Hari ini tepat seminggu Darla menjadi kekasih Dean, atau lebih tepatnya mungkin dipaksa menjadi kekasih Dean.
Darla tidak menyangkal, dia mulai merasa nyaman dengan sosok Dean. Ya, meskipun cowok itu memiliki sifat posesif yang tinggi.
Selama satu minggu ini, keseharian Darla dipenuhi aturan dari manusia posesif bernama Dean. Darla tidak boleh berdekatan dengan cowok lain, jika Darla ingin pergi kemanapun harus dengan seizin Dean, bahkan makanan Darla pun sekarang harus diawasi Dean.
Dean dan sikap pemaksanya.
Hari ini, Dean mengajak Darla untuk makan di kantin saat jam istirahat. Selama satu minggu terakhir ini mereka memang selalu makan di rooftop saat jam istirahat.
Alasannya, Dean ingin menyembunyikan Darla dari para sahabatnya yang terus memaksa ingin berkenalan dengan Darla. Dan, setelah bosan dipaksa, akhirnya hari ini Dean akan memperkenalkan Darla pada ketiga sahabatnya.
Saat ini mereka sudah berkumpul di meja kantin. Darla juga mengajak Marissa dan Qiana untuk ikut berkumpul dengan Dean, Fergie, Galvin, dan Nielson.
"Astaga Ibu negara manis banget sih. Gue jadi pengen meluk." celetuk Fergie dengan senyum jahilnya.
Dean menatap tajam Fergie, rahangnya mengeras karena emosi, "Lo udah bosen hidup?" sarkasnya pada Fergie.
Pertanyaan Dean itu membuat Fergie gelagapan. Cowok dengan bibir tebal itu menggeleng cepat, "Enggak bos, becanda gue!" jawabnya.
Galvin tertawa melihat raut ketakutan Fergie. Sudah tahu Dean sangat sensitif jika menyangkut Darla, masih saja berani untuk menggoda bosnya itu.
"Eh iya, dua cewek cantik ini siapa namanya? Diem aja dari tadi." tanya Galvin melirik Marissa dan Qiana.
"Gue Marissa."
"Gue Qiana, kak."
"Ternyata temen ceweknya Pak Bos juga cantik-cantik ya. Boleh dong abang minta instagramnya?" goda Fergie si manusia buaya.
"Dasar playboy!" ujar Galvin, tangannya menoyor kepala Fergie. Membuat playboy itu mendengus.
"Pesen makan." celetuk Nielson dengan datar.
"Eh iya kelupaan, kalian mau pesen apa nih? Hari ini Dean yang traktir. Ya gak, Bos?" Dean hanya menjawab pertanyaan Galvin dengan gumaman, pertanda dia setuju.
"Gue ramen level 5 ya, kak." pesan Marissa semangat.
"Gue samain kayak Marissa, kak." sambung Qiana.
"Beef steak." ujar Nielson singkat.
"Aku mau ramen jug-"
"Nasi goreng dua." Dean langsung memotong ucapan Darla.
"Kak! Aku mau ramen ih!"
Dean berusaha agar tidak luluh melihat Darla, "Gak."
"Ih, aku udah lama gak makan pedes, kak." rengek Darla.
Dean hanya menatap datar pada Darla, "Makan pedes gak sehat."
"Udahlah Bu Bos, nurut aja. Gue pesenin sekarang ya. Minumnya air mineral semua aja ya, biar gak ribet." semuanya mengangguki ucapan Galvin itu.
Lalu, Galvin menarik Fergie untuk menemaninya memesan pesanan mereka. Fergie mendengus malas, tapi tidak menolak.
"Dar, ini cowok lo sama temennya serem banget. Aura mereka dingin banget." bisik Marissa yang duduk di samping Darla. Dia berbisik sangat pelan, takut Dean dan Nielson dapat mendengar ucapannya.
"Mereka emang gitu, Sa. Kamu gak usah takut." jawab Darla ikut berbisik. Qiana hanya menatap mereka heran, ingin tahu apa yang menjadi perbincangan Darla dan Marissa.
Darla menoleh pada Dean saat merasa usapan lembut di punggung tangannya. Ternyata Galvin dan Fergie sudah kembali dengan nampan di masing-masing tangan mereka.
"MAKANAN DATANG!" seru Galvin.
Nielson memandang jengah Galvin, "Berisik!" desisnya kesal. Galvin hanya terkekeh mendengarnya.
"Makan. Mau gue suapin?" Darla langsung menggeleng, menolak tawaran Dean itu.
