Bethany Brown
I am, Bethany Brown..
Dan untuk yang kesekian kalinya, aku kembali memujanya. Semua tentangnya, baik fisik maupun nuraninya yang terlalu sempurna.
Aku pikir, ketika aku bertemu dengannya dulu, kisah cintaku akan sama seperti kisah cintaku sebelum-sebelumnya. Yang kekanakkan, egois, singkat dan hanya tentang nafsu belaka.
Tapi, ketika aku lebih mengenalnya dan rasa cintaku untuknya masuk lebih dalam kelubuk hatiku, ternyata, ini adalah kisah cinta yang sempurna.
Kisah cinta yang tidak pernah ingin untuk aku akhiri. Kisah cinta yang selalu membuat duniaku jatuh-bangun. Kisah cinta yang selalu membuatku jungkir balik hanya karena hangatnya cinta yang ia berikan kepadaku.
Dia adalah laki-laki yang selalu membuatku jungkir-balik untuk ingin terus bersama dengannya. Dia adalah laki-laki yang selalu membuatku jungkir-balik untuk terus bisa dimiliki olehnya.
Dulu, ketika orang berkata; karakter seseorang akan berubah secara alamiah ketika ia menemukan belahan jiwa dan rusuk yang hilang.
Aku selalu mentertawakan itu. Mengganggap hal itu hanyalah bualan untuk membodohi gadis-gadis lugu diluar sana.
Tapi, ketika aku merasakannya, aku baru menyadari kalau perkataan itu ... Benar adanya.
Harry Kendrick,
Dia mampu membuatku merubah karakterku. Secara alamiah, secara perlahan tapi pasti ia mampu merubahku menjadi gadis yang lebih baik.Aku lebih bisa menghargai, kini aku juga bisa merasakan belas kasih kepada sesama. Dan dia, juga membuatku mengerti arti dari kata cinta.
Bahkan kehilangan ... Sakitnya kehilangan, dia juga mengajariku itu.
Singkatnya, Harry mengajariku hal-hal kehidupan yang dulu selalu aku kesampingkan dengan alasan; tidak penting.
Dalam kondisi apapun, aku akan selalu menyukainya, mengaguminya dan juga mencintainya di setiap waktu yang aku punya. Menatapnya bagaikan sesuatu yang akan terus berharga. Walaupun mungkin, sesuatu yang berharga itu telah hancur sekalipun.
Hal yang paling aku sukai darinya, melihat bagaimana ia memberikan senyumnya dan menyapa orang-orang dengan sangat ramah dan berkelas. Wajah tampan itu memberikan senyuman terindah dan mempesona. Tatapan matanya yang jenaka membuat semua orang tahu bawa sang pemilik mata itu bahagia sekali ketika tengah bersosialisasi.
Aku menyukai bagaimana ia berinteraksi, bagaimana ia merespon lawan bicaranya. Rasanya, melihat semua orang merasa nyaman dengan kehadirannya.
Aku bahkan, tidak pernah mengira, kalau menatap manik hijau miliknya itu ternyata tidak pernah membosankan untukku.
Seperti saat ini ...
Dia disana, bersama kerabat dan juga keluarganya. Terbalut tuxedo hitam yang sangat memengaruhi bentuk tubuhnya hingga ia melewati kata sempurna kali ini dan itu luar biasa.
Masih teringat dengan jelas bagaimana pertama kali kami bertemu-karena ulah Remus, tentunya. Masih teringat dengan jelas bagaimana pertama kali aku membencinya teramat sangat karena sikap menyebalkannya yang selalu menyusahkanku.
Dia tidak pernah, sekalipun melawanku ketika aku memakinya, ketika aku memukulnya bahkan berteriak didepan wajahnya, ia hanya tersenyum dan menghadapiku dengan teramat tenang. Dia seolah tahu bagaimana cara menghadapiku yang arogan, tak ingin mau kalah dan juga disalahkan. Sikap tenangnya itu justru membuatku menyadari akan sikapku yang terlewat batas hingga akhirnya ia menyerah, kala itu.
Aku terkadang masih bertanya, untuk apa Remus mengirimnya untuk menghadapiku. Remus berkata dia adalah anak buah yang teramat luar biasa dan Remus sangat menyayanginya. Lalu, untuk apa Remus tega membuat anak kesayangannya itu berhadapan dengan Serigala sepertiku, bukankah itu pertanyaan yang seharusnya terjawab? Ya, tapi sayangnya hingga saat ini aku tidak mendapatkan jawabannya.
