Share

Di Grebek Waga

Author: Diary_9
last update Last Updated: 2024-09-25 20:16:16

“Dip, tadi kamu masuk nggak ada yang lihat, kan?” tanya Lila mulai panik, suara orang-orang di depan semakin riuh meneriaki Lila untuk membuka pintu. 

“Mbak kita tau di dalam ada laki-laki yang menginap!” 

Brak brak brak

“Dip, gimana?”

“A-aku ngumpet di kamar mandi, kamu buka pintu, oke? Jangan panik, usahakan kamu bisa alihin perhatian mereka, hm.” 

“Tapi aku takut kalau nanti—”

Adip menempelkan telunjuknya ke bibir Lila, “Jangan takut, kamu yang tenang, oke?”

Lila mengangguk paham, lalu Adip beranjak lalu berjalan tergesa-gesa ke arah kamar mandi.

Brak brak brak

“Iya sebentar!” teriak Lila memastikan Adip masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah Adip tidak terlihat, giliran Lila yang berlari ke arah pintu masuk. Ia menggenggam erat pegangan pintu, mengambil nafas dalam-dalam lalu memutar kuncinya.

Ceklek 

Baru saja pintu dibuka, empat orang dewasa dan ibu kost langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Lila. Mencari-cari seseorang yang tadi membuat bapak-bapak yang sedang ronda curiga.

“Mana dia?!”

Lila gemetar, keringat dingin sudah membasahi wajahnya. Dengan wajah yang dibuat setenang mungkin, Lila menghampiri orang-orang itu, dan berkata, “M-maaf, Pak, Buk? A-ada apa ya, saya—”

“Tadi mereka bilang ada laki-laki yang masuk ke kamar kamu! Betul Lila?” tanya ibu kost menyela ucapan Lila.

“S-siapa, Bu? Lila sendirian di—”

“Nah ini orangnya,” ucap salah seorang bapak yang menarik Adip keluar dari kamar mandi, “saya kira maling, ehhh ternyata maling daleman!”

Lila menegang, nafasnya terasa berhenti sejenak menatap Adip yang kini dipegang oleh dua bapak-bapak seperti maling. 

Raut wajah Adip pun sama tegangnya seperti dirinya, mungkin sama terkejutnya. Mata mereka bertemu sejenak, dan Lila bisa membaca rasa bersalah yang terpancar dari sorot mata Adip.

Ya Tuhan, bisakah kau buat Lila menghilang dari sini? Lila yakin, ini semua tidak akan berakhir dengan mudah.

“Ini salah paham, saya nggak ngapa-ngapain sama dia!” Kilah Adip dengan wajah datar.

Lila mendekat, lalu menangkupkan kedua tangannya di dada, “Pak, saya mohon, kami tidak melakukan apapun, tadi dia cuma … cuma—”

“Halah, omong kosong macam apa itu? Kalau nggak ngapa-ngapain kenapa dia ngumpet di kamar mandi?!” 

“Tapi pak, kami emang nggak ngapa-ngapain,” Lila mengusap wajahnya kasar, lalu beralih memegang tangan ibu kost, “Bu, Ibu percaya kan sama saya? Saya nggak mungkin kaya gitu, Bu, tolong.”

Beberapa penghuni kost yang penasaran mulai berbisik, beberapa tertawa geli. Rasa panas menjalar ke wajah Lila, sama halnya Lila, Adip pun merasakan hal yang sama. Namun, Adip mencoba bersikap setenang mungkin agar Lila tidak semakin panik.

“Nak, Lila, saya ingin percaya kamu, tapi bukti mengatakan lain,” ibu kost melepaskan tangan Lila dari lengannya, wajahnya pun tampak kecewa dengan lila.

“Tapi, Bu, ini salah paham, saya sama Adip…” Lila beralih menatap Adip yang diam saja, “ngomong dong!”

Adip menghela nafas panjang, ia menatap satu-persatu orang yang berada di sana. “Pak, Bu, tadinya saya berniat menginap di sini, tapi—”

“Nah, kan. Sudah jelas! Kamu sudah mengaku! Sekarang kalian berdua harus ikut ke tempat pak RT,” ucap salah seorang warga memotong ucapan Adip.

