Berita tentang Dean dan Darla yang berangkat bersama sukses menggemparkan Moonlight Highschool pagi ini.
Bagaimana tidak? Seorang Dean Alston Gevariel yang dikenal dingin dan tak tersentuh tiba-tiba keluar dari mobilnya bersama Darla. Bahkan tangan kekar Dean bertengger manis di pinggang ramping Darla. Membuat para murid Moonlight Highschool semakin menjerit heboh.
"DEAN GANTENG BANGET ASTAGA!"
"Ih, itu kok Dean sama Darla?"
"Mereka pacaran?"
"AAAA POTEK HATI GUE!"
"Kak Dean kok mau sih sama dia?"
"Cantikan gue kali sama Darla. Cewek jelek itu pasti kegatelan sama Dean."
Ucapan terakhir itu membuat Dean menghentikan langkahnya, Darla yang berada di rangkulannya pun menjadi ikut berhenti.
Dean mendekati seorang siswi yang tadi berani menghina gadisnya. Cowok dengan aura dingin itu membuat semua siswa-siswi menahan nafas ketakutan. Rahangnya yang mengetat menambah kesan menakutkan. Namun, hal itu semakin meningkatkan ketampanannya.
PLAK!
Dean menampar siswi dengan seragam ketat itu. Emosinya meningkat saat mengingat perkataan cewek ini yang dengan beraninya menghina Darla.
"Lo pikir lo siapa? Derajat lo sama cewek gue jauh beda. She's a princess, and you're a bitch. Don't you dare to saying something bad about her."
"Gue gak peduli lo perempuan. Sekali aja gue denger ada yang hina Darla, gue gak bakalan segan buat habisin orang itu." lanjut Dean berdesis.
Siswi bernama Anne itu hanya bisa menunduk ketakutan. Pipinya berdarah, bahkan mungkin robek akibat tamparan keras dari Dean tadi.
Semua orang dibuat gemetar mendengar perkataan seorang putra Gevariel yang tidak pernah main-main.
Sedangkan Darla, cewek manis itu hanya diam mematung. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia pun takut melihat sikap Dean yang seperti ini.
Sampai Dean berdiri di hadapannya pun, Darla hanya bisa diam. Sebelum usapan lembut Dean di pipinya membuat dia tersadar.
"Are you scared? Lo gak usah takut. Gue gak bakal ngelakuin hal kayak tadi sama orang kesayangan gue." ujar Dean menatap lenbut gadisnya.
Tangannya kembali melingkar pada pinggang Darla, "Ayok, gue anter lo sampai kelas."
Mereka pun berjalan meninggalkan koridor. Meninggalkan seluruh murid di koridor itu dengan rasa terkejut mereka.
Setelah sampai di depan kelas Darla -10 Social 2-, barulah Dean melepaskan lilitannya pada pinggang Darla. Cowok itu mengusap pipi Darla, merapihkan poni cewek itu yang sedikit berantakan.
"Belajar yang bener. Nanti istirahat jangan kemana-mana sebelum gue jemput." ucap Dean yang mau tidak mau diangguki Darla.
"Kakak pergi gih ke kelas. Aku masuk dulu ya." setelah mengatakan itu, Darla meninggalkan Dean menuju bangkunya.
Kelas masih sepi, bahkan kedua sahabatnya pun belum datang. Darla sangat yakin jika sahabtnya sudah datang dan mengetahui kejadian pagi ini, mereka pasti akan heboh meminta penjelasan Darla.
Setelah memastikan gadisnya duduk dengan aman, barulah dia pergi menuju kelasnya. Tatapan teduh saat dia menatap Darla hilang seketika, digantikan dengan sorot dingin saat dia berjalan di koridor.
♡ || ♡ || ♡
"Wih, bos kita udah muncul nih. Gimana bos ngebucinnya?" tanya Fergie -sahabat Dean- saat cowok itu baru memasuki kelasnya.
"Cowok dingin bisa bucin juga ya, mana gemes banget bucinnya." lanjut Galvin, yang juga merupakan sahabat Dean.
"Bacot lo semua!" balas Dean.
Dean memiliki tiga orang sahabat. Fergie, Galvin, dan Nielson. Diantara mereka berempat, Fergie dan Galvin lah yang memiliki tingkah konyol dan petakilan. Sedangkan Dean dan Nielson memiliki sifat yang sama, yaitu dingin.