Remus pergi tanpa memberikanku penjelasan tentang itu.
Aku tidak pernah menyangka, pertemuanku dengan Harry ternyata merupakan anugrah yang luar biasa sekali di hidupku. Ia, secara perlahan, menuntunku untuk menjauhi kehidupan yang tidak layak untuk aku jalani. Dan ia, melakukannya dengan tulus.
Harry ...
Dia memperlakukanku dengan sangat baik.Seolah-olah dimata dan dikehidupannya, aku adalah seseorang yang sangat berharga untuknya.Aku tidak akan pernah bosan untuk memujanya. Harry adalah laki-laki yang sangat menarik. Ketika ia menginjakkan kakinya dimanapun itu, semua fokus akan selalu tertuju kepadanya. Seperti itulah aura dari seorang Harry Kendrick.
Saat mulai menyadari kalau aku mencintainya, aku berharap agar suatu hari nanti, Harry bisa memberikanku kisah yang luar biasa. Karena kuharap kelak Harry bisa menjadi tokoh utama dalam ceritaku. Menjadi sebuah tokoh yang bisa memberikan kekuatan pada si pemeran utama lainnya. Agar semua tahu, kalau tanpa kehadirannya, roda cerita kehidupanku tidak akan bergerak.
Dia laki-laki baik, luar biasa baik. Dia baik dalam segi apapun, aku tidak pernah melihat kekurangan atau bahkan kesalahannya.
Dulu aku selalu membayangkan, andai saja kelak Harry menjadi pasanganku, aku berharap dia akan menjadi pasangan yang takut sekali kehilanganku seperti aku yang takut sekali kehilangannya.
Katanya, romantis adalah dimana dua orang manusia saling mencintai dan takut kehilangan, 'kan? Jadi aku selalu membayangkan hal itu sedari dulu, ketika kami belum menjalin hubungan apapun. Ketika membayangkan hal itu, aku bisa menjadi sangat bahagia dan kekanakkan. Iya, kekanakkan karena aku akan dengan bodohnya tersenyum sendiri walaupun aku tengah berada ditempat umum.
Aku selalu bangga memilikinya. Tidak perduli walaupun sifatnya yang terkadang dingin, aku tetap akan bangga memilikinya, dimiliki olehnya, mencintainya dan dicintai olehnya.
Satu hal yang menguntungkanku karena sifat dinginnya itu adalah ... Dia akan bersifat sangat dingin kepada semua orang yang tidak ia kenal. Dan, aku tidak perlu khawatir ia akan menggoda wanita dibelakangku.
Masih teringat jelas bagaimana dulu Harry memberikan senyumnya kepadaku untuk yang pertama kalinya. Senyum itulah yang membuatku jatuh-bangun mengagumi si pemilik senyum.
Aku mencintainya bukan karena pandangan pertama. Ketika awal mengenalnya, aku sudah katakan, aku sangat membencinya. Apakah karena tatapan matanya? Tidak, bukan karena itu. Jatuh cintaku tidak sesederhana itu.Terlepas dari Harry yang tampan. Pintar, baik, ramah, dewasa, penyayang dan pengertian. Ada hal-hal lain yang bisa membuatku jatuh cinta kepadanya.
Misalnya, begini ...
Di satu tahun kebersamaan kami, aku benar-benar bisa melihat Harry yang masih menatapku dengan tatapan yang sama seperti pertama kali kami bersama. Seperti memang baginya, tidak ada yang lebih menarik daripada aku.Karena Harry adalah segala hal tentangku. Harry adalah senyum pertamaku disaat semua orang berlomba-lomba untuk mematahkan hatiku. Setelah semua laki-laki menganggapku seperti binatang. Dia laki-laki baik yang bisa membuatku merasakan bagaimana rasanya dihargai sebagai seorang perempuan.
Dengannya, aku merasa sempurna. Di hargai dengan tulus. Dia selalu menghargai apa yang aku mau dan apa yang aku beri.
Bersamanya juga, aku merasa dibutuhkan. Dan disaat aku berada dimasa terpurukku sekalipun, dia tidak pernah meninggalkanku. Tentu dia sangat berbeda dengan semua laki-laki yang pernah dekat denganku. Yang hanya ingin dekat denganku karena yang mereka tahu aku adalah anak dari Remus Brown, pengusaha terbesar di Manhattan.
