Share

Adip dengan Obsesinya

Penulis: Diary_9
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 20:12:05

Flashback Beberapa saat yang lalu …

“Adip, ini nggak bener, Dip, kalau Galang liat gimana?” Lila terperanjat ketika lengan kekar seseorang tiba-tiba melingkar di perutnya. 

Dan ternyata itu Adip, sahabat pacar Lila—Galang. Namun, Adip tidak menghiraukan ucapan lila, tidak menjawab hanya menghembuskan nafas hangat yang menyapu pori-pori kulit Lila.

“Dip, udah, ini rumah Galang!” Lila menyingkirkan tangan Adip yang mengunci pergerakannya, tetapi Adip malah mengeratkan pelukannya.

“Biarin gini dulu, lima menit, aku janji abis itu aku pergi.” pinta Adip, suaranya serak di belakang leher Lila, hembusan nafas Adip yang hangat membangkitkan gelenyar aneh dalam perut Lila.

Ya, Rengga Adipura atau sering Lila panggil Adip sebagai panggilan akrab, adalah sahabat dari pacar Lila, Galang Axelio.

Remaja berusia delapan belas tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu sering kali mendekati Lila diam-diam, meski tahu bahwa Lila adalah pacar sahabatnya, tetapi Adip tidak perduli, ia hanya ingin bersama gadis cantik nan polos yang menjadi incarannya sejak SMP dulu. Namun, Adip kalah cepat dengan Galang.

Seperti sekarang ini, Adip tiba-tiba memeluk Lila yang sedang tidur di kamar Galang dengan posisi miring dari belakang. Hal itu sering kali Adip lakukan ketika Lila sedang tidak bersama Galang. Bahkan, Adip juga sering menyelinap malam-malam ke kost Lila hanya untuk tidur bersamanya.

“Dip, udah lebih lima menit,” ucap Lila ingin beranjak, tetapi Adip tidak mau melepaskan pelukannya. 

“Kamu ngitung,” tanya Adip dengan suara parau. Pelukan Adip semakin erat, bahkan sepertinya Adip mulai gelisah.

“Iya, kan, kata kamu lima menit.”

Adip terkekeh, memang seperti itu Lila, polos terkesan lemot. Di dalam kamar dengan cahaya remang-remang ini, Adip menyalurkan rasa rindu yang sejak kemarin ia tahan-tahan. 

“Aku kangen sama kamu,” Adip lebih merapat membuat Lila semakin tidak nyaman, “Kemaren kamu mesra-mesraan sama Galang di depan aku, aku cemburu.”

“Lah, Galang kan pacar aku,” jawab Lila.

“Kan aku udah bilang, kalau ada aku jangan kayak gitu.”

“Kenapa? Kamu bukan siapa-siapa aku.”

Adip terdiam, ia merasa tertohok dengan ucapan telak Lila, memang benar Adip bukan siapa-siapa bagi Lila, tetapi kan harusnya Lila paham dengan perasaan Adip. Ah, Adip memang egois.

“Aku nurut buat nggak bilang-bilang sama Galang tentang kamu yang suka peluk-peluk aku,” Lila merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Adip, dan posisi mereka sekarang jadi saling memeluk. “Aku cuma nggak mau persahabatan kalian rusak cuma gara-gara aku, tapi …”

“Tapi apa?” tanya Adip menatap mata Lila dalam-dalam, gadis cantik ini selalu berhasil membuat jantung Adip berdegup kencang. 

“Tapi, Dip, kita nggak bisa kayak gini terus, kamu jadi kayak nusuk Galang dari belakang tau nggak?” lanjut Lila.

“Kalau dari depan, nusuk kamu dong?” gurau Adip. Lila terperangah tak percaya dengan gurauan Adip yang menurutnya diluar nalar. 

“Ihhh, nyebelin banget kamu! Rasain nih, hm! Rasain!” 

“Aduh, aduh, udah! Lila! Stop! Haha!” 

Lila menggelitik perut Adip sampai Adip memohon ampun untuk menghentikan, tetapi Lila tidak peduli, ia tidak mau berhenti menggelitikinya sampai rasa kesalnya tersalurkan.

“Nah, nah, rasain kamu ya! Besok-besok kalau ngomong di jaga!”

“Iya—ampun, Lila! Haha!”

“Ampun-ampun, ha? Tobat nggak? Ha?!”