Saat ini saja, disaat Fergie dan Galvin heboh mengenai kebucinan Dean, Nielson hanya duduk diam sambil bermain handphone.
"Bos, kenalin dong kita sama si ibu bos. Kita kan juga pengen kenal." celetuk Galvin.
"Iya nih Bos! Bu Bos kan cantik plus gemesinnya kebangetan. Kali aja gue bisa tebar pesona." sambung Fergie. Cowok dengan ras Timur Tengah ini memang terkenal dengan sikap playboy. Katanya sih dia hanya ingin memanfaatkan ketampanannya saja.
"She's mine! Gue bunuh kalian kalau berani rebut dia." desis Dean. Emosinya mudah sekali terpancing jika mengenai Darla.
"S-santai bos, kita gak bakal berani rebut cewek lo. Peace!" jawab Fergie gugup, jari telunjuk dan jari manisnya membentuk tanda peace.
"Lo serius sama dia?" tanya Nielson tiba-tiba. Setelah dari tadi hanya menyimak, akhirnya cowok dengan messy hair itu bersuara.
"Gak pernah seserius ini sebelumnya." balas Dean.
Nielson mengangguk paham. Lalu, tangannya menepuk bahu Dean, "Jaga dia baik-baik. Awalnya gue takut lo gak bakal jatuh cinta lagi setelah kejadian itu."
Setelah mengatakan itu, Nielson kembali memasang fokus pada ponselnya. Sedangkan Dean mengepalkan kedua tangannya erat, seolah emosinya sangat tersulut.
"Ini kenapa jadi tegang gini sih kayak kanebo kering aja. Mending kita karokean aja!" seru Galvin mengusir ketegangan.
Kemudian Fergie memutar sebuah lagu koplo. Membuat Galvin dan seluruh murid 12 Science 3 berjoget ria. Kecuali Dean dan Nielson tentunya.
♡ || ♡ || ♡
Bel istirahat tiba. Seluruh murid Moonlight Highschool tampak tidak sabar ingin segera menuju kantin untuk mengisi perut mereka.
"Ayok ke kantin!" ajak Marissa pada kedua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Darla dan Qiana.
"Ayok!" jawab Qiana bersemangat.
"Emm, kalian duluan aja. Aku nungguin Kak Dean." cicit Darla.
"Aduh, iya deh yang udah taken mah beda ya, Qi." goda Marissa.
"Iya, Riss. Kita mah apa atuh masih jomblo gini." ujar Qiana dramatis.
"Kita? Lo aja kali yang jomblo. Gue sih udah punya Shawn Mendes." Marissa ini memang penggemar berat penyanyi asal Kanada itu.
"Halu lo!" ejek Qiana sambil tertawa.
"Dah ah, yok ke kantin! Gak kuat lapar gue abis belajar matematika." lanjut Qiana.
"Dar, kita duluan ya! Selamat membucin ria!" seru Marissa. Cewek itu melambaikan tangannya pada Darla yang tersenyum.
Tidak lama setelah sahabatnya pergi, sosok yang ditunggunya datang. Darla menghampiri Dean yang berdiri di depan kelasnya.
Tanpa izin, Dean membawa tangan mungil Darla pada genggaman tangannya. Cowok itu menarik tangan Darla menuju tangga rooftop.
"Eh! Kita mau kemana, Kak?" tanya Darla.
"Kita makan di rooftop, pengawal gue udah bawain makanan sehat buat kita." jawab Dean.
Saat sampai disana, mereka duduk di sofa yang ada disana. Darla bisa melihat menu sehat yang Dean bilang tadi. Dua porsi steak beserta salad buah, dan dua botol jus alpukat.
"Makan. Ini makanan higienis, yang masak koki pribadi gue." ujar Darla.
Darla mengangguk, "Makasih ya, Kak. Lain kali kita makan di kantin aja, biar gak ngerepotin."
"Gue gak ngerasa kerepotan kalau buat lo." ucap Dean santai. Namun, hal itu membuat perut Darla seolah diisi ratusan kupu-kupu terbang.
Mereka pun menghabiskan makanan mereka sampai tidak tersisa. Mereka menikmatinya sembari ditemani semilir angin di rooftop itu.
"Ah, kenyang." celetuk Darla sambil mengusap perutnya. Bibirnya membentuk senyuman lebar.