“Lebih baik kamu menurut, daripada di gebukin di sini! Wajah kamu bisa tambah hancur,” sahut yang lain.

Adip memejamkan mata frustasi, mengapa orang-orang senang sekali berasumsi tanpa mendengar fakta yang sebenarnya?

“La, maaf,” ucap Adip hanya dengan gerakan bibir.

Lila menghela nafas pasrah, matanya sudah berkaca-kaca, lalu ia kembali memohon pada ibu kost, “Bu, tolong saya, Bu, saya nggak seperti yang mereka pikir.”

“Maaf, nak Lila, sepertinya ibu akan mengikuti peraturan yang berlaku, dan ibu akan menyerahkan semuanya kepada bapak-bapak ini.”

“Bu, tolong, Bu.”

“La, udah, kita nggak salah, ngapain kamu mohon-mohon gitu?” ucap Adip.

“Ck, kamu nggak ngerti!”

“Sudah, malah bertengkar, ayo kita ke rumah pak RT,” ujar seorang warga menginterupsi.

Akhirnya mereka berdua digiring menuju rumah pak RT yang tidak jauh dari sana, hanya berjarak beberapa rumah saja.

Adip dan Lila duduk berdua di sofa. Di hadapan mereka, ada pak RT beserta istrinya dan bapak-bapak ronda berada di belakang mereka bersama ibu kost.

Tidak banyak orang yang berada di ruangan itu karena ayah Adip meminta untuk merahasiakan penggerebekan ini.

Ya, pak RT sudah menghubungi orang tua Adip dengan ponsel Adip. Sementara orang tua tunggal Lila, sudah berada di sana dan duduk di sofa tunggal dengan wajah masam. Bahkan, Ibu Lila sejak tadi tidak berhenti berbicara dan membodoh-bodohi dua anak remaja itu.

“Memalukan! Saya tidak menyangka jika kamu memilih hidup di kost itu karena ingin bebas seperti ini, Lila!” 

Kira-kira seperti itulah kalimat yang ibu Lila ucapkan setelah pak RT tadi menjelaskan alasannya dipanggil ke rumah pak RT. Namun, pak RT berhasil menenangkan ibu Lila dan menyuruhnya duduk diam menunggu orang tua Adip.

Lila sendiri enggan menyangkal asumsi ibunya karena ibu Lila itu hampir sama dengan orang tua Adip.

Sesekali Lila melirik ibunya yang tampak memelototi dirinya. Namun, Lila tidak paham, mengapa ibunya berlaku sok menjadi ibu yang baik? Padahal Lila saja hidup di kost berkat bantuan dari Galang.

“Mana anak itu? Biar saya beri pelajaran dia!” Ayah Adip datang dengan wajah yang tidak bersahabat. 

Orang-orang yang berada di sana pun tampak terkejut, mereka semua langsung menoleh ke arah sumber suara.

“Oh, ini anaknya? Memang nggak kapok kamu, ya, bikin malu orang tua?! Hih—”

“Pak! Pak! Sabar pak! Jangan main hakim sendiri!” 

Pak RT menahan tubuh ayah Adip yang siap menerjang Adip. Di bantu oleh sang istri.

“Biarkan saya hajar anak ini! Dia selalu bikin orang tuannya malu! Susah diatur! Anak nggak tau diuntung!” Ayah adip langsung nyerocos meski belum tahu pokok masalahnya. Tadi, pak RT hanya memberitahu untuk segera datang karena Adip berada di rumahnya.

“Ayah! Tahan, Yah! Malu!” ujar ibu Adip.

Lila sebenarnya pun takut, tetapi ia memilih tenang dengan menggenggam tangan Adip yang gemetar untuk sekedar menguatkan. Adip menoleh ke arahnya dengan senyum lembut, tetapi sedikit terpaksa yang tersungging di wajahnya.

