Share

Dekapan Hangat Pacar Sahabat
Dekapan Hangat Pacar Sahabat
Penulis: Diary_9

Baku Hantam

Penulis: Diary_9
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 16:15:42

“Ngapain kalian di kamar berduaan?”

Adip dan Lila terperanjat ketika pintu di buka dari luar. Dengan santai Adip akhirnya menyerah, ia melepaskan cekalan tangannya dan beralih berbaring di samping Lila dengan tangan kanan ia gunakan sebagai bantalan. Bibirnya menyunggingkan senyum malas disertai decakan samar. Matanya terpejam, sepertinya Adip lebih kecewa karena gagal mencium Lila daripada ketahuan berduaan dengan Lila, oleh Galang.

Sementara Lila, gadis itu tampak panik. Ia beranjak lalu berlari ke arah Galang yang berdiri dengan wajah datar di tengah pintu, tetapi nafasnya memburu.

“Lang, aku sama Adip— Galang!” Galang melangkah cepat ke arah Adip yang tampak santai di tempat tidur. “Duh, gawat.”

Bugh

Galang langsung menimpa tubuh Adip dan menghajar Adip tanpa ampun. Kepalan tangannya menghujam wajah tampan Adip hingga Adip terkulai lemas.

“Galang! Udah, berhenti, Galang!” 

Lila berusaha menarik tubuh Galang, tetapi Galang begitu kuat menghajar Adip yang tidak melawan sedikitpun.

“Sialan, lo! Sahabat macam apa nusuk dari belakang? Mati lo, Dip! Mati!”

Adip seperti tidak mempunyai tenaga melawan Galang, ia hanya menyilangkan kedua tangan di depan wajah sebagai perlindungan.

“Biadab lo, Dip!” nafas Galang memburu, tetapi ia belum mau berhenti sampai puas membuat Adip babak belur.

Bukanya Adip tidak mau melawan, tetapi Adip berpikir ia pantas mendapatkannya karena memang tindakanya menyukai pacar sahabat, tidak bisa dibenarkan. Mana 

Padahal jika Adip mau, dia bisa melumpuhkan Galang dengan sekali pukul karena tubuh Adip lebih besar daripada Galang.

“Galang, udah Galang! Nanti Adip mati!” 

Lila mulai menangis menyaksikan Adip yang babak belur dan pasrah di bawah kungkungan Galang. Namun, Galang seperti kesetanan, dia kalap dan tidak bisa dihentikan hingga Lila terpental jatuh ke lantai akibat kibasan Galang.

Saking bingungnya, Lila berlari keluar kamar hendak mencari bantuan. Dia berdiri di di pembatas lantai dengan wajah panik, matanya berpendar mencari keberadaan teman-teman mereka yang ternyata sedang bermain PlayStation di ruang tengah.

“Indar! Tolong! Tolong Galang mukulin Adip di kamar! Cepet tolong bego!”

Lila langsung berlari ke dalam kamar lagi, diikuti beberapa teman Galang yang segera berlari ke lantai dua. 

Mereka terperangah melihat adegan tersebut, kelima remaja itu langsung berlari dan naik ke atas ranjang, empat orang memegangi Galang sedangkan satu teman mereka bersama Lila memeriksa keadaan Adip yang pingsan dengan berlumuran darah.

“Lepasin gue, sialan! Biar gue matiin penghianat itu! Bangs*t! Aarrrgghhh!”

Mereka berempat menyeret Galang keluar dari kamar, agar situasi tidak semakin buruk.

“Dip, hiks hiks, sadar, Dip.” gumam Lila sembari menangis, ia mengusap mengangkat wajah Adip lalu meletakkannya di dalam pangkuannya. 

“La, kayaknya Adip pingsan!” ucap indra terkesan bodoh. Lila menatapnya sinis, ingin sekali ia mengumpati kebodohan indra, sudah lihat Adip pingsan kenapa masih menebak.

“Dip, bangun.” Lila menepuk-nepuk pipi Adip pelan, tetapi cowok itu tidak mau membuka matanya. Darah yang mengalir dari hidung serta mulut Adip, Lila elap dengan ujung baju seragam putihnya.

