Home / Romansa / Dear, Ruby ... / 1 | Dear, Ruby ...

Share

1 | Dear, Ruby ...

Author: GRIZTAA
last update Last Updated: 2021-08-14 15:43:56

Don't forget to press vote and give your comments, thank you.

Bethany Brown

"Kemana kau semalam. Pergi begitu saja dari club." Itu Louis. Ia sahabatku, kami berteman sedari di high school. Dan dia benar, aku memang pergi meninggalkannya di club semalam.

Aku kembali menghisap rokokku, keadaan di smokar masih sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang sudah hadir. Ini masih terlalu pagi, masih ada satu jam setengah untuk memulai mata kuliah pertama. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Remus karena aku malas berbincang dengannya.

"Aku bermain dengan Ronald semalam." Jawabku santai. Sambil menaikkan kakiku keatas bangku taman yang ada didepanku.

"Woah! Apakah dia hebat diranjang?" Tanyanya dengan ketertarikan, aku bisa pastikan dia normal, tapi ia memang ingin tahu seberapa jauh pengalaman bercintaku.

"Ya, lumayan. Tiga puluh delapan menit nonstop, tidak buruk menurutku."

Baru saja Louis akan membuka mulutnya untuk membalas ucapanku, wanita dengan surai cokelat hampir sama seperti milikku bergabung bersama kami, membuat Louis kembali menutup mulutnya rapat.

"Kau tahu, Lucius tidak hebat diranjang." Sapaan yang bagus untuk pagi ini, Gina. Ia meraih Marlboroku, lalu mengambilnya sebatang tanpa permisi. Aku tak perduli, aku punya banyak stock didalam kamarku.

"Kau tahu Alesia?" Tanyanya kepadaku dan Louis.

"Ya, yang wajahnya seperti monyet yucatan." Jawabku santai, bukannya menjawab ucapanku ia malah ikut terbahak bersama Louis. Hei! Apanya yang lucu?

"Ya, itu, monyet yucatan itu mendekati mantanmu, Liam." Aku hanya mengangguk santai. Milik Liam memang besar, tapi mengingat ia hanya mau dipuaskan dan tidak bisa memuaskanku, untuk apa.

Perbincangan kami bertiga terinterupsi karena kehadiran perempuan berkacamata dengan membawa tas yang sangat penuh. Oh, apakah dia ingin berkemah?

"Hei gadis lugu. Bisakah kau pergi dari sini dan mencari tempat lain? Aku tidak bisa berada didekat manusia sepertimu." Tegurku. Ia menatapku dengan ketakutan, tentu saja, siapa yang berani denganku. Senior sekalipun tak ada yang berani mencari masalah denganku.

"Kau dengar dia, pergi." Tambah Gina, dan dengan itu pun gadis itu pergi menjauh dari kami bertiga.

"Itu cukup—kasar." Aku memutarkan kedua mataku ketika mendengar Louis memperingati kami.

"Aku mendesah dihadapanmu pun kau akan berkata itu kasar. Ayolah Louis, kau tahu siapa aku." Jawabku sambil bangkit dan pergi meninggalkan smokar.

Aku harus mengambil buku statistik milikku didalam loker. Aku sangat benci mengingat pagi ini aku disuguhkan dengan statistik. Sialan. Aku bukanlah Brenda yang pandai dalam mata kuliah ini.

Dasar sialan! Kenapa pintu lokerku tidak bisa dibuka!

"Hei, kesulitan?" Aku melirik sinis laki-laki yang baru saja menegurku. Itu David, laki-laki culun yang satu kelas denganku pada mata kuliah statistik

Tunggu sebentar.

"Ah, ya. Aku tidak bisa membuka lokerku. Bisakah kau membantuku?" tanyaku sehalus mungkin. Ia langsung menganggukkan kepalanya, lalu mulai membuka pintu lokerku dengan susah payah. Aku hanya berdiri bersandar pada dindinh, sambil memainkan kuku ku yang aku cat dengan warna tosca.

"Argh!" ia berteriak ketika lokerku sudah berhasil terbuka, dan buku-buku milikku yang berantakan langsung jatuh mengenai kepalanya. Aku langsung mendekatinya, mencari-cari buku yang harus aku ambil untuk mata kuliah berikutnya.

"No. Umm, no, no, no—not this one, hell bitch no! No, no, ah, Statistik!" aku langsung mengambil buku itu. Membiarkan David terbenam didalam buku-buku milikku.

"Ada apa ini!" dan teriakan wanita tua hampir mati itu kembali terdengar.

"Oh halo, Mrs. Grace. David membuat semua buku milikku jatuh berserakan." Jawabku. Ia yang tadinya menatapku kesal, langsung berganti menatap David yang hanya terlihat bingung dan masih mengusap kepalanya yang terkena buku milikku.