Lila semakin bersemangat menggelitiki Adip meski wajah cowok itu sudah memerah. Jika bukan Lila yang melakukannya, mungkin orang itu sudah Adip telan hidup-hidup.

Bukanya Adip kalah dengan perempuan, tetapi Adip hanya ingin membiarkan Lila melakukan sesukanya. Apalagi pada tubuhnya, Adip malah sangat senang menerima sentuhan-sentuhan lila.

Namun, kemakluman Adip malah di salah gunakan oleh Lila. Adip sudah tidak tahan, wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus, rasanya Adip mau meledak sekarang juga. Jadi…

“Lila stop!”

Deru nafas dua remaja itu saling beradu kencang lewat mulut, mata mereka saling berpandang dengan jarak tak lebih dari satu jengkal, detak jantung bertalu-talu berlomba siapa yang lebih cepat.

Adip mengukung tubuh Lila dengan posisi dirinya berada di atas Lila dan memegang erat kedua tangannya untuk mengunci pergerakan Lila.

“Aku bilang stop, Lila,” ucap Adip dengan suara serak dan berat, tetapi malah terdengar seksi di telinga Lila. Astaga, Lila tidak boleh berpikiran seperti itu, ingat Galang!.

“Dip, pindah,” bisik Lila setelah sekian detik acara tatap menatap mereka berlangsung, ia mengerjap beberapa kali merasa tersipu hingga pipinya bersemu merah.

Namun, Adip tidak mendengarkan ucapan Lila, cowok itu sedang menikmati pemandangan yang membuatnya terpesona setiap hari dengan kecantikan Alila Jemima Atmarini.

“Dip?”

“Hmm?”

“P-pindah dong, aku gerah,” ucap Lila tergagap. Siapa yang tidak salting coba? jika dipandangi oleh cowok sedekat itu, apalagi cowok tampan macam Adip, yang ketampanannya mirip artis kpop, Felix Straykids. Pastilah dalam hati Lila meleleh, tetapi Lila masih menguatkan iman untuk tidak berpaling dari Galang.

“La, kamu cantik banget,” gumam Adip mendekatkan wajahnya perlahan. Jantung Lila berdegup lebih kencang membayangkan yang akan terjadi beberapa detik berikutnya.

“La, boleh?” tanya Adip dengan suara serak, tatapanya sayu menatap Lila yang seperti tidak nyaman. Sudah Adip bilang kan, jika Adip tidak peduli Lila suka ataupun tidak dengannya, Adip tetap mencintai Lila.

“B-boleh apa?” jawab Lila gugup, matanya berpendar kemana pun asal tidak bertatapan dengan Adip.

“La, dikit ya?” pinta Adip lagi. Belum juga Lila memberikan jawaban, Adip sudah memajukan wajahnya. Namun, Adip harus menelan pil kecewa karena Lila lebih dulu memalingkan wajah sebelum bibir mereka bertemu.

Keadaan menjadi canggung seketika, Adip yang merasa tertolak. Adip, memejamkan matanya menahan kekesalan yang maenghampirinya karena Lila berani menolaknya. 

Mengapa Lila seperti itu? Bukanya Lila sudah terbiasa melakukannya bersama Galang? Adip kan juga ingin merasakan seperti apa manisnya? 

“Jangan, aku aja nggak pernah kayak gitu sama Galang,” Lila mencoba melepaskan cekalan tangan Adip, tetapi tenaganya tidak begitu kuat, “Aku selama ini diem kamu kayak gini sama aku, bukan karena aku juga ada perasaan sama kamu, Dip. Aku cuma nggak mau kalau kamu sama Galang jadi musuhan, apa lagi kalian udah sahabatan dari kecil.”

Ya, Lila sebenarnya risih dan merasa sangat bersalah pada Galang karena diam-diam menutupi kelakuan Adip yang seperti terobsesi padanya. Namun, jika Lila mengatakannya pada Galang, maka pasti persahabatan mereka akan hancur.

“Kamu bisa cari cewek lain, jangan aku, aku pacar Galang, sahabat kamu sendiri,” lanjut Lila mulai menaikan nada bicaranya, tetapi si bebal ini malah mendengus dan terus menatapnya tanpa beralih.

“Udah, lepasin aku, aku mau ke Galang.”

Adip mengangkat sebelah alisnya, “Kalau aku nggak mau?” 

“Aku bakal teriak.”

“Teriak aja, paling nanti mereka jadi tau hubungan kita selama ini,” ucap Adip santai.

