang diarahkan padanya. “A-ada hal yang tak bisa ku ceritakan padamu.”Megan melemparkan tubuhnya ke atas sofa lalu menghela napas panjang. “Baron adalah sahabat sekaligus saudara bagiku. Hubungan kami sangat dekat hingga tak ada satupun rahasia diantara kami.”“Aku sering mendengarnya memuji salah satu karyawan terbaik yang bernama Davina tapi, aku tidak menyangka bila wanita yang dimaksud Baron adalah kamu, Eleana,” lanjut Megan. Mengurai kisah sekaligus mengkonfirmasi kecurigaan yang terlintas di benaknya. “Jadi, siapa kamu sebenarnya? Davina atau’kah Eleana?”Davina mendapati adanya tuntutan dari balik kalimat panjang yang diutarakan Megan. Membuatnya seketika tak bisa berkutik. “A-aku …”“Jangan coba berbohong lagi, Eleana!” Sergah Megan tegas. Raut wajahnya mengeras saat menekan emosi yang bergejolak dalam ba

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 39 - Pertemuan Tak Terduga

    “Ke mana kita akan membawanya?” Tanya Davina setelah berhasil mengeluarkan puluhan paperbag dari bagasi mobil.“Tinggalkan saja disana, Davina. Aku akan membawanya masuk,” sahut Allan, teman dekat pemilik cafe.“Tidak perlu sungkan, Allan,” kekeh Davina. “Asal kau tahu, aku disini untuk bekerja,” ujarnya seraya memainkan alisnya untuk membuat mimik wajah lucu yang mengundang tawa.Allan terkikik geli. “Kau dan bos mu itu sama saja, keras kepala,” ejeknya.“Siapa yang sedang mengejekku?” sindir Baron yang datang membawa dua pria muda. “Bawa masuk dan susun di meja.” Perintahnya yang disambut anggukan kompak oleh dua pemuda.“Kalian berdua, mulailah bekerja. Apa kalian akan bercanda sepanjang hari?” Baron beralih pada Davina dan Allan yang terpaku di depan tumpukan paperbag.Allan memasang wajah cengengesan sedangkan Davina bergegas untuk mengangkut jumlah paperbag yang mampu ia bawa.“Ayolah, Baron. Jangan bersikap terlalu keras pada Davina,” keluh Allan. Ia harus memperingatkan sang pe

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 38 - Hidup Penuh Semangat

    “Hai.”Davina melambaikan tangannya dengan ceria kala memasuki pintu cafe. Ia menyapa beberapa karyawan yang tengah membersihkan meja-meja sebelum waktunya membuka cafe.“Hei, Davina!” Teriakan dari ujung ruangan membuat Davina segera memupuskan senyum di bibirnya dan berganti dengan raut tegang. “Bos,” ucapnya sambil tersenyum canggung. “Apa kabar?”Kain lap melayang ke wajah Davina diiringi dengan gerutuan sang pemilik cafe.“Dari mana saja kamu, bocah nakal!”“Maafkan aku, Bos.” Davina berlari kecil, menghampiri sang bos yang telah menjadi malaikat penolong baginya selama dua tahun terakhir. “Aku tidak enak badan selama beberapa hari ini.”“Apa? Kamu sakit?” Buru Baron cemas. Ia mengelus pelan pipi Davina. “Ah, masih hangat.”“Sudah lebih baik, Bos,” elak Davina. Ia tidak ingin pria baik hati itu cemas akan kondisinya. Ini pula alasan Davina tidak ingin mengirimkan kabar perihal sakitnya.“Kamu yakin? Mengapa tidak mengabariku? Kamu bisa saja mengambil cuti hingga kondisimu benar-b

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 37 - Tak Ingin Terkalahkan

    Davina memandang dua ruas jarinya yang tampak berkilauan. Entah sejak kapan, dua benda indah ini melingkari jemarinya. Pagi ini, begitu membuka matanya, Davina dikejutkan oleh dua cincin yang menghiasi jarinya. Salah satunya merupakan cincin pernikahan. ‘Apa Lucas yang memasangkannya?’ pikir Davina ragu.Dua cincin itu membuat Davina merasa spesial, ia merasa dihargai meski hanya sebagai istri pajangan di rumah ini.“Nyonya, apa anda sudah selesai dengan mangkuk itu?” Usik Herman bernada sindiran.Sejak sepuluh menit yang lalu, kepala pelayan itu telah menunggu dengan sabar di sudut ruangan. Memperhatikan gerak-gerik nyonya muda yang terus saja memandangi jemarinya tanpa berniat menyentuh bubir di dalam mangkuk.Davina berdehem pelan untuk menutupi rasa bersalahnya. “Maafkan aku, Herman. Tapi bisakah aku menyudahinya?”“Kenapa? Apa tidak sesuai dengan selera anda?” Herman menunggu jawaban dengan mimik wajah serius. “Tidak … tidak,” elak Davina. Raut wajahnya keruh, menjadi serba sal