"Kau bereskan semua ini David!"

Ya.

Selamat datang dikehidupanku.

*******

"Kau yakin tidak ingin ikut dengan kami?" tanya Louis kepadaku ketika aku tengah menunggu Sean—supirku untuk menjemputku.

"Tidak. Aku sangat yakin. Remus baru saja menghubungiku dan berkata ia akan pergi ke Ohio sore ini. Itu berarti, kau tahu, aku harus ada dirumah." Jawabku.

"Baiklah, sampai bertemu besok." Aku hanya mengangguk, melambaikan tanganku pada mereka.

"Aw!" aku memekik namun tak cukup kencang, ketika seseorang memukul tanganku dengan buku yang ia bawa.

Aku tidak tahu dia siapa, tapi aku tahu ia sekelas denganku pada mata kuliah kualitatif.

"Apa masalahmu, sialan!" tidakkah ia tahu siapa aku?

"Kau membuat temanku terluka, bodoh!" tunggu, seingatku, aku belum melukai siapapun hari ini. Dan bisa dibilang ini adalah hari tenangku karena tidak berulah sama sekali.

"Kau salah orang, bitches! Aku tidak melukai siapapun hari ini!"

"David! Kepalanya terkena bukumu! Umm—itu, itu memang tidak luka! Tapi kau menyakitinya!"

"The fuck you son of a bitch! Itu hanya sebuah buku dasar sialan. You wasting my time! Minggir atau aku akan menghajar wajahmu yang sudah culun itu!" dan setelahnya, ia pergi, dengan wajah yang sangat merah menahan amarah. Apa-apaan, hanya sebuah buku tidak akan membuat orang hilang ingatan, berlebihan!

Aku langsung berjalan kearah Sean yang sudah menungguku di pick up point. Dan setelahnya. Aku hanya bisa mempersiapkan diri akan sandiwara yang akan aku mainkan dirumah nanti.

"Remus!" pekikku sambil memeluknya. Ia tertawa dengan suara khas miliknya lalu membalas pelukanku.

"Jadi, Ohio 'huh?" tanyaku santai. Ia mengangguk sambil mengelus suraiku.

"Ya, hanya lima hari. Ku harap kau tidak membuat kekacauan selama aku berada disana."

"Oh yang benar saja Remus. Aku bahkan tidak pernah melakukan kekacauan." Jawabku namun ia tertawa meremehkan dasar sialan.

"Kau memecahkan kaca spion orang hanya karena ia memarkirkan mobilnya ditempat kau biasa parkir. Tidakkah itu sebuah kekacauan?" dan aku membulatkan mataku setelahnya. Dasar sialan, siapa pihak kampus yang melaporkan ini kepada Remus!

"Dan karena itu kau melarangku untuk membawa mobil lagi kekampus? Remus, aku tak suka jika milikku diganggu! Dan tempat itu adalah tempatku, tidak ada yang boleh memarkirkan mobilnya disitu!" pekikku kesal.

"Ya, aku harus mengambil sikap sebelum kau lebih jauh melakukan kekacauan. Okay, naiklah kekamarmu, aku akan berangkat sekarang."

"Ya, nikmati harimu." Orang tua.

Aku sangat membencinya, demi Tuhan! Aku akan mencari tahu siapa yang melaporkan masalah itu kepada Remus! Dasar pengadu pengecut!

"Oh, apakah kau tahu mobil siapa yang spionnya kau pecahkan?" tanyanya. Aku hanya menggeleng santai. Lagi pula siapa yang perduli, mobil itu jelek dan tua.

"Itu mobil milik salah satu dosen yang mengajarmu. Aku harus mengganti spionnya dengan beberapa dollar agar kau juga tidak dikeluarkan dari kampusmu." Ya, setidaknya ada gunanya juga Remus didalam kehidupanku—selain menjadi orang tua tentunya.

.

.

.

"Ah sial. Kau sangat nikmat." Racau lelaki yang berada diatasku sambil ia terus memompaku yang berada dibawahnya.

Aku hanya mendesah lemah karena nyatanya permainan lelaki yang berada diatasku saat ini sangatlah payah. Aku menemukan lelaki ini disalah satu club yang tadi aku datangi seorang diri karena Louis dan Gina sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

"Ah!" dan lelaki itu tiba pada pelepasannya. Aku langsung mendorong tubuh lelaki itu dari atas tubuhnya. Tanpa basa basi aku langsung bangkit dan memakai lagi pakaianku.

"Hei, kau buru-buru sekali." Tanyanya.

"Kau membuang waktuku. Tidakkah kau bisa memberikan kepuasan yang lebih dari itu? Astaga, kau bermain seperti amatir." Kataku, membuat lelaki itu menatapnya tak percaya. Itu sangat meremehkan tentu saja.