"Aku makan sendiri aja." jawab Darla.
"Qiana, mau gak disuapin gue?" tanya Fergie dengan kerlingan jahil.
"Jangan mau, Qi. Kak Fergie itu fuckboy jahannam." ujar Marissa.
Galvin tertawa puas mendengar julukan Marissa untuk Fergie, "Jahannam gak tuh, Fer."
"Sialan." umpat Fergie.
"Kelakuan lo emang jahannam." ujar Nielson datar.
Fergie memegang dadanya dramatis, "Buset si kulkas kedua, sekalinya ngomong suka nyelekit."
Sedangkan Dean dan Darla, mereka berdua sibuk menikmati makanan mereka dalam diam. Dean melirik Darla, keningnya mengernyit melihat bibir Darla yang sedikit berminyak saat memakan nasi goreng.
Cowok itu mengambil tisu yang tersedia di meja mereka, lalu dia mengusap bibir Darla dengan tisu itu.
"Bibir manis lo sedikit berminyak." ujarnya. Darla menunduk malu diperlakukan seperti ini. Belum lagi Fergie dan Galvin yang langsung bersiul menggoda.
"Aduh, hargai kita semua yang jomblo dong." ucap Qiana.
"Gue uwuphobia, anjir!" lanjut Marissa.
"Si bos gemes banget sih kalau udah bucin." gemas Galvin.
Nielson hanya menatap Dean dan Darla dengan senyum tipis.
"Kak, lain kali jangan gini. Aku malu." cicit Darla dengan kepala yanh tetap menunduk.
"Hm? Kenapa malu? Lo cewek gue, wajar dong kalau gue perhatian sama lo?" tanya Dean bingung.
Qiana dan Marissa menggigit bibir menahan gemas. Melihat pipi Darla yang semakin blushing membuat mereka bertambah gemas.
Tiba-tiba, Fergie mengajukan pertanyaan yang membuat mereka semua terdiam, "Eh bentar, tadi Dean bilang bibirnya Darla manis. Bos, lo udah nyoba bibirnya berarti?"
ā” || ā” || ā”
Saat ini, Darla sedang berada di mobil Dean. Cowok yang berstatus kekasihnya itu ingin mengajaknya berkunjung ke mansion Gevariel.
Awalnya Darla menolak dengan alasan belum siap. Tapi Dean meyakinkannya bahwa ibunya pasti menyukai dirinya.
Dean menoleh kearah Darla yang tampak gelisah, "Lo gak usah gugup. Bunda gue gak gigit, lagian siapa sih yang bakal gak suka sama cewek semanis lo?"
Perkataan Dean lagi dan lagi membuat pipi Darla memerah. Oh, jangan lupakan jantungnya yang ikut berdebar kencang.
Semenjak menjadi kekasih Dean, cewek keturunan Amerika itu menjadi sering blushing akibat ulah manis cowok dingin itu.
"Yuk, kita sampai."
Karna terlalu sibuk melamun, Darla sampai tidak sadar mobil yang dikendarai Dean ini berhenti.
Darla turun dengan perasaan gugup. Tangannya saling bertaut. Lalu, Dean meraih tangan mungilnya. Dean menggenggam tangan Darla, membuat tangan mungil cewek itu tenggelam dalam kungkungan jemarinya.
"Tenang. Okay?" Darla mengangguki perkataan Dean.
"Loh, Dean?"
Seorang wanita paruh baya yang tampak anggun keluar dari mansion mewah Gevariel. Darla yakin wanita yang masih tampak cantik di usianya ini adalah Nyonya Gevariel.
Dean menyalimi Auri, diikuti oleh Darla, "Bun, ini Darla. Pacar aku."
"Oh my godness, princess. You look so pretty." pekik Auri sambil memeluk Darla.
"Makasih, Tante. Tante juga cantik." balas Darla tersenyum manis. Dirinya merasa lega Auri menyukainya.
"Panggilnya Bunda aja dong. Ayok masuk." Auri merangkul Darla untuk memasuki mansion. Dean mendengus kesal karna Auri memonopoli gadisnya.
Saat memasuki mansion, Darla dibuat kagum dengan interior mansion ini yang bertema klasik, tampak sangat elegan. Keluarga Gevariel memang tidak main-main dalam semua hal.
"Dean kamu ganti baju dulu sana, biar Darla sama Bunda aja." perintah Auri yang dituruti Dean dengan pasrah.
"You wanna drink, princess? Bunda suruh maid ambilin, ya." tawar Auri.