Hal itu tampak sangat menggemaskan di mata Dean, membuatnya ingin mengurung Darla hanya untuk dirinya sendiri.
"Dar," panggil Dean.
"Iya? Kenapa?" balas Darla.
"Lo tau apa arti nama gue?" cowok sedingin es di antartika itu menjatuhkan tatapannya pada cewek semanis gula di hadapannya, menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi.
"Pemimpin. Iya kan? Aku pernah baca itu." jawab Darla dengan suaranya yang berhasil membuat jantung Dean berdesir.
"Iya. Dan gue harap, gue bisa jadi pemimpin di kehidupan masa depan lo. Atau, sebut aja gue pengen jadi suami lo nanti," Dean menjeda ucapannya, sebelum melanjutkan, "Gue, Dean Alston Gevariel bersumpah bakal jadi suami dari Darla Cherris Alexavier."
Tak tahukah Dean? Saat ini jantung Darla berdetak tidak normal. Pipinya memerah sempurna, "K-kak?"
"Hm?"
"Jantung aku deg-degan." Dean terkekeh mendengar ucapan jujur itu. Membuat Darla terpana melihatnya. Dean beribu kali lipat lebih tampan saat tertawa seperti ini.
"Kakak ganteng deh kalau lagi ketawa gini." puji Darla dengan polos.
"Kalau gitu, gue bakal sering ketawa pas lagi sama lo."
"Tuhan, kuatin hati Darla ya." batin cewek itu.
Sekarang, Darla tahu satu lagi sifat seorang Dean. Selain dingin, pemaksa, dan possessive, Dean juga kinda romantic.
Hari ini tepat seminggu Darla menjadi kekasih Dean, atau lebih tepatnya mungkin dipaksa menjadi kekasih Dean.Darla tidak menyangkal, dia mulai merasa nyaman dengan sosok Dean. Ya, meskipun cowok itu memiliki sifat posesif yang tinggi.Selama satu minggu ini, keseharian Darla dipenuhi aturan dari manusia posesif bernama Dean. Darla tidak boleh berdekatan dengan cowok lain, jika Darla ingin pergi kemanapun harus dengan seizin Dean, bahkan makanan Darla pun sekarang harus diawasi Dean.Dean dan sikap pemaksanya.Hari ini, Dean mengajak Darla untuk makan di kantin saat jam istirahat. Selama satu minggu terakhir ini mereka memang selalu makan di rooftop saat jam istirahat.Alasannya, Dean ingin menyembunyikan Darla dari para sahabatnya yang terus memaksa ingin berkenalan dengan Darla. Dan, setelah bosan dipaksa, akhirnya hari ini Dean akan memperkenalkan Darla pada ketiga sah
Hari ini adalah Minggu, waktu untuk netflix and chill bagi Darla. Saat ini saja Darla sangat fokus menatap layar Macbook dihadapannya yang menampilkan series Riverdale, series favorit Darla.Saat sedang fokus menonton, ponsel miliknya berbunyi. Menandakan sebuah notifikasi pesan dari aplikasi hijau berlogo gagang telepon. Lalu, Darla meraih Iphone miliknya yang dia simpan di nakas.Mr. Possessive 😈Siap"Bntr lg gue jmpt.Pesan dari Dean itu membuat Darla langsung bangkit dari kegiatan rebahannya. Dean menyuruhnya bersiap, sedangkan Darla bahkan belum mandi. Cewek pendiam itu memang memiliki kebiasaan mandi saat siang hari jika weekend.Kemana kak?Setelah membalas pesan Dean, cewek itu langsung mematikan Macbook-nya. Tak lama, b
"CIEE! YANG KEMARIN NGEDATE NIH! GIMANA? LANCAR?" teriak Marissa heboh saat melihat Darla memasuki kelas.Teriakan Marissa tersebut menarik seluruh atensi murid yang berada di kelasnya. Membuat Darla meringis malu saat melihatnya."Aduh, pelan-pelan aja, Ris. Kan malu jadinya diperhatiin sama satu kelas." gerutu Darla saat sudah berada di hadapan Marissa.Marissa hanya terkekeh. Dia menyedot susu kotak yang sedari tadi dia pegang. Selain pecinta Shawn Mendes, cewek itu juga sangat menyukasi susu kotak."Qia mana, Ris? Kok belum kelihatan?" tanya Darla saat menyadari teman sebangkunya itu tidak ada. Sedangkan Marissa, dia duduk di belakangnya bersama cewek bernama Fenty."Qia izin gak masuk. Dia mau pergi sama keluarganya, ada acara mendadak gitu katanya." jelas Marissa yang direspon anggukan oleh Darla.Marissa menepuk bahu Darla, "Heh! Pertanyaan gue belum lo jawab. Giman