“Dip, bangun, jangan bikin aku khawatir,” Lila terisak, tanganya terulur menggenggam tangan Adip yang dingin. Ibu jarinya ia tempelkan ke pergelangan tangan Adip, ia bernafas lega kala masih merasakan denyut nadi Adip.

Indra terperangah menyaksikan adegan konyol itu, Ida menggelengkan kepala dengan mulut terbuka. Memanglah makhluk seperti Lila ini terkesan di luar nalar. Mana ada orang dipukuli sedikit mati, pikir Adip.

“Kamu pikir Adip mati, la?” tanya Adip heran. 

“Ck, diem! Bantuin sadarin Adip, aku takut dia kenapa-kenapa!”

“La, bawa ke rumah sakit aja,” usul indra, Lila tampak berpikir.

“Tapi nanti orang tua Adip tau gimana? Nanti Adip tambah dipukuli lagi karena ketahuan berantem.” jawab Lila. 

Indra tampak menghela nafas berat, Lila serta teman-teman Adip lainnya paham betul bagaimana perlakuan orang tua Adip kepada Adip yang otoriter. Mereka tidak akan segan-segan menghajar Adip habis-habisan jika diberi tahu Adip babak belur dipukuli oleh Galang. Yah, kadang indra berpikir sepertinya Adip bukanlah anak kandung orang tuanya.

“Jadi gimana?” tanya indra bingung.

“Cari p3k, biar aku yang obatin.” Perintah Lila sibuk mengelap wajah adip, ia bngung bagaimana caranya membangunkan Adip yang seperti orang meninggal. 

Tanpa Lila tahu, sebenarnya Adip pura-pura pingsan, dia sesekali mengintip lewat matanya yang menyipit. Dan tersenyum dalam hati melihat kekhawatiran Lila padanya.

Di lantai satu ….

Mereka mendudukkan Galang di sofa ruang tamu, Galang terus memberontak, tetapi mereka berempat memegangi Galang lebih kuat.

“Lepasin! Mana Lila! Biar gue hajar juga dia! Ha?!” 

“Lang udah, Lang, lo bisa bunuh Adip!” 

“Gue nggak peduli, dia udah nusuk gue dari belakang!” 

“Lang, tenang!”

“Iya, Lang, Lo tenang dulu, kita bisa bicarain baik-baik!”

Mereka berempat kewalahan karena tenaga Galang sangat kuat. Saking tidak sabarnya, salah satu teman Galang—Bara, memukul wajah Galang dengan sekuat tenaga agar Galang diam.

Bugh

“Bisa diem nggak lo? Ha?” Dada Bara naik turun setelah melayangkan pukulan tepat di pipi sebelah kiri Galang, suasana menjadi hening seketika, tetapi baiknya Galang akhirnya bisa diam.

“Bar, sabar. Jangan sampai jadi elo yang berantem sama Galang,” ujar Danu. Bara menoleh sekilas ke arah Danu, lalu matanya kembali menatap Galang yang mengusap pipi bekas pukulan Bara.

Galang memainkan lidahnya di pipi sebelah kiri yang sedikit nyeri dan terasa anyir, boleh juga ternyata tinju Bara, sampai bisa merobek bibir bagian dalam Galang.

“Sorry, Lang, gue lepas kontrol,” ucap Bara menghempaskan tubuhnya ke sofa. Lengannya ia gunakan untuk menutup wajahnya karena malu dan merasa bersalah sudah memukul Galang tadi.

“Cuih,” Galang meludah ke arah samping karena rasa anyir darah di mulut membuat Galang semakin kesal. “Panggil mereka berdua ke sini.”

“Sebenarnya ada apa, Lang? Kenapa Lo pukulin Adip sampai babak belur gitu, Lo hampir bikin Adip mati tau nggak?” ucap Bara mencoba mengalihkan pembicaraan. Ketiga teman mereka pun ikut mengangguk penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua. Eh, bertiga dengan Lila.