“Pak! Sabar, tidak ada gunanya bapak marah-marah, lebih baik sekarang bapak duduk dan dengarkan penjelasan saya,” ujar pak RT berusaha menengahi. Ayah Adip menatap satu persatu orang di sana, kemudian ia menurut dan duduk meski masih terlampau kesal.

“Bisa kita mulai?” tanya pak RT pada semua orang yang berada di ruangan. Semua orang pun mengangguk, tidak terkecuali dua remaja yang menunjuk sembari memilih ujung bajunya.

“Baik, saya akan menjelaskan kejadian sebenarnya pada pak—”

“Damar, nama saya Damar. Dan ini istri saya, Rahayu,” ucap pak ayah Adip memperkenalkan diri karena pak RT tampak bingung menyebut namanya.

“Oh, Pak Damar, dan Ibu Rahayu, saya di sini sebagai penengah. Saya ingin mengabarkan jika anak bapak dengan anak perempuan di sampingnya ini kepergok berduaan di kamar oleh bapak-bapak yang meronda,” ungkap pak RT.

Lila menunduk sembari terisak kecil sementara Adip terus menatap lurus-lurus ujung jarinya.

“Benar itu, Adip?” Suara bariton pak Damar memancing atensi dua remaja menoleh padanya. Lila beralih menatap Adip, mengkodenya untuk mengelak. Namun, Adip malah mengangguk pelan seakan membenarkan ucapan pak RT tadi. Lila menggeleng kecewa melihat pengakuan adip.

“Dip, tega banget kamu,” gumam Lila ke arah Adip. Air mata pun mulai menetes di pipinya, tetapi Adip hanya menggumamkan kata maaf yang tidak berarti.

Ibu Adip terperangah, ia menutup mulutnya dengan tangan menatap tak percaya pada anaknya. “Kamu benar-benar memalukan, Dip,” gumamnya.

Pak Damar menatap Adip penuh permusuhan, tangannya mengepal di samping tubuhnya. Pak Damar tidak mengerti, mengapa Adip selalu mempermalukannya dengan berbagai macam cara? 

“Jadi bagaimana, Pak?” tanya Pak Damar tanpa mengalihkan pandangannya dari Adip.

“Ehm, jadi, menurut peraturan yang berlaku, mereka berdua harus dinikahkan sekarang juga!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nina Belvina
Bisa-bisanya adip—ah, aku tidak bisa berkata-kata
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Tidak!

    “Saya tidak setuju! Apa-apaan kalian? Anak saya ini masih di bawah umur!”Suara ibu Lila bergema di ruangan itu, tangan kirinya menggebrak meja hingga cangkir bekas minum mereka bergetar. Membuat setiap pasang mata di sana tertuju padanya. “Bu, tenang dulu sebentar,” tegur pak RT.“Tenang-tenang, omong kosong bapak ini sudah keterlaluan!” Ia berdiri dengan wajah memerah, tatapannya tajam menusuk langsung ke arah Pak RT. Sementara telunjuknya lurus mengarah ke wajah Pak RT tanpa sedikit pun menyembunyikan kemarahannya. Pak RT menelan ludah, tetapi tidak gentar.“Bu, ini sudah aturan kami. Mereka tertangkap basah di satu kamar!” katanya, mencoba menahan tekanan emosi yang membuncah dalam suaranya.Ibu Lila mendengus tak percaya, melayangkan pandangannya ke arah seluruh warga yang mengangguk-angguk, seolah mendukung pernyataan Pak RT tanpa berpikir dua kali. “Kalian bahkan tidak melihat apa yang mereka lakukan! Siapa yang bisa pastikan mereka berbuat yang tidak-tidak?” katanya sinis.P

    Last Updated : 2024-11-06
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Salah paham