"Makasih ya udah nyanyi buat aku semalem, Kak." ucap Darla pada Dean yang saat ini sedang menyuapinya.Mereka berdua sedang menghabiskan waktu istirahat sekolah di rooftoop. Dean bilang jika dia merindukan waktu berduanya dengan Darla di rooftoop sekolah mereka ini."Lo seneng denger suara nyanyi gue?" tanya Dean."Suka banget! Suara Kak Dean bagus banget, hehe." jawab Darla dengan cengiran lucunya."Gue bakal sering nyanyi kalau gitu. Apapun yang bikin lo bahagia, gue bakal sering lakuin itu." Dean mengatakan kalimat itu dengan ekspresi datas andalannya."Aku gak mau wortelnya, Kak." ujar Darla saat melihat Dean menyendokan potongan wortel untuknya.Dean berdecak, "Wortel bagus buat kesehatan, Dar. Makan!"Akhirnya pun Darla pasrah menerima suapan dari Dean. Dirinya sedikit merasa badmood karena entah kenapa tidak ada satu orang
"Kak, jangan marah dong!" bujuk Darla pada Dean yang saat ini mendiaminya.Cowok dingin itu memang mendiaminya sejak satu jam lalu. Hal itu dikarenakan rasa cemburu Dean saat melihat Darla berbincang dengan seorang cowok yang merupakan teman satu kelompok Darla."Aku sekelompok sama Ardan itu dipilih sama Pak Roni. Itu bukan kemauan aku, Kak." jelas Darla prustasi."Gak usah sebut nama cowok itu! Lo suka sama dia? Terus aja bela dia." ujar Dean ketus."Astaga, aku gak suka sama dia. Aku juga gak belain dia. Aku cuma jelasin apa yang sebenernya.""Lo bisa nolak buat satu kelompok sama dia. Gue kan udah bilang, gue gak suka lo deket-deket sama cowok lain." balas Dean tak mau kalah.Darla menghela nafas lelah, "Kak? Ya masa aku nolak, nanti yang ada aku malah dimarahin sama Pak Roni.""Kalau dia emang berani marahin lo, bilang aja sama gue."
Darla berjalan menyusuri koridor Moonlight Highschool yang masih terlihat lenggang. Hanya terlihat beberapa murid rajin yang memang hobby untuk datang pagi. Dan, Darla memang termasuk ke dalam golongan murid rajin tersebut.Darla, cewek chubby tersebut memang selalu datang awal ke sekolah. Entah apa alasannya. Kadang dia membeli sarapan -sepotong sandwich- di kafetaria sekolah atau hanya duduk manis di kelas, membaca novel sembari menunggu kedua sahabatnya datang.Pagi ini Darla berencana membaca novel di taman belakang sekolahnya, suatu hal yang belum pernah Darla lakukan. Cewek itu memeluk sebuah novel sambil berjalan di koridor yang akan membawanya ke taman belakang. Entah hanya perasaannya saja, tapi Darla merasa seseorang menguntitnya di koridor ini. Mencoba menoleh ke belakang, tapi Darla tidak menemukan seorang pun disana. Berusaha tidak menghiraukan, Darla melanjutkan langkahnya.Darla duduk di se
"Aduh! Gara-gara Marissa sama Qia, aku jadi penasaran kan sama Kak Dean." Darla menggerutu pelan, matanya tak lepas dari laptop di hadapannya yang menampilkan informasi tentang keluarga Gevariel."Keluarga Gevariel merupakan keluarga konglomerat nomer 1 di Asia. Tuan Rayden Gevariel dan Nyonya Auri Gevariel memiliki seorang putra bernama Dean Alston Gevariel. Kekayaan keluarga Gevariel saat ini diperkirakan sebesar $22.3 B." itulah yang tertulis di salah satu artikel yang Darla baca.Ingin tahu reaksi Darla setelah membaca artikel tersebut? Mulutnya terbuka lebar dengan mata yang membulat sempurna. Awalnya dia penasaran dengan alasan Dean bisa seterkenal itu. Bukan hanya Dean, bahkan seantero sekolah mengenal keluarga Gevariel. Mereka selalu mengagung-agungkan keluarga tersebut. Dia tidak tahu kalau keputusannya untuk menggali informasi tentang Dean akan membuatnya terkejut.Di artikel ini disebutkan bahwa keluarg