“Aku hitung, ya,” Lila menatap tajam mata Adip, “Satu.”

“Dua,” sahut Adip tersenyum menyebalkan.

“Ti—”

Ceklek

Flashback off

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nina Belvina
Wah, ternyata adip si gila yang nikung sohibnya sendiri...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip dan Lukanya

    "jadi selama ini Lo suka sama cewek gue, Dip?" tanya Galang dengan rahang mengeras.Adip meliriknya malas pada Galang, “Iy—”“Enggak …” sergah Lila menyela ucapan Adip, ia memegang lengan Galang dengan wajah panik, takut jika Adip akan berterus terang tentang perasaanya sekarang, “iya kan, Dip? Kamu nggak suka sama aku, kan. Tadi itu cuma salah paham kan, Dip.”“Aku—”“Adip kira tadi nggak ada aku di sini, jadi Adip mau tiduran, ehhh ternyata aku juga tidur di sini juga. Iya kan, Dip?” cerocos Lila menatap Adip meminta persetujuan. “Mana ada nggak sengaja sampai tindihan gitu, dianya aja yang kegatelan. Sini lo, gue abisin lo, ya.”“Galang! Udah jangan! Jangan berantem lagi aku takut!” Lila memeluk tubuh Galang yang akan kembali menerjang Adip. Dua teman Adip reflek pasang badan melindungi cowok itu, sementara Adip berlaku santai seperti tidak takut jika kembali dipukuli oleh Galang.“Woy, Lang, sabar dong! Jangan main hakim sendiri!” cecar indra sembari mengusap dadanya.Seketika Ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kamar Kost Alila

    “A-apa? Menikah?” Ayah sampai gugup mendengar ucapan konyol Adip.Semua orang terperangah mendengar ucapan Adip, apa anak itu sudah gila? Dirinya saja masih hidup menumpang orang tuanya, omong kosong macam apa ini?“Maksud kamu apa, Dip? Jangan bercanda kamu! Kamu menghamili anak orang? Ha?!” timpal ibunya. Adip memejamkan matanya frustasi, nafasnya masih terengah-engah di bawah kaki ayahnya. “Adip, bicara yang benar!” desis sang ayah.“Aku … aku mau menikah, sama Lila karena—”“Apa?! Kamu menghamili pacar temenmu sendiri! Memang anak kurang ajar kamu!”BughAyah menendang perut Adip sebelum cowok itu menyelesaikan ucapannya hingga Adip terkulai lemah ke lantai. Memang selalu seperti itu, mereka tidak mau mendengarkan penjelasan Adip terlebih dahulu. Memukul adalah cara ayah mendidik anak sejak kecil. Lebih tepatnya mendidik Adip karena kakak Adip adalah sosok anak yang penurut.“Sebagai hukumannya, kamu dilarang ke luar rumah sampai besok!” ucap ayah dengan nafas memburu, ia berali

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Di Grebek Waga

    “Dip, tadi kamu masuk nggak ada yang lihat, kan?” tanya Lila mulai panik, suara orang-orang di depan semakin riuh meneriaki Lila untuk membuka pintu. “Mbak kita tau di dalam ada laki-laki yang menginap!” Brak brak brak“Dip, gimana?”“A-aku ngumpet di kamar mandi, kamu buka pintu, oke? Jangan panik, usahakan kamu bisa alihin perhatian mereka, hm.” “Tapi aku takut kalau nanti—”Adip menempelkan telunjuknya ke bibir Lila, “Jangan takut, kamu yang tenang, oke?”Lila mengangguk paham, lalu Adip beranjak lalu berjalan tergesa-gesa ke arah kamar mandi.Brak brak brak“Iya sebentar!” teriak Lila memastikan Adip masuk ke dalam kamar mandi.Setelah Adip tidak terlihat, giliran Lila yang berlari ke arah pintu masuk. Ia menggenggam erat pegangan pintu, mengambil nafas dalam-dalam lalu memutar kuncinya.Ceklek Baru saja pintu dibuka, empat orang dewasa dan ibu kost langsung nyelonong masuk ke dalam kamar Lila. Mencari-cari seseorang yang tadi membuat bapak-bapak yang sedang ronda curiga.“Man

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Tidak!