Akan tetapi, Galang tidak menghiraukan pertanyaan Bara, dia menatap temannya satu-persatu dengan mata elangnya. 

“Kalian mau panggil, atau gue panggil sendiri si pengkhianat itu?” desis Galang muak.

“Bar, panggil!” perintah Danu yng sudah takut dengan wajah menyeramkan Galang ketika marah.

Bara berdecak, tetapi matanya tetap terpejam. “Kenapa nggak lo aja?”

“Elo kan—”

“Lama!” Galang berdiri lalu melangkah ke arah tangga, karena tidak sabaran, ia sedikit berlari menaiki tangga untuk cepat sampai ke lantai 2.

“Woy, Lang, mau ke mana lo?” 

Mereka bertiga mengikuti langkah cepat Galang ke lantai dua, tetapi ketika sampai di tangga, Danu berbalik arah saat merasa Bara tidak mengikutinya.

“Woy, cepet! Lo mau ada huru-hara lagi?”

Bara berdecak kesal, sebenarnya dia malas mengikuti Galang karena bara sudah lebih dulu tahu hal ini akan terjadi. Semua ini gara-gara Adip yang tidak mau menyerah meski Lila sudah menjadi kekasih Galang.

Dengan langkah gontai, akhirnya Bara ikut mengejar Galang yang mungkin sudah kembali menghajar Adip.

****

Di kamar Galang …

Mereka bertujuh duduk di kamar dengan suasana yang menyesakkan. Lila duduk di tempat tidur tepat di samping Galang, dengan tangan yang terus digenggam erat oleh Galang. Dan Adip duduk di sofa besar kamar Galang. 

Di kanan dan kiri Adip, ada Bara dan Indra yang memegang pundaknya. Serta teman-teman yang lain duduk di karpet.

“Jadi selama ini Lo suka sama cewek gue, Dip?”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dayana Quiins
Siapa yg gak emosi jiwa ngeliat pacar mau di cium sama temen sendiri. Lila, udah sama adip aja jan sama galang, eh ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip dengan Obsesinya

    Flashback Beberapa saat yang lalu …“Adip, ini nggak bener, Dip, kalau Galang liat gimana?” Lila terperanjat ketika lengan kekar seseorang tiba-tiba melingkar di perutnya. Dan ternyata itu Adip, sahabat pacar Lila—Galang. Namun, Adip tidak menghiraukan ucapan lila, tidak menjawab hanya menghembuskan nafas hangat yang menyapu pori-pori kulit Lila.“Dip, udah, ini rumah Galang!” Lila menyingkirkan tangan Adip yang mengunci pergerakannya, tetapi Adip malah mengeratkan pelukannya.“Biarin gini dulu, lima menit, aku janji abis itu aku pergi.” pinta Adip, suaranya serak di belakang leher Lila, hembusan nafas Adip yang hangat membangkitkan gelenyar aneh dalam perut Lila.Ya, Rengga Adipura atau sering Lila panggil Adip sebagai panggilan akrab, adalah sahabat dari pacar Lila, Galang Axelio.Remaja berusia delapan belas tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu sering kali mendekati Lila diam-diam, meski tahu bahwa Lila adalah pacar sahabatnya, tetapi Adip tidak perduli, ia hanya

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip dan Lukanya

    "jadi selama ini Lo suka sama cewek gue, Dip?" tanya Galang dengan rahang mengeras.Adip meliriknya malas pada Galang, “Iy—”“Enggak …” sergah Lila menyela ucapan Adip, ia memegang lengan Galang dengan wajah panik, takut jika Adip akan berterus terang tentang perasaanya sekarang, “iya kan, Dip? Kamu nggak suka sama aku, kan. Tadi itu cuma salah paham kan, Dip.”“Aku—”“Adip kira tadi nggak ada aku di sini, jadi Adip mau tiduran, ehhh ternyata aku juga tidur di sini juga. Iya kan, Dip?” cerocos Lila menatap Adip meminta persetujuan. “Mana ada nggak sengaja sampai tindihan gitu, dianya aja yang kegatelan. Sini lo, gue abisin lo, ya.”“Galang! Udah jangan! Jangan berantem lagi aku takut!” Lila memeluk tubuh Galang yang akan kembali menerjang Adip. Dua teman Adip reflek pasang badan melindungi cowok itu, sementara Adip berlaku santai seperti tidak takut jika kembali dipukuli oleh Galang.“Woy, Lang, sabar dong! Jangan main hakim sendiri!” cecar indra sembari mengusap dadanya.Seketika Ga