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 36 - Mendekat

    “Bos, saya mendapat informasi kalau rumah yang ditempati Nyonya Davina dan ibunya di sita oleh bank,” lapor Gio.Lucas menutup dengan keras map laporan yang tengah ia baca. “Di sita?” Ulangnya ragu.“Seminggu yang lalu, bank mengirimkan surat peringatan terakhir. Namun, dari pihak Carter tidak menunjukkan tanggapan sehingga bank memutuskan untuk menyita rumah itu, tepat dua hari yang lalu.”“Jadi itu alasannya ke rumah gadai?” Tebak Lucas yakin. “Dari penelusuran saya, sejak dulu Tuan Carter mengabaikan Nyonya Davina dan ibunya. Keduanya sengaja diasingkan dari rumah utama keluarga Carter.” Gio mengambil napas panjang untuk meneruskan kalimatnya.“Bahkan Tuan Carter tidak pernah mengakui nyonya Davina sebagai darah dagingnya,” lanjut Gio. Dari balik intonasi suaranya, terdengar nada kasihan atas nasib hidup seorang Davina.Pancaran dibalik sorot mata Lucas mengeras. “Ambil alih rumah itu dan bawakan aku semua data aset beserta hutang Carter.” Ia menarik senyum miring di sudut bibirny

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 35 - Waktunya Untuk Menyerah

    “A-aku …” Davina menunduk dalam. “Maafkan aku, Lucas,” sesalnya.Lucas tak bergeming. Ia sudah cukup muak mendengar kata yang sama keluar dari bibir wanita yang dibalut oleh banyak kebohongan.Davina memutar cincin di jarinya demi menutupi kegugupan yang ia rasakan. Ia merapatkan tubuhnya demi mengusir dingin yang menyerang. Tiba-tiba suhu ruangan perlahan menurun, menjadi semakin dingin hingga membuat tubuhnya bergetar.“Apa kamu butuh uang?”Tebakan Lucas membuat Davina terbelalak lalu perlahan menunduk lesu. “Hhh …” Suara desahan Lucas terdengar berat dan dalam. Pria itu meraih dagu Davina dan mengangkat paksa hingga pandangan keduanya saling bertemu.“Terlepas dari apapun alasan pernikahan ini tapi, di mata negara aku sah sebagai suamimu,” tuturnya tegas. “Apapun yang kamu butuhkan ataupun masalah yang sedang kamu hadapi, kamu bisa mengatakannya padaku karena itu semua menjadi tanggung jawabku sebagai seorang suami.”Kelopak mata Davina bergetar, menatap haru wajah tampan itu. M

  • Dekapan Hangat Sang Pewaris   Bab 34 - Kemarahan Sang Pewaris

    Lucas menggerakkan tangan kanannya untuk menyeka bulir keringat yang mengembun di kening istrinya, sedangkan tangan kirinya tak lepas dari genggaman pemilik wajah pucat yang terlelap lelah.“Apa yang sebenarnya kamu lakukan disana?” Lucas menatap cemas.Benaknya terus mempertanyakan hal yang sama, menuntut sebuah jawaban yang bisa memuaskan rasa penasaran berbalut kecemasan.Ia mengusap lembut pipi yang bersemu kemerahan dengan mata sembab akibat menangis sepanjang hari.“Tuan.”Lucas menjauhkan tangannya dari wajah Davina, menegakkan punggung lalu berpaling untuk menanggapi panggilan Herman.“Ada apa?”“Tuan Gio datang bersama beberapa orang lainnya. Mereka menunggu anda di taman belakang,” urai Herman bernada gelisah.“Aku tahu,” balas Lucas seraya melambaikan tangannya acuh untuk mengusir pria tua itu dari hadapannya.Herman menunduk hormat dan segera keluar. Ia cukup paham tabiat sang pemilik rumah. Raut wajahnya yang suram, menunjukkan suasana hatinya yang kelam serta emosi yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status