    “Saya tidak setuju! Apa-apaan kalian? Anak saya ini masih di bawah umur!”Suara ibu Lila bergema di ruangan itu, tangan kirinya menggebrak meja hingga cangkir bekas minum mereka bergetar. Membuat setiap pasang mata di sana tertuju padanya. “Bu, tenang dulu sebentar,” tegur pak RT.“Tenang-tenang, omong kosong bapak ini sudah keterlaluan!” Ia berdiri dengan wajah memerah, tatapannya tajam menusuk langsung ke arah Pak RT. Sementara telunjuknya lurus mengarah ke wajah Pak RT tanpa sedikit pun menyembunyikan kemarahannya. Pak RT menelan ludah, tetapi tidak gentar.“Bu, ini sudah aturan kami. Mereka tertangkap basah di satu kamar!” katanya, mencoba menahan tekanan emosi yang membuncah dalam suaranya.Ibu Lila mendengus tak percaya, melayangkan pandangannya ke arah seluruh warga yang mengangguk-angguk, seolah mendukung pernyataan Pak RT tanpa berpikir dua kali. “Kalian bahkan tidak melihat apa yang mereka lakukan! Siapa yang bisa pastikan mereka berbuat yang tidak-tidak?” katanya sinis.P

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Salah paham

    “Sebenarnya gue sengaja menyelinap ke kamar kos Lila, karena gue biar dinikahin sama dia, jadi ini semua salah paham,” kata Adip.“Nah, dengar sendiri, kan? Saya yakin kalian semua masih cukup muda untuk tuli!” timpal ibu Lila.Semua orang terperangah, termasuk pak RT yang wajahnya sudah memerah karena kesal merasa dijadikan umpan oleh para warga. Bisik-bisik mulai terdengar riuh di telinga, para warga beralih topik pembicaraan, mereka menyuarakan keheranan sekaligus cibiran.Lila yang sejak tadi tertekan, kini mengangkat wajahnya. Matanya yang basah menatap Adip dan berkata, “Dip, makasih.” Adip menatap Lila sebentar lalu mengangguk lirih. Netranya beralih pandang pada kedua orang tuanya yang sudah siap menerkam. Pak damar menggenggam kursi erat, rahangnya pun mengeras."Anak itu... awan nanti kamu di rumah!” ucap pak Damar dalam hati.“Ehem, baik, karena tersangka sudah mengakui perbuatannya, maka saya pikir keputusan saya tadi salah,” ujar pak RT penuh rasa sesal.“Tentu sja sala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Hanya lila

    Adip memejamkan mata saat vas bunga yang Damar layangkan tepat mengenai pelipisnya. Darah segar mengalir, tetapi Adip tidak bergeming sedikitpun. Hatinya jauh lebih sakit dibanding hanya tergores pecahan beling.“Semakin lama, kamu semakin tidak punya sopan santun sama orang tua!” Terengah-engah Damar kembali memaki Adip. Tangannya memegangi dada yang tiba-tiba nyeri.Sebagai ibu, melihat Adip yang berlumuran darah, hati Rahayu sedikit tergerak untuk memeluk putranya, tetapi egonya masih lebih tinggi dari rasa kasihan. Jadi, dia hanya berakhir menatap putranya tanpa melakukan apapun.“S-sudah Ayah, jangan emosi lagi, duduk dulu, duduk, tarik nafas—buang?” ujar Rahayu menuntun suaminya untuk kembali duduk.Adip menyeka darah yang mulai menetes di pipinya, gerakannya pelan tanpa emosi. Tatapannya kosong, tertuju pada tangannya yang berlumuran merah. “Bagus,” katanya, suaranya datar nyaris tanpa tekanan. “Seperti inilah yang kalian ajarkan, selalu pakai kekerasan. Itu sebabnya gue jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Salma?

    “Woy! Siapa lo?”Adip membelalak bukan main ketika seorang gadis tiba-tiba muncul di rumah pohonnya. Terlebih, gadis itu memakai hoodie hitam yang menutupi kepala, sudah seperti malaikat pencabut nyawa.“Heh, memangnya aku hantu? Cewek cantik gini,” gerutunya kesal, tangannya membuka penutup kepala yang dia pakai. Barulah Adip menghela nafas lega.Adip menyipit kala sperti mengenal gadis tersebut, “Salma? Elo Salma, kan? 11 IPS 2!” tanya Adip agak ragu-ragu.Gadis itu menoleh cepat dan mengangguk dengan semangat, matanya berbinar, senyum bangga merekah di wajahnya.“Adip tahu namaku?” gumam Salma, pipinya merona. Ia menyelipkan sehelai rambut basah di balik telinganya dengan gerakan gugup.“Kan kita sekelas, masa lo nggak tau? Tiap hari juga kita ketemu!” kata Adip datar membuat Salma semakin tersipu. Dia tak menyangka ternyata Adip menyadari keberadaannya di antara sekian banyak murid di dalam kelas mereka.“Dih, si aneh. Kenapa jadi senyum-senyum dah?” tanya Adip masih dengan nada da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   MANIS