    “Sebenarnya gue sengaja menyelinap ke kamar kos Lila, karena gue biar dinikahin sama dia, jadi ini semua salah paham,” kata Adip.“Nah, dengar sendiri, kan? Saya yakin kalian semua masih cukup muda untuk tuli!” timpal ibu Lila.Semua orang terperangah, termasuk pak RT yang wajahnya sudah memerah karena kesal merasa dijadikan umpan oleh para warga. Bisik-bisik mulai terdengar riuh di telinga, para warga beralih topik pembicaraan, mereka menyuarakan keheranan sekaligus cibiran.Lila yang sejak tadi tertekan, kini mengangkat wajahnya. Matanya yang basah menatap Adip dan berkata, “Dip, makasih.” Adip menatap Lila sebentar lalu mengangguk lirih. Netranya beralih pandang pada kedua orang tuanya yang sudah siap menerkam. Pak damar menggenggam kursi erat, rahangnya pun mengeras."Anak itu... awan nanti kamu di rumah!” ucap pak Damar dalam hati.“Ehem, baik, karena tersangka sudah mengakui perbuatannya, maka saya pikir keputusan saya tadi salah,” ujar pak RT penuh rasa sesal.“Tentu sja sala

    Last Updated : 2024-11-21
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Hanya lila

    Adip memejamkan mata saat vas bunga yang Damar layangkan tepat mengenai pelipisnya. Darah segar mengalir, tetapi Adip tidak bergeming sedikitpun. Hatinya jauh lebih sakit dibanding hanya tergores pecahan beling.“Semakin lama, kamu semakin tidak punya sopan santun sama orang tua!” Terengah-engah Damar kembali memaki Adip. Tangannya memegangi dada yang tiba-tiba nyeri.Sebagai ibu, melihat Adip yang berlumuran darah, hati Rahayu sedikit tergerak untuk memeluk putranya, tetapi egonya masih lebih tinggi dari rasa kasihan. Jadi, dia hanya berakhir menatap putranya tanpa melakukan apapun.“S-sudah Ayah, jangan emosi lagi, duduk dulu, duduk, tarik nafas—buang?” ujar Rahayu menuntun suaminya untuk kembali duduk.Adip menyeka darah yang mulai menetes di pipinya, gerakannya pelan tanpa emosi. Tatapannya kosong, tertuju pada tangannya yang berlumuran merah. “Bagus,” katanya, suaranya datar nyaris tanpa tekanan. “Seperti inilah yang kalian ajarkan, selalu pakai kekerasan. Itu sebabnya gue jadi

    Last Updated : 2024-11-22
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Salma?

    “Woy! Siapa lo?”Adip membelalak bukan main ketika seorang gadis tiba-tiba muncul di rumah pohonnya. Terlebih, gadis itu memakai hoodie hitam yang menutupi kepala, sudah seperti malaikat pencabut nyawa.“Heh, memangnya aku hantu? Cewek cantik gini,” gerutunya kesal, tangannya membuka penutup kepala yang dia pakai. Barulah Adip menghela nafas lega.Adip menyipit kala sperti mengenal gadis tersebut, “Salma? Elo Salma, kan? 11 IPS 2!” tanya Adip agak ragu-ragu.Gadis itu menoleh cepat dan mengangguk dengan semangat, matanya berbinar, senyum bangga merekah di wajahnya.“Adip tahu namaku?” gumam Salma, pipinya merona. Ia menyelipkan sehelai rambut basah di balik telinganya dengan gerakan gugup.“Kan kita sekelas, masa lo nggak tau? Tiap hari juga kita ketemu!” kata Adip datar membuat Salma semakin tersipu. Dia tak menyangka ternyata Adip menyadari keberadaannya di antara sekian banyak murid di dalam kelas mereka.“Dih, si aneh. Kenapa jadi senyum-senyum dah?” tanya Adip masih dengan nada da

    Last Updated : 2024-11-23
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   MANIS