"Kak, jangan marah dong!" bujuk Darla pada Dean yang saat ini mendiaminya.Cowok dingin itu memang mendiaminya sejak satu jam lalu. Hal itu dikarenakan rasa cemburu Dean saat melihat Darla berbincang dengan seorang cowok yang merupakan teman satu kelompok Darla."Aku sekelompok sama Ardan itu dipilih sama Pak Roni. Itu bukan kemauan aku, Kak." jelas Darla prustasi."Gak usah sebut nama cowok itu! Lo suka sama dia? Terus aja bela dia." ujar Dean ketus."Astaga, aku gak suka sama dia. Aku juga gak belain dia. Aku cuma jelasin apa yang sebenernya.""Lo bisa nolak buat satu kelompok sama dia. Gue kan udah bilang, gue gak suka lo deket-deket sama cowok lain." balas Dean tak mau kalah.Darla menghela nafas lelah, "Kak? Ya masa aku nolak, nanti yang ada aku malah dimarahin sama Pak Roni.""Kalau dia emang berani marahin lo, bilang aja sama gue."
"Makasih ya udah nyanyi buat aku semalem, Kak." ucap Darla pada Dean yang saat ini sedang menyuapinya.Mereka berdua sedang menghabiskan waktu istirahat sekolah di rooftoop. Dean bilang jika dia merindukan waktu berduanya dengan Darla di rooftoop sekolah mereka ini."Lo seneng denger suara nyanyi gue?" tanya Dean."Suka banget! Suara Kak Dean bagus banget, hehe." jawab Darla dengan cengiran lucunya."Gue bakal sering nyanyi kalau gitu. Apapun yang bikin lo bahagia, gue bakal sering lakuin itu." Dean mengatakan kalimat itu dengan ekspresi datas andalannya."Aku gak mau wortelnya, Kak." ujar Darla saat melihat Dean menyendokan potongan wortel untuknya.Dean berdecak, "Wortel bagus buat kesehatan, Dar. Makan!"Akhirnya pun Darla pasrah menerima suapan dari Dean. Dirinya sedikit merasa badmood karena entah kenapa tidak ada satu orang
"CIEE! YANG KEMARIN NGEDATE NIH! GIMANA? LANCAR?" teriak Marissa heboh saat melihat Darla memasuki kelas.Teriakan Marissa tersebut menarik seluruh atensi murid yang berada di kelasnya. Membuat Darla meringis malu saat melihatnya."Aduh, pelan-pelan aja, Ris. Kan malu jadinya diperhatiin sama satu kelas." gerutu Darla saat sudah berada di hadapan Marissa.Marissa hanya terkekeh. Dia menyedot susu kotak yang sedari tadi dia pegang. Selain pecinta Shawn Mendes, cewek itu juga sangat menyukasi susu kotak."Qia mana, Ris? Kok belum kelihatan?" tanya Darla saat menyadari teman sebangkunya itu tidak ada. Sedangkan Marissa, dia duduk di belakangnya bersama cewek bernama Fenty."Qia izin gak masuk. Dia mau pergi sama keluarganya, ada acara mendadak gitu katanya." jelas Marissa yang direspon anggukan oleh Darla.Marissa menepuk bahu Darla, "Heh! Pertanyaan gue belum lo jawab. Giman
Hari ini adalah Minggu, waktu untuk netflix and chill bagi Darla. Saat ini saja Darla sangat fokus menatap layar Macbook dihadapannya yang menampilkan series Riverdale, series favorit Darla.Saat sedang fokus menonton, ponsel miliknya berbunyi. Menandakan sebuah notifikasi pesan dari aplikasi hijau berlogo gagang telepon. Lalu, Darla meraih Iphone miliknya yang dia simpan di nakas.Mr. Possessive 😈Siap"Bntr lg gue jmpt.Pesan dari Dean itu membuat Darla langsung bangkit dari kegiatan rebahannya. Dean menyuruhnya bersiap, sedangkan Darla bahkan belum mandi. Cewek pendiam itu memang memiliki kebiasaan mandi saat siang hari jika weekend.Kemana kak?Setelah membalas pesan Dean, cewek itu langsung mematikan Macbook-nya. Tak lama, b