"Enggak usah, Bunda. Darla takut ngerepotin." tolak Darla merasa tidak enak.
"Don't said that. Gak ngerepotin sama sekali kok." lalu Auri menyuruh seorang maid untuk membawakan orange juice dan beberapa snack.
Tak lama, Dean turun dengan buru-buru, "Bun, aku dipanggil Ayah di kantor. Disuruh nemenin meeting."
Dean memang sering membantu Ayahnya di kantor. Untuk latihan saat nanti dia sudah menjadi penerus Gevariel Corp.
"Okay. Hati-hati, ya." jawab Auri.
"Lo sama Bunda dulu ya? Gue udah izin ke Mami kok. Nanti pulangnya gue anter." Darla mengangguk.
"Iya, Kak. Aku juga masih mau ngobrol sama Bunda." balasnya.
Auri tersenyum lembut. Darla sangat manis. Beruntungnya Serly memiliki putri seperti Darla.
Saat menyalimi Auri, Dean berbisik di telinga Bundanya, "Bun, jangan bahas hal aneh-aneh sama Darla ya. Jangan bongkar aib aku."
Auri terkekeh geli mendengarnya, membuat Darla mengernyit penasaran.
"Lo jangan lupa makan siang. Kalau sampai Bunda laporan lo gak makan siang, gue hukum lo." ancam Dean.
Darla mengangguk, "Iya. Aku pasti makan, Kak."
Dean pun pergi meninggalkan mansion. Setelah Dean benar-benar menghilang, Auri menepuk bahu Darla.
"Tau gak? Tadi Dean bilang sama Bunda, katanya Bunda gak boleh sebar aib dia sama kamu."
"Masa sih, Bun?"
"Iya. Tapi, Bunda mau ceritain masa kecil Dean ke kamu."
"Boleh, Bun. Darla juga penasaran." jawab Darla terkikik geli.
"But, please keep it under wraps ya!" peringat Auri.
"Okay!"
"Kita cerita sambil lunch ya. Bisa keluar tanduk anak Bunda kalau kamu gak makan." ujar Auri.
Auri pun mencerikan bagaimana masa kecil Dean si cowok es itu. Membuat Darla melongo tidak percaya saat mendengarnya.
Hari ini adalah Minggu, waktu untuk netflix and chill bagi Darla. Saat ini saja Darla sangat fokus menatap layar Macbook dihadapannya yang menampilkan series Riverdale, series favorit Darla.Saat sedang fokus menonton, ponsel miliknya berbunyi. Menandakan sebuah notifikasi pesan dari aplikasi hijau berlogo gagang telepon. Lalu, Darla meraih Iphone miliknya yang dia simpan di nakas.Mr. Possessive šSiap"Bntr lg gue jmpt.Pesan dari Dean itu membuat Darla langsung bangkit dari kegiatan rebahannya. Dean menyuruhnya bersiap, sedangkan Darla bahkan belum mandi. Cewek pendiam itu memang memiliki kebiasaan mandi saat siang hari jika weekend.Kemana kak?Setelah membalas pesan Dean, cewek itu langsung mematikan Macbook-nya. Tak lama, b
"CIEE! YANG KEMARIN NGEDATE NIH! GIMANA? LANCAR?" teriak Marissa heboh saat melihat Darla memasuki kelas.Teriakan Marissa tersebut menarik seluruh atensi murid yang berada di kelasnya. Membuat Darla meringis malu saat melihatnya."Aduh, pelan-pelan aja, Ris. Kan malu jadinya diperhatiin sama satu kelas." gerutu Darla saat sudah berada di hadapan Marissa.Marissa hanya terkekeh. Dia menyedot susu kotak yang sedari tadi dia pegang. Selain pecinta Shawn Mendes, cewek itu juga sangat menyukasi susu kotak."Qia mana, Ris? Kok belum kelihatan?" tanya Darla saat menyadari teman sebangkunya itu tidak ada. Sedangkan Marissa, dia duduk di belakangnya bersama cewek bernama Fenty."Qia izin gak masuk. Dia mau pergi sama keluarganya, ada acara mendadak gitu katanya." jelas Marissa yang direspon anggukan oleh Darla.Marissa menepuk bahu Darla, "Heh! Pertanyaan gue belum lo jawab. Giman