    “Keterlaluan ya kamu! Kamu hampir membunuh Selly, loh, Dip! Tapi kamu nggak ada rasa menyesal sedikitpun!” geram Bu Widya sambil membetulkan kaca mata tebalnya yang melorot.Di sinilah mereka berada sekarang—ruang BK, menunggu orang tua masing-masing yang sudah dihubungi oleh pihak sekolah. Ketegangan terjadi di antara mereka bertiga, ruangan yang sempit menjadi lebih sesak ketika Bu Widya berbicara.“Merusak properti sekolah! Kalau saja Lila tidak cepat bertindak, kamu mungkin sekarang sudah berada di penjara!”Yap, benar sekali. Adip hampir membunuh Selly jika saja Lila tidak mendorongnya hingga pot bunga berbahan semen yang akan digunakan untuk menghantam kepala Selly beralih menghantam lantai.Lila tampak gelisah mendengar ucapan guru BK tersebut. Ia takut jika dikeluarkan dari sekolah karena sudah bertengkar hingga menyebabkan korban dibawa ke rumah sakit.Ia melirik Adip yang duduk di sebelahnya. Cowok itu menyandar cuek di kursi, pemandangan luar jendela tampaknya lebih menarik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   KRITIS

    Motor itu meluncur ke tepi jalan dan menghantam semak-semak sebelum akhirnya terguling dengan keras. Suara benturan terdengar nyaring, membuat beberapa warga yang kebetulan berada di sekitar area itu segera berlari ke lokasi kejadian. Lila terkapar tak bergerak di tanah, tubuhnya penuh luka dan darah mengalir dari pelipisnya. Napasnya lemah, hampir tak terdengar. Dia pun tak bisa melihat langit dengan jelas sebab pandangannya kabur.Sementara Salma terbaring beberapa meter darinya, hanya dengan beberapa luka gores di lengan dan kakinya. Ia meringis kesakitan, tapi kesadarannya tetap penuh. “Cepat, angkat mereka ke mobil! Kita bawa ke rumah sakit!” teriak seorang pria paruh baya yang segera mengkoordinasi warga untuk membantu. Dalam waktu singkat, Lila dan Salma dibawa ke rumah sakit terdekat. Sirene ambulans meraung di udara, menyuarakan urgensi situasi. Salma duduk diam di atas tandu, tangannya yang terluka diikat perban seadanya. Sesekali, matanya melirik ke arah Lila yang t

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kecelakaan

    Adip diikuti Lila sama-sama menoleh ke arah suara itu. Galang berdiri beberapa meter dari mereka dengan tatapan membara, napasnya memburu seperti baru saja berlari dikejar anjing.“Galang?” ucap kedua remaja itu bersamaan.“Lo nggak paham bahasa manusia, ya, Dip? Gue bilang jauhin Lila!” bentak Galang, langkahnya semakin mendekat.“Lo juga, La! Jadi cewek murahan banget. Bisa-bisanya Lo mau di ewe gratisan! Najis!”“Jaga, ya, mulut Lo!” Gertak Lila. Namun Galang hanya mendengus sinis, menatap Lila dengan pandangan jijik.“Sahabat macam apa Lo, Dip? Lo nusuk gue dari belakang tau nggak!”Adip yang dari tadi masih diam, mulai bangkit dari tempat duduknya, menatap Galang dengan senyum miring penuh ejekan. “Kenapa? Kalian mantan, jadi nggak ada alasan buat gue deketin Lila.”“Lo pikir ini lucu, hah? Video mesum kalian kesebar, lo bikin hidup Lila berantakan. Nggak tau malu emang ya lo?” Galang tak menunggu jawaban. Dia langsung melayangkan tinjunya ke wajah Adip.Adip terhuyung ke belakan