Hari ini tepat seminggu Darla menjadi kekasih Dean, atau lebih tepatnya mungkin dipaksa menjadi kekasih Dean.Darla tidak menyangkal, dia mulai merasa nyaman dengan sosok Dean. Ya, meskipun cowok itu memiliki sifat posesif yang tinggi.Selama satu minggu ini, keseharian Darla dipenuhi aturan dari manusia posesif bernama Dean. Darla tidak boleh berdekatan dengan cowok lain, jika Darla ingin pergi kemanapun harus dengan seizin Dean, bahkan makanan Darla pun sekarang harus diawasi Dean.Dean dan sikap pemaksanya.Hari ini, Dean mengajak Darla untuk makan di kantin saat jam istirahat. Selama satu minggu terakhir ini mereka memang selalu makan di rooftop saat jam istirahat.Alasannya, Dean ingin menyembunyikan Darla dari para sahabatnya yang terus memaksa ingin berkenalan dengan Darla. Dan, setelah bosan dipaksa, akhirnya hari ini Dean akan memperkenalkan Darla pada ketiga sah
Berita tentang Dean dan Darla yang berangkat bersama sukses menggemparkan Moonlight Highschool pagi ini.Bagaimana tidak? Seorang Dean Alston Gevariel yang dikenal dingin dan tak tersentuh tiba-tiba keluar dari mobilnya bersama Darla. Bahkan tangan kekar Dean bertengger manis di pinggang ramping Darla. Membuat para murid Moonlight Highschool semakin menjerit heboh."DEAN GANTENG BANGET ASTAGA!""Ih, itu kok Dean sama Darla?""Mereka pacaran?""AAAA POTEK HATI GUE!""Kak Dean kok mau sih sama dia?""Cantikan gue kali sama Darla. Cewek jelek itu pasti kegatelan sama Dean."Ucapan terakhir itu membuat Dean menghentikan langkahnya, Darla yang berada di rangkulannya pun menjadi ikut berhenti.Dean mendekati seorang siswi yang tadi berani menghina gadisnya. Cowok dengan aura
"Aduh! Gara-gara Marissa sama Qia, aku jadi penasaran kan sama Kak Dean." Darla menggerutu pelan, matanya tak lepas dari laptop di hadapannya yang menampilkan informasi tentang keluarga Gevariel."Keluarga Gevariel merupakan keluarga konglomerat nomer 1 di Asia. Tuan Rayden Gevariel dan Nyonya Auri Gevariel memiliki seorang putra bernama Dean Alston Gevariel. Kekayaan keluarga Gevariel saat ini diperkirakan sebesar $22.3 B." itulah yang tertulis di salah satu artikel yang Darla baca.Ingin tahu reaksi Darla setelah membaca artikel tersebut? Mulutnya terbuka lebar dengan mata yang membulat sempurna. Awalnya dia penasaran dengan alasan Dean bisa seterkenal itu. Bukan hanya Dean, bahkan seantero sekolah mengenal keluarga Gevariel. Mereka selalu mengagung-agungkan keluarga tersebut. Dia tidak tahu kalau keputusannya untuk menggali informasi tentang Dean akan membuatnya terkejut.Di artikel ini disebutkan bahwa keluarg
Darla berjalan menyusuri koridor Moonlight Highschool yang masih terlihat lenggang. Hanya terlihat beberapa murid rajin yang memang hobby untuk datang pagi. Dan, Darla memang termasuk ke dalam golongan murid rajin tersebut.Darla, cewek chubby tersebut memang selalu datang awal ke sekolah. Entah apa alasannya. Kadang dia membeli sarapan -sepotong sandwich- di kafetaria sekolah atau hanya duduk manis di kelas, membaca novel sembari menunggu kedua sahabatnya datang.Pagi ini Darla berencana membaca novel di taman belakang sekolahnya, suatu hal yang belum pernah Darla lakukan. Cewek itu memeluk sebuah novel sambil berjalan di koridor yang akan membawanya ke taman belakang. Entah hanya perasaannya saja, tapi Darla merasa seseorang menguntitnya di koridor ini. Mencoba menoleh ke belakang, tapi Darla tidak menemukan seorang pun disana. Berusaha tidak menghiraukan, Darla melanjutkan langkahnya.Darla duduk di se