Itu jelas, satu-satunya yang aku inginkan. Berharga, dan itu aku miliki dari Harry.
Mungkin karena itu juga yang akhirnya membuatku semakin menyayanginya.
Aku masih setia memandanginya yang terlihat tampan tanpa ada kurang sedikitpun.
Ia disana, memegang segelas wine, berbicang dengan kerabat dan keluarganya, dengan tatapan yang tak pernah putus menatapku, senyuman yang tak pernah hilang dari wajahnya dan ia berikan hanya untukku.
Ia disana, dengan cincin yang melingkar pada jari manisnya itu.
Dan hatiku sesak, mungkinkah ini hanyalah mimpi?
Atau sesuatu yang hanya terjadi didalam kepalaku saja?Dear, Ruby ..
• • • •
To be continued,Don't forget to press vote and give your comments, thank you.Bethany Brown"Kemana kau semalam. Pergi begitu saja dari club." Itu Louis. Ia sahabatku, kami berteman sedari di high school. Dan dia benar, aku memang pergi meninggalkannya di club semalam.Aku kembali menghisap rokokku, keadaan di smokar masih sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang sudah hadir. Ini masih terlalu pagi, masih ada satu jam setengah untuk memulai mata kuliah pertama. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Remus karena aku malas berbincang dengannya."Aku bermain dengan Ronald semalam." Jawabku santai. Sambil menaikkan kakiku keatas bangku taman yang ada didepanku."Woah! Apakah dia hebat diranjang?" Tanyanya dengan ketertarikan, aku bisa pastikan dia norma
Bethany BrownDan pagi ini aku mengikuti detensi hanya karena meneriaki salah satu profesor kampusku dengan majas sinisme. Berlebihan.Aku harus membereskan semua ini sendirian? Oh c'mon! Kamarku saja tidak pernah sekalipun aku coba untuk bereskan dengan tanganku yang hal—satan! Tanganku kotor!"Dimana kau, ah, tidak. Aku tidak mungkin lupa membawanya. Diman—oh yeah thank god." Aku kembali bernafas lega ketika menemukan hand sanitizer-ku yang terselip didalam tasku. Aku benar-benar akan melaporkan ini kepada Remus! Dia harus tahu kalau anak satu-satunya ini dikenakan detensi yang keterlaluan!Membereskan dan membersihkan gudang komputer. Tidakkah itu berlebihan? Dan jorok tentunya. Walaupun ruangan ini mungkin hanya 2x3 meter, tetap saja bagiku ini m
Bethany Brown"Dan apa yang ingin kau bicarakan." Tanyaku kepada lelaki ini. Aku terus memerhatikannya yang tengah menarik kursi meja riasku lalu sekarang, ia duduk didepanku. Kenapa dia menatapku seperti itu? Oh ataukah ia baru sadar akan pesonaku?"Kau terlalu banyak membuat masalah Nona Brown." Awalan yang baik sialan. Tidakkah ia bisa mencari kata lain untuk membuka pembicaraan ini?"Kurasa, masalah, adalah nama tengahku. Dan tolong, panggil aku Bethany, kurasa namaku tidak sulit untuk diucapkan.""Kita akan mulai membicarakan tentang masalah yang baru saja kau buat hari ini." Memangnya apa yang dia tahu tentangku."Tuan—siapa namamu? Okay baiklah, Tuan Kaku, aku tidak membuat masalah, apapun, hari ini.""Bagaimana dengan merokok didalam gudang disaat kau dikenakan detensi? Menyuruh dua sahabatmu untuk memb
Bethany's POV"APA YANG KAU LAKUKAN!" dan aku menaiki oktaf suaraku karena ulahnya! Dia membangunkanku dengan cara yang keterlaluan. Oh Tuhan untung saja aku bisa berenang. Tapi itu bukan masalah utamanya—INI DINGIN!Dia melemparku kedalam kolam renang memang sialan!"Membangunkanmu, tentu. Atau, should i clean you up?""Ini masih pukul delapan pagi!""Delapan lebih dua menit tiga puluh tiga detik, lebih tepatnya. Kau lupa tentang kata, disiplin, Beth?" dia berjongkok ditepi kolam renang, berbicara sangat santai sambil ia tersenyum polos. Aku benar-benar akan menonjok wajahnya itu!"Masih ada dua jam lagi untuk siapapun itu membuka kunci gerbang utama Columbia University!"