    “Keterlaluan ya kamu! Kamu hampir membunuh Selly, loh, Dip! Tapi kamu nggak ada rasa menyesal sedikitpun!” geram Bu Widya sambil membetulkan kaca mata tebalnya yang melorot.Di sinilah mereka berada sekarang—ruang BK, menunggu orang tua masing-masing yang sudah dihubungi oleh pihak sekolah. Ketegangan terjadi di antara mereka bertiga, ruangan yang sempit menjadi lebih sesak ketika Bu Widya berbicara.“Merusak properti sekolah! Kalau saja Lila tidak cepat bertindak, kamu mungkin sekarang sudah berada di penjara!”Yap, benar sekali. Adip hampir membunuh Selly jika saja Lila tidak mendorongnya hingga pot bunga berbahan semen yang akan digunakan untuk menghantam kepala Selly beralih menghantam lantai.Lila tampak gelisah mendengar ucapan guru BK tersebut. Ia takut jika dikeluarkan dari sekolah karena sudah bertengkar hingga menyebabkan korban dibawa ke rumah sakit.Ia melirik Adip yang duduk di sebelahnya. Cowok itu menyandar cuek di kursi, pemandangan luar jendela tampaknya lebih menarik

    Last Updated : 2024-11-24
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Dikeluarkan

    “Kenapa dia?” batin Galang.Alih-alih mencari alasan untuk meninggalkan barisan, tanpa peduli dengan guru pengawas, Galang berlari mengejar kekasihnya dengan perasaan khawatir.Sementara Lila, gadis itu masuk ke dalam toilet dan mengunci pintunya dari dalam. Ia langsung menyalakan air keran dan menadahnya dengan tangan gemetar.Berulang-ulang ia menggosok bibirnya dengan kasar sampai telapak tangannya memerah karena tekanan. Luka lebamnya semakin perih, tetapi bayangan samar bibir Adip yang menempel pada bibirnya jauh lebih perih.“Jahat banget kamu, Dip! Aku benci sama kamu!” pekiknya tertahan karena takut jika ada yang mendengar. “Galang, maaf, maafin aku.”Sungguh, bayangan senyum hangat Galang ketika bersamanya semakin memupuk rasa bersalah yang kian membuncah.Adip benar-benar sudah melewati batas, keinginannya untuk menjauhi Adip kini semakin menggebu akibat kejadian yang tidak diinginkan tersebut.Brak brak brak“Lila, kamu di dalam kan? Lila! Ini aku, Galang!” Suara Galang cem

    Last Updated : 2024-11-25
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Semua masalah bisa diatasi dengan uang!

    “Bapak yakin mau mengeluarkan anak saya? Apa bapak siap jika saya tarik semua investasi saya di sekolah ini?” Kepala sekolah menundukkan kepalanya mendengar pertanyaan Damar. Sepertinya ia lupa dengan konsekuensi itu.“Saya dengar di halaman belakang akan dibangun kolam renang, betul itu, Pak?”“Mulai,” gumam Adip. Damar meliriknya sinis, kemudian kembali beralih pandang pada kepala sekolah.Kepala sekolah mengangkat pandangannya dengan cepat, “B-betul sekali itu, Pak, kami belum punya kolam renang sendiri. Jadi kalau ada ekstrakurikuler renang kami harus menyewa kolam renang. Dan biayanya sangat besar, Pak Damar.”“Mata duitan,” gumam Adip lagi. Semua orang menatap ke arahnya dengan pandangan berbeda, “Apa liat-liat? Lanjutin aja cepet!”Sungguh, jika tidak ada siapapun di ruangan itu, Damar sudah babat habis mulut lemes anaknya tersebut. Sementara Kepala sekolah hanya berdehem canggung mendengar ucapan sarkas yang keluar dari mulut Adip.“Saya bisa pikirkan itu, bapak tidak perlu k

    Last Updated : 2024-11-26
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Ciuman lagi?