"Makasih ya udah nyanyi buat aku semalem, Kak." ucap Darla pada Dean yang saat ini sedang menyuapinya.Mereka berdua sedang menghabiskan waktu istirahat sekolah di rooftoop. Dean bilang jika dia merindukan waktu berduanya dengan Darla di rooftoop sekolah mereka ini."Lo seneng denger suara nyanyi gue?" tanya Dean."Suka banget! Suara Kak Dean bagus banget, hehe." jawab Darla dengan cengiran lucunya."Gue bakal sering nyanyi kalau gitu. Apapun yang bikin lo bahagia, gue bakal sering lakuin itu." Dean mengatakan kalimat itu dengan ekspresi datas andalannya."Aku gak mau wortelnya, Kak." ujar Darla saat melihat Dean menyendokan potongan wortel untuknya.Dean berdecak, "Wortel bagus buat kesehatan, Dar. Makan!"Akhirnya pun Darla pasrah menerima suapan dari Dean. Dirinya sedikit merasa badmood karena entah kenapa tidak ada satu orang
"Kak, jangan marah dong!" bujuk Darla pada Dean yang saat ini mendiaminya.Cowok dingin itu memang mendiaminya sejak satu jam lalu. Hal itu dikarenakan rasa cemburu Dean saat melihat Darla berbincang dengan seorang cowok yang merupakan teman satu kelompok Darla."Aku sekelompok sama Ardan itu dipilih sama Pak Roni. Itu bukan kemauan aku, Kak." jelas Darla prustasi."Gak usah sebut nama cowok itu! Lo suka sama dia? Terus aja bela dia." ujar Dean ketus."Astaga, aku gak suka sama dia. Aku juga gak belain dia. Aku cuma jelasin apa yang sebenernya.""Lo bisa nolak buat satu kelompok sama dia. Gue kan udah bilang, gue gak suka lo deket-deket sama cowok lain." balas Dean tak mau kalah.Darla menghela nafas lelah, "Kak? Ya masa aku nolak, nanti yang ada aku malah dimarahin sama Pak Roni.""Kalau dia emang berani marahin lo, bilang aja sama gue."
Darla berjalan menyusuri koridor Moonlight Highschool yang masih terlihat lenggang. Hanya terlihat beberapa murid rajin yang memang hobby untuk datang pagi. Dan, Darla memang termasuk ke dalam golongan murid rajin tersebut.Darla, cewek chubby tersebut memang selalu datang awal ke sekolah. Entah apa alasannya. Kadang dia membeli sarapan -sepotong sandwich- di kafetaria sekolah atau hanya duduk manis di kelas, membaca novel sembari menunggu kedua sahabatnya datang.Pagi ini Darla berencana membaca novel di taman belakang sekolahnya, suatu hal yang belum pernah Darla lakukan. Cewek itu memeluk sebuah novel sambil berjalan di koridor yang akan membawanya ke taman belakang. Entah hanya perasaannya saja, tapi Darla merasa seseorang menguntitnya di koridor ini. Mencoba menoleh ke belakang, tapi Darla tidak menemukan seorang pun disana. Berusaha tidak menghiraukan, Darla melanjutkan langkahnya.Darla duduk di se
"Aduh! Gara-gara Marissa sama Qia, aku jadi penasaran kan sama Kak Dean." Darla menggerutu pelan, matanya tak lepas dari laptop di hadapannya yang menampilkan informasi tentang keluarga Gevariel."Keluarga Gevariel merupakan keluarga konglomerat nomer 1 di Asia. Tuan Rayden Gevariel dan Nyonya Auri Gevariel memiliki seorang putra bernama Dean Alston Gevariel. Kekayaan keluarga Gevariel saat ini diperkirakan sebesar $22.3 B." itulah yang tertulis di salah satu artikel yang Darla baca.Ingin tahu reaksi Darla setelah membaca artikel tersebut? Mulutnya terbuka lebar dengan mata yang membulat sempurna. Awalnya dia penasaran dengan alasan Dean bisa seterkenal itu. Bukan hanya Dean, bahkan seantero sekolah mengenal keluarga Gevariel. Mereka selalu mengagung-agungkan keluarga tersebut. Dia tidak tahu kalau keputusannya untuk menggali informasi tentang Dean akan membuatnya terkejut.Di artikel ini disebutkan bahwa keluarg