Bethany's POV"APA YANG KAU LAKUKAN!" dan aku menaiki oktaf suaraku karena ulahnya! Dia membangunkanku dengan cara yang keterlaluan. Oh Tuhan untung saja aku bisa berenang. Tapi itu bukan masalah utamanya—INI DINGIN!Dia melemparku kedalam kolam renang memang sialan!"Membangunkanmu, tentu. Atau, should i clean you up?""Ini masih pukul delapan pagi!""Delapan lebih dua menit tiga puluh tiga detik, lebih tepatnya. Kau lupa tentang kata, disiplin, Beth?" dia berjongkok ditepi kolam renang, berbicara sangat santai sambil ia tersenyum polos. Aku benar-benar akan menonjok wajahnya itu!"Masih ada dua jam lagi untuk siapapun itu membuka kunci gerbang utama Columbia University!"
Bethany Brown"Dan apa yang ingin kau bicarakan." Tanyaku kepada lelaki ini. Aku terus memerhatikannya yang tengah menarik kursi meja riasku lalu sekarang, ia duduk didepanku. Kenapa dia menatapku seperti itu? Oh ataukah ia baru sadar akan pesonaku?"Kau terlalu banyak membuat masalah Nona Brown." Awalan yang baik sialan. Tidakkah ia bisa mencari kata lain untuk membuka pembicaraan ini?"Kurasa, masalah, adalah nama tengahku. Dan tolong, panggil aku Bethany, kurasa namaku tidak sulit untuk diucapkan.""Kita akan mulai membicarakan tentang masalah yang baru saja kau buat hari ini." Memangnya apa yang dia tahu tentangku."Tuan—siapa namamu? Okay baiklah, Tuan Kaku, aku tidak membuat masalah, apapun, hari ini.""Bagaimana dengan merokok didalam gudang disaat kau dikenakan detensi? Menyuruh dua sahabatmu untuk memb
Bethany BrownDan pagi ini aku mengikuti detensi hanya karena meneriaki salah satu profesor kampusku dengan majas sinisme. Berlebihan.Aku harus membereskan semua ini sendirian? Oh c'mon! Kamarku saja tidak pernah sekalipun aku coba untuk bereskan dengan tanganku yang hal—satan! Tanganku kotor!"Dimana kau, ah, tidak. Aku tidak mungkin lupa membawanya. Diman—oh yeah thank god." Aku kembali bernafas lega ketika menemukan hand sanitizer-ku yang terselip didalam tasku. Aku benar-benar akan melaporkan ini kepada Remus! Dia harus tahu kalau anak satu-satunya ini dikenakan detensi yang keterlaluan!Membereskan dan membersihkan gudang komputer. Tidakkah itu berlebihan? Dan jorok tentunya. Walaupun ruangan ini mungkin hanya 2x3 meter, tetap saja bagiku ini m
Don't forget to press vote and give your comments, thank you.Bethany Brown"Kemana kau semalam. Pergi begitu saja dari club." Itu Louis. Ia sahabatku, kami berteman sedari di high school. Dan dia benar, aku memang pergi meninggalkannya di club semalam.Aku kembali menghisap rokokku, keadaan di smokar masih sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang sudah hadir. Ini masih terlalu pagi, masih ada satu jam setengah untuk memulai mata kuliah pertama. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Remus karena aku malas berbincang dengannya."Aku bermain dengan Ronald semalam." Jawabku santai. Sambil menaikkan kakiku keatas bangku taman yang ada didepanku."Woah! Apakah dia hebat diranjang?" Tanyanya dengan ketertarikan, aku bisa pastikan dia norma
Bethany BrownI am, Bethany Brown..Dan untuk yang kesekian kalinya, aku kembali memujanya. Semua tentangnya, baik fisik maupun nuraninya yang terlalu sempurna.Aku pikir, ketika aku bertemu dengannya dulu, kisah cintaku akan sama seperti kisah cintaku sebelum-sebelumnya. Yang kekanakkan, egois, singkat dan hanya tentang nafsu belaka.Tapi, ketika aku lebih mengenalnya dan rasa cintaku untuknya masuk lebih dalam kelubuk hatiku, ternyata, ini adalah kisah cinta yang sempurna.Kisah cinta yang tidak pernah ingin untuk aku akhiri. Kisah cinta yang selalu membuat duniaku jatuh-bangun. Kisah cinta yang selalu membuatku jungkir balik hanya karena hangatnya cinta yang ia berikan kepadaku.