    “Maksud Lo?” tanya Galang dengan dahi berkerut dalam. Namun, Adip terlihat santai menikmati nikotin di tangannya sambil bermain ponsel. Padahal, semua orang yang berada di ruangan tersebut menahan nafas sejenak, menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut si sialan ini.Dengan tanpa rasa bersalahnya, cowok itu menaikkan sebelah alisnya, seakan bertanya tentang apa yang terjadi karena semua orang kini menatapnya intens.“Kenapa pada ngeliatin gue kek gitu? Emang gue salah?” tegur Adip.“Maksud Lo sayang sama cewek gue apaan, Dip? Jangan bikin orang salah paham sama ucapan Lo!” tegur Galang, tetapi Adip hanya mendengus, enggan menanggapi pertanyaan yang menurutnya tidak penting.“Rasa sayang sama orang tuh nggak harus didasari suka, Lang, jadi Lo jangan salah paham dulu,” ucap indra mencoba mencairkan suasana yang sedikit tegang.“Wishh, bro man gue nih!” kata Adip. Mereka bertiga bertos ria, disambung kekehan sumbang dari teman-teman yang lain.“Iya juga, sih,” katanya. Ketika matanya

    Last Updated : 2024-11-27

Latest chapter

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   KRITIS

    Motor itu meluncur ke tepi jalan dan menghantam semak-semak sebelum akhirnya terguling dengan keras. Suara benturan terdengar nyaring, membuat beberapa warga yang kebetulan berada di sekitar area itu segera berlari ke lokasi kejadian. Lila terkapar tak bergerak di tanah, tubuhnya penuh luka dan darah mengalir dari pelipisnya. Napasnya lemah, hampir tak terdengar. Dia pun tak bisa melihat langit dengan jelas sebab pandangannya kabur.Sementara Salma terbaring beberapa meter darinya, hanya dengan beberapa luka gores di lengan dan kakinya. Ia meringis kesakitan, tapi kesadarannya tetap penuh. “Cepat, angkat mereka ke mobil! Kita bawa ke rumah sakit!” teriak seorang pria paruh baya yang segera mengkoordinasi warga untuk membantu. Dalam waktu singkat, Lila dan Salma dibawa ke rumah sakit terdekat. Sirene ambulans meraung di udara, menyuarakan urgensi situasi. Salma duduk diam di atas tandu, tangannya yang terluka diikat perban seadanya. Sesekali, matanya melirik ke arah Lila yang t

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kecelakaan

    Adip diikuti Lila sama-sama menoleh ke arah suara itu. Galang berdiri beberapa meter dari mereka dengan tatapan membara, napasnya memburu seperti baru saja berlari dikejar anjing.“Galang?” ucap kedua remaja itu bersamaan.“Lo nggak paham bahasa manusia, ya, Dip? Gue bilang jauhin Lila!” bentak Galang, langkahnya semakin mendekat.“Lo juga, La! Jadi cewek murahan banget. Bisa-bisanya Lo mau di ewe gratisan! Najis!”“Jaga, ya, mulut Lo!” Gertak Lila. Namun Galang hanya mendengus sinis, menatap Lila dengan pandangan jijik.“Sahabat macam apa Lo, Dip? Lo nusuk gue dari belakang tau nggak!”Adip yang dari tadi masih diam, mulai bangkit dari tempat duduknya, menatap Galang dengan senyum miring penuh ejekan. “Kenapa? Kalian mantan, jadi nggak ada alasan buat gue deketin Lila.”“Lo pikir ini lucu, hah? Video mesum kalian kesebar, lo bikin hidup Lila berantakan. Nggak tau malu emang ya lo?” Galang tak menunggu jawaban. Dia langsung melayangkan tinjunya ke wajah Adip.Adip terhuyung ke belakan

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Video mesum

    Hari berikutnya, Lila berusaha menjalani rutinitas seperti biasa meski hatinya masih berat. Galang? Tentu saja cowok itu masih mengejarnya, tapi Lila mengabaikan segala perkataan Galang yang terus meminta dirinya untuk kembali.Dengan wajah yang sengaja ditampilkan setenang mungkin, dia melangkah masuk ke sekolah. Namun, begitu melewati gerbang, bisik-bisik dan tatapan aneh langsung menyergapnya. “Eh, itu Lila kan?” “Iya, yang ada di video itu, kan?” "Iyyuuuh, jijik banget nggak sih? anak bikin anak!"“Parah banget sih... pantes Adip sama Galang tengkar, ternyata ini toh penyebabnya? Di rumah pohon lagi.” Lila menghentikan langkahnya, bingung dengan gumaman murid-murid yang semakin jelas mengarah padanya. Tatapan mereka membuat tubuhnya terasa kaku, jantungnya berdegup kencang. Apa yang sebenarnya terjadi? pikirnya panik. Dia mencoba mengabaikan semua itu dan terus berjalan ke kelas. Tapi suasana yang lebih buruk menantinya di sana. Begitu masuk, semua mata tertuju padanya.