Berita tentang Dean dan Darla yang berangkat bersama sukses menggemparkan Moonlight Highschool pagi ini.Bagaimana tidak? Seorang Dean Alston Gevariel yang dikenal dingin dan tak tersentuh tiba-tiba keluar dari mobilnya bersama Darla. Bahkan tangan kekar Dean bertengger manis di pinggang ramping Darla. Membuat para murid Moonlight Highschool semakin menjerit heboh."DEAN GANTENG BANGET ASTAGA!""Ih, itu kok Dean sama Darla?""Mereka pacaran?""AAAA POTEK HATI GUE!""Kak Dean kok mau sih sama dia?""Cantikan gue kali sama Darla. Cewek jelek itu pasti kegatelan sama Dean."Ucapan terakhir itu membuat Dean menghentikan langkahnya, Darla yang berada di rangkulannya pun menjadi ikut berhenti.Dean mendekati seorang siswi yang tadi berani menghina gadisnya. Cowok dengan aura
"Kak, jangan marah dong!" bujuk Darla pada Dean yang saat ini mendiaminya.Cowok dingin itu memang mendiaminya sejak satu jam lalu. Hal itu dikarenakan rasa cemburu Dean saat melihat Darla berbincang dengan seorang cowok yang merupakan teman satu kelompok Darla."Aku sekelompok sama Ardan itu dipilih sama Pak Roni. Itu bukan kemauan aku, Kak." jelas Darla prustasi."Gak usah sebut nama cowok itu! Lo suka sama dia? Terus aja bela dia." ujar Dean ketus."Astaga, aku gak suka sama dia. Aku juga gak belain dia. Aku cuma jelasin apa yang sebenernya.""Lo bisa nolak buat satu kelompok sama dia. Gue kan udah bilang, gue gak suka lo deket-deket sama cowok lain." balas Dean tak mau kalah.Darla menghela nafas lelah, "Kak? Ya masa aku nolak, nanti yang ada aku malah dimarahin sama Pak Roni.""Kalau dia emang berani marahin lo, bilang aja sama gue."
"Makasih ya udah nyanyi buat aku semalem, Kak." ucap Darla pada Dean yang saat ini sedang menyuapinya.Mereka berdua sedang menghabiskan waktu istirahat sekolah di rooftoop. Dean bilang jika dia merindukan waktu berduanya dengan Darla di rooftoop sekolah mereka ini."Lo seneng denger suara nyanyi gue?" tanya Dean."Suka banget! Suara Kak Dean bagus banget, hehe." jawab Darla dengan cengiran lucunya."Gue bakal sering nyanyi kalau gitu. Apapun yang bikin lo bahagia, gue bakal sering lakuin itu." Dean mengatakan kalimat itu dengan ekspresi datas andalannya."Aku gak mau wortelnya, Kak." ujar Darla saat melihat Dean menyendokan potongan wortel untuknya.Dean berdecak, "Wortel bagus buat kesehatan, Dar. Makan!"Akhirnya pun Darla pasrah menerima suapan dari Dean. Dirinya sedikit merasa badmood karena entah kenapa tidak ada satu orang
"CIEE! YANG KEMARIN NGEDATE NIH! GIMANA? LANCAR?" teriak Marissa heboh saat melihat Darla memasuki kelas.Teriakan Marissa tersebut menarik seluruh atensi murid yang berada di kelasnya. Membuat Darla meringis malu saat melihatnya."Aduh, pelan-pelan aja, Ris. Kan malu jadinya diperhatiin sama satu kelas." gerutu Darla saat sudah berada di hadapan Marissa.Marissa hanya terkekeh. Dia menyedot susu kotak yang sedari tadi dia pegang. Selain pecinta Shawn Mendes, cewek itu juga sangat menyukasi susu kotak."Qia mana, Ris? Kok belum kelihatan?" tanya Darla saat menyadari teman sebangkunya itu tidak ada. Sedangkan Marissa, dia duduk di belakangnya bersama cewek bernama Fenty."Qia izin gak masuk. Dia mau pergi sama keluarganya, ada acara mendadak gitu katanya." jelas Marissa yang direspon anggukan oleh Darla.Marissa menepuk bahu Darla, "Heh! Pertanyaan gue belum lo jawab. Giman
Hari ini adalah Minggu, waktu untuk netflix and chill bagi Darla. Saat ini saja Darla sangat fokus menatap layar Macbook dihadapannya yang menampilkan series Riverdale, series favorit Darla.Saat sedang fokus menonton, ponsel miliknya berbunyi. Menandakan sebuah notifikasi pesan dari aplikasi hijau berlogo gagang telepon. Lalu, Darla meraih Iphone miliknya yang dia simpan di nakas.Mr. Possessive šSiap"Bntr lg gue jmpt.Pesan dari Dean itu membuat Darla langsung bangkit dari kegiatan rebahannya. Dean menyuruhnya bersiap, sedangkan Darla bahkan belum mandi. Cewek pendiam itu memang memiliki kebiasaan mandi saat siang hari jika weekend.Kemana kak?Setelah membalas pesan Dean, cewek itu langsung mematikan Macbook-nya. Tak lama, b