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Video mesum

    Hari berikutnya, Lila berusaha menjalani rutinitas seperti biasa meski hatinya masih berat. Galang? Tentu saja cowok itu masih mengejarnya, tapi Lila mengabaikan segala perkataan Galang yang terus meminta dirinya untuk kembali.Dengan wajah yang sengaja ditampilkan setenang mungkin, dia melangkah masuk ke sekolah. Namun, begitu melewati gerbang, bisik-bisik dan tatapan aneh langsung menyergapnya. “Eh, itu Lila kan?” “Iya, yang ada di video itu, kan?” "Iyyuuuh, jijik banget nggak sih? anak bikin anak!"“Parah banget sih... pantes Adip sama Galang tengkar, ternyata ini toh penyebabnya? Di rumah pohon lagi.” Lila menghentikan langkahnya, bingung dengan gumaman murid-murid yang semakin jelas mengarah padanya. Tatapan mereka membuat tubuhnya terasa kaku, jantungnya berdegup kencang. Apa yang sebenarnya terjadi? pikirnya panik. Dia mencoba mengabaikan semua itu dan terus berjalan ke kelas. Tapi suasana yang lebih buruk menantinya di sana. Begitu masuk, semua mata tertuju padanya.

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Berakhirnya hubungan Lila dan Galang

    “A-apa?” Galang perlahan melonggarkan cekalan tangannya, lalu mengalihkan tubuhnya untuk duduk di tepi ranjang. Matanya menghindari tatapan Lila yang kini juga telah beranjak duduk tepat di hadapannya. Senyap menyelimuti ruangan, hanya suara napas mereka yang terdengar. Lila menatap Galang dengan sorot mata yang sulit ditebak. Penasaran, kepastian dan sesuatu yang lain yang tak terdefinisi. “Galang...” Lila menggenggam lembut tangan Galang. “Apa benar... kamu pernah suka sama Adip—bukan... bukan suka sebagai sahabat. Tapi... dalam arti yang lain.” Kata-kata itu menggantung di udara, mulut Lila seakan tak mau mengatakan hal keji tersebut. Galang menaikkan sebelah alisnya, cowok itu malah terkekeh sinis, membuat Lila bingung dibuatnya. Namun dalam hati dia berkata, “Sialan Adip. Ternyata dia ngadu sama Lila.” “Kamu percaya aku kek gitu?” tanya Galang, cowok itu menatap Lila dengan intens. Lila menunduk dengan bibir terkatup rapat. Sebetulnya Lila ingin tak percaya, tapi

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Apakah kamu pernah menyukai laki-laki, Galang?

    Pagi harinya saat mentari belum terlalu tinggi Adip mengerjap. Dia mengusap matanya, menghilangkan sisa kantuk yang melanda. Namun, saat matanya terbuka dia tidak menemukan Lila di mana pun.“Lila!” Tidak ada jawaban, bergegas Adip mencari keberadaan Lila di sekitar, tapi tetap tidak menemukan gadis itu.“Kemana dia?” gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.Sementara itu, di tempat lain, Lila yang sedang dicari-cari oleh Adip ternyata berada di rumah Galang. Ia sedang sibuk membereskan barang-barangnya yang tersisa di sana. Wajahnya terlihat datar, meskipun ada kilatan emosi yang sulit ditebak di matanya. Galang, yang berdiri di sudut ruangan, hanya mengamati tanpa berkata apa-apa. Suasana di antara mereka sangat canggung. Ada banyak hal yang ingin dikatakan, tetapi terhalang oleh sesuatu yang lebih besar dari kata-kata. “Lila.” Galang mendekat dan menahan gerakan tangan Lila yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. “Kita perlu bicara, jangan kayak gini.”Lila be

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kebimbangan Adip

    “Enggak! Apa-apaan, nih? Kamu kira kostku tempat penampungan!” seru Salma. “Sal, tolong lah, malam ini aja, besok nggak lagi, kok!” Adip memohon. “Dip, kamu gila ya? Mana mungkin Salma mau kalau sama aku?” bisik Lila yang berdiri canggung di sampingnya. Terlebih, Salma menatapnya tidak bersahabat. “Sal, plis.” Adip meraih tangan Salma dan menggenggamnya, wajahnya memelas hingga membuat Salma hampir goyah, tapi gadis itu lekas menggelengkan kepala. Ya, dengan tidak tahu malu Adip meminta Salma menampung Lila untuk sementara waktu. Dan tentu saja Salma menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Lagi pula, apa yang Adip harapkan dari reaksi Salma? Menerima mereka berdua? Tidak mungkin! “Nggak bisa! Kalau kamu doang boleh, tapi kalau sama dia aku nggak izinin!” putus Salma. Mendengar itu Lila mendecih sinis. “Orang gila. Kalau gue doang mah nggak bakal gue ngemis-ngemis ke elo!” kata Adip. Salma menatap Adip dengan tatapan terluka. Bagaimana mungkin cowok ini dengan entengn