"Tidakkah kau berkata terima kasih saja?"

"For what? Kau bahkan tidak bisa memuaskanku. Dan lagi seharusnya kau yang mengucapkan terima kasih karena yang kulihat, kau yang justru menikmati tubuhku. Oh, tahu begini lebih baik aku bermain sendiri dirumahku!"

"Fuck you bitch!" bukannya marah atau mencaci lelakinya, Aku justru tertawa meremehkan lalu memberikan jari tengahku. Dasar gila.

"Selalu pujian yang sama. Well, fuck yourself you idiot!"

• • • •

To be continued,

Related chapters

  • Dear, Ruby ...   2 | Dear, Ruby ...

    Bethany BrownDan pagi ini aku mengikuti detensi hanya karena meneriaki salah satu profesor kampusku dengan majas sinisme. Berlebihan.Aku harus membereskan semua ini sendirian? Oh c'mon! Kamarku saja tidak pernah sekalipun aku coba untuk bereskan dengan tanganku yang hal—satan! Tanganku kotor!"Dimana kau, ah, tidak. Aku tidak mungkin lupa membawanya. Diman—oh yeah thank god." Aku kembali bernafas lega ketika menemukan hand sanitizer-ku yang terselip didalam tasku. Aku benar-benar akan melaporkan ini kepada Remus! Dia harus tahu kalau anak satu-satunya ini dikenakan detensi yang keterlaluan!Membereskan dan membersihkan gudang komputer. Tidakkah itu berlebihan? Dan jorok tentunya. Walaupun ruangan ini mungkin hanya 2x3 meter, tetap saja bagiku ini m

    Last Updated : 2021-08-14
  • Dear, Ruby ...   3 | Dear, Ruby ...

    Bethany Brown"Dan apa yang ingin kau bicarakan." Tanyaku kepada lelaki ini. Aku terus memerhatikannya yang tengah menarik kursi meja riasku lalu sekarang, ia duduk didepanku. Kenapa dia menatapku seperti itu? Oh ataukah ia baru sadar akan pesonaku?"Kau terlalu banyak membuat masalah Nona Brown." Awalan yang baik sialan. Tidakkah ia bisa mencari kata lain untuk membuka pembicaraan ini?"Kurasa, masalah, adalah nama tengahku. Dan tolong, panggil aku Bethany, kurasa namaku tidak sulit untuk diucapkan.""Kita akan mulai membicarakan tentang masalah yang baru saja kau buat hari ini." Memangnya apa yang dia tahu tentangku."Tuan—siapa namamu? Okay baiklah, Tuan Kaku, aku tidak membuat masalah, apapun, hari ini.""Bagaimana dengan merokok didalam gudang disaat kau dikenakan detensi? Menyuruh dua sahabatmu untuk memb

    Last Updated : 2021-08-14
  • Dear, Ruby ...   4 | Dear, Ruby ...

    Bethany's POV"APA YANG KAU LAKUKAN!" dan aku menaiki oktaf suaraku karena ulahnya! Dia membangunkanku dengan cara yang keterlaluan. Oh Tuhan untung saja aku bisa berenang. Tapi itu bukan masalah utamanya—INI DINGIN!Dia melemparku kedalam kolam renang memang sialan!"Membangunkanmu, tentu. Atau, should i clean you up?""Ini masih pukul delapan pagi!""Delapan lebih dua menit tiga puluh tiga detik, lebih tepatnya. Kau lupa tentang kata, disiplin, Beth?" dia berjongkok ditepi kolam renang, berbicara sangat santai sambil ia tersenyum polos. Aku benar-benar akan menonjok wajahnya itu!"Masih ada dua jam lagi untuk siapapun itu membuka kunci gerbang utama Columbia University!"

    Last Updated : 2021-09-01
  • Dear, Ruby ...   P R O L O G U E

    Bethany BrownI am, Bethany Brown..Dan untuk yang kesekian kalinya, aku kembali memujanya. Semua tentangnya, baik fisik maupun nuraninya yang terlalu sempurna.Aku pikir, ketika aku bertemu dengannya dulu, kisah cintaku akan sama seperti kisah cintaku sebelum-sebelumnya. Yang kekanakkan, egois, singkat dan hanya tentang nafsu belaka.Tapi, ketika aku lebih mengenalnya dan rasa cintaku untuknya masuk lebih dalam kelubuk hatiku, ternyata, ini adalah kisah cinta yang sempurna.Kisah cinta yang tidak pernah ingin untuk aku akhiri. Kisah cinta yang selalu membuat duniaku jatuh-bangun. Kisah cinta yang selalu membuatku jungkir balik hanya karena hangatnya cinta yang ia berikan kepadaku.

    Last Updated : 2021-08-14

Latest chapter

  • Dear, Ruby ...   4 | Dear, Ruby ...