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kamar Kost Alila

    “A-apa? Menikah?” Ayah sampai gugup mendengar ucapan konyol Adip.Semua orang terperangah mendengar ucapan Adip, apa anak itu sudah gila? Dirinya saja masih hidup menumpang orang tuanya, omong kosong macam apa ini?“Maksud kamu apa, Dip? Jangan bercanda kamu! Kamu menghamili anak orang? Ha?!” timpal ibunya. Adip memejamkan matanya frustasi, nafasnya masih terengah-engah di bawah kaki ayahnya. “Adip, bicara yang benar!” desis sang ayah.“Aku … aku mau menikah, sama Lila karena—”“Apa?! Kamu menghamili pacar temenmu sendiri! Memang anak kurang ajar kamu!”BughAyah menendang perut Adip sebelum cowok itu menyelesaikan ucapannya hingga Adip terkulai lemah ke lantai. Memang selalu seperti itu, mereka tidak mau mendengarkan penjelasan Adip terlebih dahulu. Memukul adalah cara ayah mendidik anak sejak kecil. Lebih tepatnya mendidik Adip karena kakak Adip adalah sosok anak yang penurut.“Sebagai hukumannya, kamu dilarang ke luar rumah sampai besok!” ucap ayah dengan nafas memburu, ia berali

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Di Grebek Waga

    “Dip, tadi kamu masuk nggak ada yang lihat, kan?” tanya Lila mulai panik, suara orang-orang di depan semakin riuh meneriaki Lila untuk membuka pintu. “Mbak kita tau di dalam ada laki-laki yang menginap!” Brak brak brak“Dip, gimana?”“A-aku ngumpet di kamar mandi, kamu buka pintu, oke? Jangan panik, usahakan kamu bisa alihin perhatian mereka, hm.” “Tapi aku takut kalau nanti—”Adip menempelkan telunjuknya ke bibir Lila, “Jangan takut, kamu yang tenang, oke?”Lila mengangguk paham, lalu Adip beranjak lalu berjalan tergesa-gesa ke arah kamar mandi.Brak brak brak“Iya sebentar!” teriak Lila memastikan Adip masuk ke dalam kamar mandi.Setelah Adip tidak terlihat, giliran Lila yang berlari ke arah pintu masuk. Ia menggenggam erat pegangan pintu, mengambil nafas dalam-dalam lalu memutar kuncinya.Ceklek Baru saja pintu dibuka, empat orang dewasa dan ibu kost langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Lila. Mencari-cari seseorang yang tadi membuat bapak-bapak yang sedang ronda curiga.“Man

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Tidak!

    “Saya tidak setuju! Apa-apaan kalian? Anak saya ini masih di bawah umur!”Suara ibu Lila bergema di ruangan itu, tangan kirinya menggebrak meja hingga cangkir bekas minum mereka bergetar. Membuat setiap pasang mata di sana tertuju padanya. “Bu, tenang dulu sebentar,” tegur pak RT.“Tenang-tenang, omong kosong bapak ini sudah keterlaluan!” Ia berdiri dengan wajah memerah, tatapannya tajam menusuk langsung ke arah Pak RT. Sementara telunjuknya lurus mengarah ke wajah Pak RT tanpa sedikit pun menyembunyikan kemarahannya. Pak RT menelan ludah, tetapi tidak gentar.“Bu, ini sudah aturan kami. Mereka tertangkap basah di satu kamar!” katanya, mencoba menahan tekanan emosi yang membuncah dalam suaranya.Ibu Lila mendengus tak percaya, melayangkan pandangannya ke arah seluruh warga yang mengangguk-angguk, seolah mendukung pernyataan Pak RT tanpa berpikir dua kali. “Kalian bahkan tidak melihat apa yang mereka lakukan! Siapa yang bisa pastikan mereka berbuat yang tidak-tidak?” katanya sinis.P

Bab terbaru

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Tidak!