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Frontal sekali mulutnya

    Dahi Lila berkerut dalam, “Gay? Apa aku nggak salah denger? M-maksud kamu apa, Dip? Jangan becanda kamu, ya!”Lila menunjuk wajah Adip dan menatapnya menuntut.Sementara Adip memalingkan wajah dengan mata terpejam frustasi sebab telah keceplosan dan membongkar rahasia tentang Galang yang selama ini dia simpan rapat-rapat. “Mampus! Bisa-bisanya gue keceplosan! Mulut sialan!” umpatnya dalam hati. “Dip,” Lila menarik kaos yang Adip pakai memaksa cowok itu menghadap ke arahnya. “Jelasin sama aku kenapa kamu bilang Galang gay!”Adip meringis tak enak, “Aku becanda, kok,” katanya berkilah.“Nggak mungkin!” seru Lila. “Kamu pasti bohong, kan? Kamu sahabat Galang sejak dulu! Mana mungkin kamu cuma becanda!”Adip kembali merutuk dalam hati, bimbang pula antara harus jujur atau kembali menyimpan rapat rahasia kelam itu. Namun, setan di telinga kirinya berbisik untuk mengatakan yang sejujurnya, jadi cowok itu menarik nafas dalam-dalam sebelum berkata, “Kamu gak salah denger, Galang memang dulu

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Adip keceplosan

    Adip menghentikan langkahnya, untuk sejenak dia terpaku di ambang pintu. Dia memejamkan mata untuk meredam amarah yang membuncah. “Lila, ayo!” ucapnya tanpa menoleh ke arah kedua orang tuanya. “Adip… Nggak usah,” Lila memandangnya ragu, gadis itu menggeleng tapi tidak mampu berkata tidak sebab wajah Adip tampak tak bersahabat. Terpaksa dia menyetujui dan mengikuti langkah Adip keluar dari rumah yang kini terasa seperti neraka bagi Adip. “Adip! Kembali! Beraninya kamu—” Damar menahan tangan istrinya ketika Rahayu akan mengejar kepergian Adip. “Buk! Sudah! Nggak usah dikejar! Biarkan dia merasakan bagaimana hidup tanpa campur tangan orang tua!” “Tapi, Yah, Adip—” “Ayah bilang nggak usah ya nggak usah! Kita lihat saja nanti, seberapa lama dia bisa bertahan tanpa uang dari ayah! Paling juga besok pagi balik!” Rahayu hanya bisa menghela nafas panjang menanggapinya. Memang betul apa yang Damar katakan, sudah berulang kali Adip bertingkah seperti itu. Tapi ujung-ujungnya juga t

  • Dekapan Hangat Pacar Sahabat   Kalau aku mati gimana?

    Adip memandang Lila yang masih menangis dalam pelukannya. Hujan tak mau berhenti mengguyur tanah, menyamarkan tangis dan luka hati gadis remaja itu. Bahkan, Lila tak mau di ajak pindah untuk mencari tempat berteduh. Jadi, terpaksa Adip ikut berdiri bersamanya sambil memayungi kepala Lila dengan kedua tangan.“Gimana kalau kita hujan-hujanan sambil naik motor?” ujar Adip. Lila mengangkat pandangannya dengan dahi berkerut dalam.“Kamu pulang dulu aja, Dip,” Lila kembali menunduk, “Aku masih mau di sini.”Adip menggeleng, “Ayo! Ikut!” Adip menarik paksa lengan Lila, dan menuntunnya menaiki motor. Lila menurut meski sedikit enggan. “Hujan-hujanan sambil naik motor lebih asik. Percaya sama aku!” kata Adip. Lila mendengus, cowok itu memang selalu punya cara untuk membuatnya menghilangkan rasa gundah.Sepanjang jalan yang sepi, motor mereka melaju pelan di bawah langit kelabu yang semakin petang. Kabut dingin menyelimuti, menyentuh kulit mereka berdua dengan lembut. Sementara Adip fokus men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status