    Bethany's POV"APA YANG KAU LAKUKAN!" dan aku menaiki oktaf suaraku karena ulahnya! Dia membangunkanku dengan cara yang keterlaluan. Oh Tuhan untung saja aku bisa berenang. Tapi itu bukan masalah utamanya—INI DINGIN!Dia melemparku kedalam kolam renang memang sialan!"Membangunkanmu, tentu. Atau, should i clean you up?""Ini masih pukul delapan pagi!""Delapan lebih dua menit tiga puluh tiga detik, lebih tepatnya. Kau lupa tentang kata, disiplin, Beth?" dia berjongkok ditepi kolam renang, berbicara sangat santai sambil ia tersenyum polos. Aku benar-benar akan menonjok wajahnya itu!"Masih ada dua jam lagi untuk siapapun itu membuka kunci gerbang utama Columbia University!"

  • Dear, Ruby ...   3 | Dear, Ruby ...

    Bethany Brown"Dan apa yang ingin kau bicarakan." Tanyaku kepada lelaki ini. Aku terus memerhatikannya yang tengah menarik kursi meja riasku lalu sekarang, ia duduk didepanku. Kenapa dia menatapku seperti itu? Oh ataukah ia baru sadar akan pesonaku?"Kau terlalu banyak membuat masalah Nona Brown." Awalan yang baik sialan. Tidakkah ia bisa mencari kata lain untuk membuka pembicaraan ini?"Kurasa, masalah, adalah nama tengahku. Dan tolong, panggil aku Bethany, kurasa namaku tidak sulit untuk diucapkan.""Kita akan mulai membicarakan tentang masalah yang baru saja kau buat hari ini." Memangnya apa yang dia tahu tentangku."Tuan—siapa namamu? Okay baiklah, Tuan Kaku, aku tidak membuat masalah, apapun, hari ini.""Bagaimana dengan merokok didalam gudang disaat kau dikenakan detensi? Menyuruh dua sahabatmu untuk memb

  • Dear, Ruby ...   2 | Dear, Ruby ...

    Bethany BrownDan pagi ini aku mengikuti detensi hanya karena meneriaki salah satu profesor kampusku dengan majas sinisme. Berlebihan.Aku harus membereskan semua ini sendirian? Oh c'mon! Kamarku saja tidak pernah sekalipun aku coba untuk bereskan dengan tanganku yang hal—satan! Tanganku kotor!"Dimana kau, ah, tidak. Aku tidak mungkin lupa membawanya. Diman—oh yeah thank god." Aku kembali bernafas lega ketika menemukan hand sanitizer-ku yang terselip didalam tasku. Aku benar-benar akan melaporkan ini kepada Remus! Dia harus tahu kalau anak satu-satunya ini dikenakan detensi yang keterlaluan!Membereskan dan membersihkan gudang komputer. Tidakkah itu berlebihan? Dan jorok tentunya. Walaupun ruangan ini mungkin hanya 2x3 meter, tetap saja bagiku ini m

  • Dear, Ruby ...   1 | Dear, Ruby ...

    Don't forget to press vote and give your comments, thank you.Bethany Brown"Kemana kau semalam. Pergi begitu saja dari club." Itu Louis. Ia sahabatku, kami berteman sedari di high school. Dan dia benar, aku memang pergi meninggalkannya di club semalam.Aku kembali menghisap rokokku, keadaan di smokar masih sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang sudah hadir. Ini masih terlalu pagi, masih ada satu jam setengah untuk memulai mata kuliah pertama. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari Remus karena aku malas berbincang dengannya."Aku bermain dengan Ronald semalam." Jawabku santai. Sambil menaikkan kakiku keatas bangku taman yang ada didepanku."Woah! Apakah dia hebat diranjang?" Tanyanya dengan ketertarikan, aku bisa pastikan dia norma

  • Dear, Ruby ...   P R O L O G U E

    Bethany BrownI am, Bethany Brown..Dan untuk yang kesekian kalinya, aku kembali memujanya. Semua tentangnya, baik fisik maupun nuraninya yang terlalu sempurna.Aku pikir, ketika aku bertemu dengannya dulu, kisah cintaku akan sama seperti kisah cintaku sebelum-sebelumnya. Yang kekanakkan, egois, singkat dan hanya tentang nafsu belaka.Tapi, ketika aku lebih mengenalnya dan rasa cintaku untuknya masuk lebih dalam kelubuk hatiku, ternyata, ini adalah kisah cinta yang sempurna.Kisah cinta yang tidak pernah ingin untuk aku akhiri. Kisah cinta yang selalu membuat duniaku jatuh-bangun. Kisah cinta yang selalu membuatku jungkir balik hanya karena hangatnya cinta yang ia berikan kepadaku.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status