Hari ini tepat seminggu Darla menjadi kekasih Dean, atau lebih tepatnya mungkin dipaksa menjadi kekasih Dean.Darla tidak menyangkal, dia mulai merasa nyaman dengan sosok Dean. Ya, meskipun cowok itu memiliki sifat posesif yang tinggi.Selama satu minggu ini, keseharian Darla dipenuhi aturan dari manusia posesif bernama Dean. Darla tidak boleh berdekatan dengan cowok lain, jika Darla ingin pergi kemanapun harus dengan seizin Dean, bahkan makanan Darla pun sekarang harus diawasi Dean.Dean dan sikap pemaksanya.Hari ini, Dean mengajak Darla untuk makan di kantin saat jam istirahat. Selama satu minggu terakhir ini mereka memang selalu makan di rooftop saat jam istirahat.Alasannya, Dean ingin menyembunyikan Darla dari para sahabatnya yang terus memaksa ingin berkenalan dengan Darla. Dan, setelah bosan dipaksa, akhirnya hari ini Dean akan memperkenalkan Darla pada ketiga sah
Berita tentang Dean dan Darla yang berangkat bersama sukses menggemparkan Moonlight Highschool pagi ini.Bagaimana tidak? Seorang Dean Alston Gevariel yang dikenal dingin dan tak tersentuh tiba-tiba keluar dari mobilnya bersama Darla. Bahkan tangan kekar Dean bertengger manis di pinggang ramping Darla. Membuat para murid Moonlight Highschool semakin menjerit heboh."DEAN GANTENG BANGET ASTAGA!""Ih, itu kok Dean sama Darla?""Mereka pacaran?""AAAA POTEK HATI GUE!""Kak Dean kok mau sih sama dia?""Cantikan gue kali sama Darla. Cewek jelek itu pasti kegatelan sama Dean."Ucapan terakhir itu membuat Dean menghentikan langkahnya, Darla yang berada di rangkulannya pun menjadi ikut berhenti.Dean mendekati seorang siswi yang tadi berani menghina gadisnya. Cowok dengan aura
"Aduh! Gara-gara Marissa sama Qia, aku jadi penasaran kan sama Kak Dean." Darla menggerutu pelan, matanya tak lepas dari laptop di hadapannya yang menampilkan informasi tentang keluarga Gevariel."Keluarga Gevariel merupakan keluarga konglomerat nomer 1 di Asia. Tuan Rayden Gevariel dan Nyonya Auri Gevariel memiliki seorang putra bernama Dean Alston Gevariel. Kekayaan keluarga Gevariel saat ini diperkirakan sebesar $22.3 B." itulah yang tertulis di salah satu artikel yang Darla baca.Ingin tahu reaksi Darla setelah membaca artikel tersebut? Mulutnya terbuka lebar dengan mata yang membulat sempurna. Awalnya dia penasaran dengan alasan Dean bisa seterkenal itu. Bukan hanya Dean, bahkan seantero sekolah mengenal keluarga Gevariel. Mereka selalu mengagung-agungkan keluarga tersebut. Dia tidak tahu kalau keputusannya untuk menggali informasi tentang Dean akan membuatnya terkejut.Di artikel ini disebutkan bahwa keluarg
Darla berjalan menyusuri koridor Moonlight Highschool yang masih terlihat lenggang. Hanya terlihat beberapa murid rajin yang memang hobby untuk datang pagi. Dan, Darla memang termasuk ke dalam golongan murid rajin tersebut.Darla, cewek chubby tersebut memang selalu datang awal ke sekolah. Entah apa alasannya. Kadang dia membeli sarapan -sepotong sandwich- di kafetaria sekolah atau hanya duduk manis di kelas, membaca novel sembari menunggu kedua sahabatnya datang.Pagi ini Darla berencana membaca novel di taman belakang sekolahnya, suatu hal yang belum pernah Darla lakukan. Cewek itu memeluk sebuah novel sambil berjalan di koridor yang akan membawanya ke taman belakang. Entah hanya perasaannya saja, tapi Darla merasa seseorang menguntitnya di koridor ini. Mencoba menoleh ke belakang, tapi Darla tidak menemukan seorang pun disana. Berusaha tidak menghiraukan, Darla melanjutkan langkahnya.Darla duduk di se