    “Saya tidak setuju! Apa-apaan kalian? Anak saya ini masih di bawah umur!”Suara ibu Lila bergema di ruangan itu, tangan kirinya menggebrak meja hingga cangkir bekas minum mereka bergetar. Membuat setiap pasang mata di sana tertuju padanya. “Bu, tenang dulu sebentar,” tegur pak RT.“Tenang-tenang, omong kosong bapak ini sudah keterlaluan!” Ia berdiri dengan wajah memerah, tatapannya tajam menusuk langsung ke arah Pak RT. Sementara telunjuknya lurus mengarah ke wajah Pak RT tanpa sedikit pun menyembunyikan kemarahannya. Pak RT menelan ludah, tetapi tidak gentar.“Bu, ini sudah aturan kami. Mereka tertangkap basah di satu kamar!” katanya, mencoba menahan tekanan emosi yang membuncah dalam suaranya.Ibu Lila mendengus tak percaya, melayangkan pandangannya ke arah seluruh warga yang mengangguk-angguk, seolah mendukung pernyataan Pak RT tanpa berpikir dua kali. “Kalian bahkan tidak melihat apa yang mereka lakukan! Siapa yang bisa pastikan mereka berbuat yang tidak-tidak?” katanya sinis.P

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Di Grebek Waga

    “Dip, tadi kamu masuk nggak ada yang lihat, kan?” tanya Lila mulai panik, suara orang-orang di depan semakin riuh meneriaki Lila untuk membuka pintu. “Mbak kita tau di dalam ada laki-laki yang menginap!” Brak brak brak“Dip, gimana?”“A-aku ngumpet di kamar mandi, kamu buka pintu, oke? Jangan panik, usahakan kamu bisa alihin perhatian mereka, hm.” “Tapi aku takut kalau nanti—”Adip menempelkan telunjuknya ke bibir Lila, “Jangan takut, kamu yang tenang, oke?”Lila mengangguk paham, lalu Adip beranjak lalu berjalan tergesa-gesa ke arah kamar mandi.Brak brak brak“Iya sebentar!” teriak Lila memastikan Adip masuk ke dalam kamar mandi.Setelah Adip tidak terlihat, giliran Lila yang berlari ke arah pintu masuk. Ia menggenggam erat pegangan pintu, mengambil nafas dalam-dalam lalu memutar kuncinya.Ceklek Baru saja pintu dibuka, empat orang dewasa dan ibu kost langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Lila. Mencari-cari seseorang yang tadi membuat bapak-bapak yang sedang ronda curiga.“Man

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kamar Kost Alila

    “A-apa? Menikah?” Ayah sampai gugup mendengar ucapan konyol Adip.Semua orang terperangah mendengar ucapan Adip, apa anak itu sudah gila? Dirinya saja masih hidup menumpang orang tuanya, omong kosong macam apa ini?“Maksud kamu apa, Dip? Jangan bercanda kamu! Kamu menghamili anak orang? Ha?!” timpal ibunya. Adip memejamkan matanya frustasi, nafasnya masih terengah-engah di bawah kaki ayahnya. “Adip, bicara yang benar!” desis sang ayah.“Aku … aku mau menikah, sama Lila karena—”“Apa?! Kamu menghamili pacar temenmu sendiri! Memang anak kurang ajar kamu!”BughAyah menendang perut Adip sebelum cowok itu menyelesaikan ucapannya hingga Adip terkulai lemah ke lantai. Memang selalu seperti itu, mereka tidak mau mendengarkan penjelasan Adip terlebih dahulu. Memukul adalah cara ayah mendidik anak sejak kecil. Lebih tepatnya mendidik Adip karena kakak Adip adalah sosok anak yang penurut.“Sebagai hukumannya, kamu dilarang ke luar rumah sampai besok!” ucap ayah dengan nafas memburu, ia berali