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Berakhirnya hubungan Lila dan Galang

    “A-apa?” Galang perlahan melonggarkan cekalan tangannya, lalu mengalihkan tubuhnya untuk duduk di tepi ranjang. Matanya menghindari tatapan Lila yang kini juga telah beranjak duduk tepat di hadapannya. Senyap menyelimuti ruangan, hanya suara napas mereka yang terdengar. Lila menatap Galang dengan sorot mata yang sulit ditebak. Penasaran, kepastian dan sesuatu yang lain yang tak terdefinisi. “Galang...” Lila menggenggam lembut tangan Galang. “Apa benar... kamu pernah suka sama Adip—bukan... bukan suka sebagai sahabat. Tapi... dalam arti yang lain.” Kata-kata itu menggantung di udara, mulut Lila seakan tak mau mengatakan hal keji tersebut. Galang menaikkan sebelah alisnya, cowok itu malah terkekeh sinis, membuat Lila bingung dibuatnya. Namun dalam hati dia berkata, “Sialan Adip. Ternyata dia ngadu sama Lila.” “Kamu percaya aku kek gitu?” tanya Galang, cowok itu menatap Lila dengan intens. Lila menunduk dengan bibir terkatup rapat. Sebetulnya Lila ingin tak percaya, tapi

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Apakah kamu pernah menyukai laki-laki, Galang?

    Pagi harinya saat mentari belum terlalu tinggi Adip mengerjap. Dia mengusap matanya, menghilangkan sisa kantuk yang melanda. Namun, saat matanya terbuka dia tidak menemukan Lila di mana pun.“Lila!” Tidak ada jawaban, bergegas Adip mencari keberadaan Lila di sekitar, tapi tetap tidak menemukan gadis itu.“Kemana dia?” gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.Sementara itu, di tempat lain, Lila yang sedang dicari-cari oleh Adip ternyata berada di rumah Galang. Ia sedang sibuk membereskan barang-barangnya yang tersisa di sana. Wajahnya terlihat datar, meskipun ada kilatan emosi yang sulit ditebak di matanya. Galang, yang berdiri di sudut ruangan, hanya mengamati tanpa berkata apa-apa. Suasana di antara mereka sangat canggung. Ada banyak hal yang ingin dikatakan, tetapi terhalang oleh sesuatu yang lebih besar dari kata-kata. “Lila.” Galang mendekat dan menahan gerakan tangan Lila yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. “Kita perlu bicara, jangan kayak gini.”Lila be

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kebimbangan Adip

    “Enggak! Apa-apaan, nih? Kamu kira kostku tempat penampungan!” seru Salma. “Sal, tolong lah, malam ini aja, besok nggak lagi, kok!” Adip memohon. “Dip, kamu gila ya? Mana mungkin Salma mau kalau sama aku?” bisik Lila yang berdiri canggung di sampingnya. Terlebih, Salma menatapnya tidak bersahabat. “Sal, plis.” Adip meraih tangan Salma dan menggenggamnya, wajahnya memelas hingga membuat Salma hampir goyah, tapi gadis itu lekas menggelengkan kepala. Ya, dengan tidak tahu malu Adip meminta Salma menampung Lila untuk sementara waktu. Dan tentu saja Salma menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Lagi pula, apa yang Adip harapkan dari reaksi Salma? Menerima mereka berdua? Tidak mungkin! “Nggak bisa! Kalau kamu doang boleh, tapi kalau sama dia aku nggak izinin!” putus Salma. Mendengar itu Lila mendecih sinis. “Orang gila. Kalau gue doang mah nggak bakal gue ngemis-ngemis ke elo!” kata Adip. Salma menatap Adip dengan tatapan terluka. Bagaimana mungkin cowok ini dengan entengn