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip dan Lukanya

    "jadi selama ini Lo suka sama cewek gue, Dip?" tanya Galang dengan rahang mengeras.Adip meliriknya malas pada Galang, “Iy—”“Enggak …” sergah Lila menyela ucapan Adip, ia memegang lengan Galang dengan wajah panik, takut jika Adip akan berterus terang tentang perasaanya sekarang, “iya kan, Dip? Kamu nggak suka sama aku, kan. Tadi itu cuma salah paham kan, Dip.”“Aku—”“Adip kira tadi nggak ada aku di sini, jadi Adip mau tiduran, ehhh ternyata aku juga tidur di sini juga. Iya kan, Dip?” cerocos Lila menatap Adip meminta persetujuan. “Mana ada nggak sengaja sampai tindihan gitu, dianya aja yang kegatelan. Sini lo, gue abisin lo, ya.”“Galang! Udah jangan! Jangan berantem lagi aku takut!” Lila memeluk tubuh Galang yang akan kembali menerjang Adip. Dua teman Adip reflek pasang badan melindungi cowok itu, sementara Adip berlaku santai seperti tidak takut jika kembali dipukuli oleh Galang.“Woy, Lang, sabar dong! Jangan main hakim sendiri!” cecar indra sembari mengusap dadanya.Seketika Ga

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip dengan Obsesinya

    Flashback Beberapa saat yang lalu …“Adip, ini nggak bener, Dip, kalau Galang liat gimana?” Lila terperanjat ketika lengan kekar seseorang tiba-tiba melingkar di perutnya. Dan ternyata itu Adip, sahabat pacar Lila—Galang. Namun, Adip tidak menghiraukan ucapan lila, tidak menjawab hanya menghembuskan nafas hangat yang menyapu pori-pori kulit Lila.“Dip, udah, ini rumah Galang!” Lila menyingkirkan tangan Adip yang mengunci pergerakannya, tetapi Adip malah mengeratkan pelukannya.“Biarin gini dulu, lima menit, aku janji abis itu aku pergi.” pinta Adip, suaranya serak di belakang leher Lila, hembusan nafas Adip yang hangat membangkitkan gelenyar aneh dalam perut Lila.Ya, Rengga Adipura atau sering Lila panggil Adip sebagai panggilan akrab, adalah sahabat dari pacar Lila, Galang Axelio.Remaja berusia delapan belas tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu sering kali mendekati Lila diam-diam, meski tahu bahwa Lila adalah pacar sahabatnya, tetapi Adip tidak perduli, ia hanya

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Baku Hantam

    “Ngapain kalian di kamar berduaan?”Adip dan Lila terperanjat ketika pintu di buka dari luar. Dengan santai Adip akhirnya menyerah, ia melepaskan cekalan tangannya dan beralih berbaring di samping Lila dengan tangan kanan ia gunakan sebagai bantalan. Bibirnya menyunggingkan senyum malas disertai decakan samar. Matanya terpejam, sepertinya Adip lebih kecewa karena gagal mencium Lila daripada ketahuan berduaan dengan Lila, oleh Galang.Sementara Lila, gadis itu tampak panik. Ia beranjak lalu berlari ke arah Galang yang berdiri dengan wajah datar di tengah pintu, tetapi nafasnya memburu.“Lang, aku sama Adip— Galang!” Galang melangkah cepat ke arah Adip yang tampak santai di tempat tidur. “Duh, gawat.”BughGalang langsung menimpa tubuh Adip dan menghajar Adip tanpa ampun. Kepalan tangannya menghujam wajah tampan Adip hingga Adip terkulai lemas.“Galang! Udah, berhenti, Galang!” Lila berusaha menarik tubuh Galang, tetapi Galang begitu kuat menghajar Adip yang tidak melawan sedikitpun.“

DMCA.com Protection Status