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Frontal sekali mulutnya

    Dahi Lila berkerut dalam, “Gay? Apa aku nggak salah denger? M-maksud kamu apa, Dip? Jangan becanda kamu, ya!”Lila menunjuk wajah Adip dan menatapnya menuntut.Sementara Adip memalingkan wajah dengan mata terpejam frustasi sebab telah keceplosan dan membongkar rahasia tentang Galang yang selama ini dia simpan rapat-rapat. “Mampus! Bisa-bisanya gue keceplosan! Mulut sialan!” umpatnya dalam hati. “Dip,” Lila menarik kaos yang Adip pakai memaksa cowok itu menghadap ke arahnya. “Jelasin sama aku kenapa kamu bilang Galang gay!”Adip meringis tak enak, “Aku becanda, kok,” katanya berkilah.“Nggak mungkin!” seru Lila. “Kamu pasti bohong, kan? Kamu sahabat Galang sejak dulu! Mana mungkin kamu cuma becanda!”Adip kembali merutuk dalam hati, bimbang pula antara harus jujur atau kembali menyimpan rapat rahasia kelam itu. Namun, setan di telinga kirinya berbisik untuk mengatakan yang sejujurnya, jadi cowok itu menarik nafas dalam-dalam sebelum berkata, “Kamu gak salah denger, Galang memang dulu

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip keceplosan

    Adip menghentikan langkahnya, untuk sejenak dia terpaku di ambang pintu. Dia memejamkan mata untuk meredam amarah yang membuncah. “Lila, ayo!” ucapnya tanpa menoleh ke arah kedua orang tuanya. “Adip… Nggak usah,” Lila memandangnya ragu, gadis itu menggeleng tapi tidak mampu berkata tidak sebab wajah Adip tampak tak bersahabat. Terpaksa dia menyetujui dan mengikuti langkah Adip keluar dari rumah yang kini terasa seperti neraka bagi Adip. “Adip! Kembali! Beraninya kamu—” Damar menahan tangan istrinya ketika Rahayu akan mengejar kepergian Adip. “Buk! Sudah! Nggak usah dikejar! Biarkan dia merasakan bagaimana hidup tanpa campur tangan orang tua!” “Tapi, Yah, Adip—” “Ayah bilang nggak usah ya nggak usah! Kita lihat saja nanti, seberapa lama dia bisa bertahan tanpa uang dari ayah! Paling juga besok pagi balik!” Rahayu hanya bisa menghela nafas panjang menanggapinya. Memang betul apa yang Damar katakan, sudah berulang kali Adip bertingkah seperti itu. Tapi ujung-ujungnya juga t

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kalau aku mati gimana?

    Adip memandang Lila yang masih menangis dalam pelukannya. Hujan tak mau berhenti mengguyur tanah, menyamarkan tangis dan luka hati gadis remaja itu. Bahkan, Lila tak mau di ajak pindah untuk mencari tempat berteduh. Jadi, terpaksa Adip ikut berdiri bersamanya sambil memayungi kepala Lila dengan kedua tangan.“Gimana kalau kita hujan-hujanan sambil naik motor?” ujar Adip. Lila mengangkat pandangannya dengan dahi berkerut dalam.“Kamu pulang dulu aja, Dip,” Lila kembali menunduk, “Aku masih mau di sini.”Adip menggeleng, “Ayo! Ikut!” Adip menarik paksa lengan Lila, dan menuntunnya menaiki motor. Lila menurut meski sedikit enggan. “Hujan-hujanan sambil naik motor lebih asik. Percaya sama aku!” kata Adip. Lila mendengus, cowok itu memang selalu punya cara untuk membuatnya menghilangkan rasa gundah.Sepanjang jalan yang sepi, motor mereka melaju pelan di bawah langit kelabu yang semakin petang. Kabut dingin menyelimuti, menyentuh kulit mereka berdua dengan lembut. Sementara Adip fokus men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status