Share

Darling Enemy
Darling Enemy
Penulis: Suzy Wiryanty

Chapter 1

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-27 14:22:45

"Bunda, masa Illa magangnya harus di kantornya Om Altan sih? Nanti kalau Illa dimarah-marahin melulu gimana, Nda? Om Altan itu kan persis kayak setan. Udah galak, bawel eh mesum lagi. Illa magang di kantor ayah aja ya, Nda?" 

Vanilla Putri Mahameru yang sedang sarapan cantik bersama bundanya, berupaya merayu sang bunda agar diperbolehkan magang di perusahaan ayahnya saja. Sebagai syarat kelulusan kuliah tentu saja ia harus magang dan membuat skripsi. Vanilla sebenarnya tidak masalah magang di mana saja. Bahkan di Desa Penari sekalipun. Mau banyak hantunya kek, banyak demitnya kek, ia mah kagak bakalan jiper. Lah dia kan emang ratunya demit menurut teman-teman satu ganknya. Hehehe. Intinya ia bersedia magang di mana saja, asal, catat kata asalnya itu dengan huruf besar. Tidak di kantornya Altan. Ia tidak sudi magang di perusahaan Altan seperti yang direkomendasikan oleh ayahnya. 

Maksud ayahnya  memang baik. Ayahnya ingin agar ia lebih fokus dan belajar bertanggung jawab dalam bekerja. Dan caranya adalah dengan magang di perusahaan orang lain. Di bawah kepemimpinan orang lain. Tapi perusahaan orang lainnya tidak harus perusahaan Altan juga ya kan? Bisa luluh lantak berdarah-darah hatinya kalau setiap hari harus mendengar segala cercaan unfaedah Altan. Altan Wijaya Kesuma adalah pewaris dari Wijaya Kesuma Group. Wijaya Kesuma Group ini meliputi berbagai sektor usaha. Di mulai dari dealer mobil-mobil mewah, perkapalan, pertambangan hingga garmen dan properti. Altan berusia tiga puluh tahun. Lebih tua delapan tahun dari usianya sendiri. Mengenai panggilan om, itu berawal dari drama yang mereka perankan sewaktu di sekolah dulu. Waktu itu ia berperan sebagai keponakan Altan. Dan panggilan itu menempel hingga sekarang. Lidahnya sudah merasa pas memanggil Altan dengan sebutan om. Selain itu kedua orang tua mereka sudah saling kenal sejak lama. Bahkan ayah Altan, Om Abyaz Wijaya Kesuma adalah mantan pacar bundanya. Hubungan antara keluarga mereka sangat baik  kecuali hubungannya dengan Altan.

Altan ini gemar sekali mengkritiknya. Yang ia dibilang cewek modal tampang doang lah. Anak daddy lah sampai otaknya cuma ada seperempat isinya dibandingkan dengan otak rata-rata manusia lainnya.  Lihatlah betapa jahanam mulutnya bukan? Bagi Altan saat ini bernapas pun sudah salah di matanya. 

"Ck! Masa sih anak Bunda kalah sama itu tikus sawah? Percuma dong Illa menyandang nama besar Bunda kalo sama dedemit jadi-jadian itu aja Illa jiper. Malu dong sama poni anti badaimu, Nak." Sahut bundanya santuy. 

Kenalkan, Liberty Delacroix Mahameru alias Lily. Bundanya yang paling cantik sejagat raya, seruang angkasa beserta segala isinya. Bunda gaulnya ini diajak berbicara seserius apapun, pasti jatuh-jatuhnya jadi nyantai banget. Semua hal pasti akan ia bilang, ah keciknya itu. Ntah kapan besarnya. Mungkin masalah akan bundanya anggap besar kalau ayahnya kawin lagi misalnya. Hihihi... set dah, durhaka banget ya ia jadi anak?

"Cara menghadapi atasan yang galak itu mah gampang. Ada dua poin yang bisa kamu praktekkan. Yang pertama, catat semua kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan. Hal itu gunanya untuk berjaga- jaga dan membalikkan keadaan pada saat kamu berada dalam situasi darurat. Sebagai contoh, saat kamu lagi diomelin kanan kiri atas bawah, maka kamu tinggal keluarkanlah saja semua poin-poin yang dulu sudah kamu catat sebelumnya. Balikkan semua omelan-omelannya dengan kata-katanya sendiri di waktu lalu." 

Vanilla takjub. Ia sama sekali tidak menyangka kalau bunda koplaknya ini kadang-kadang nasehatnya bisa lurus juga. Ini adalah suatu keajaiban sodara-sodara. Karena biasanya nasehat-nasehat bundanya itu selalu melenceng dari sasaran. Lain yang ditanya, lain juga yang dijawab. 

"Dan yang kedua cukup kamu sebutkan berulang-ulang dalam hati, keep calm and love your boss. Maksud Bunda begini. Bukankah dulu kamu sangat tidak suka dengan pelajaran matematika?" Vanilla mengangguk. Matematika adalah musuh utamanya. 

"Tapi karena gurunya Pak Tommy yang ganteng, akhirnya kamu jadi menyukai pelajarannya juga bukan?"

Vanilla mengangguk lagi. Pak Tommy adalah guru favoritnya. Ganteng, baik dan tidak pernah marah. Pokoknya guru idamanlah. Hehehe.

"Jadi soal Altan. Ubah saja mindsetmu. Sukailah Altan, maka kamu akan menyukai pekerjaan kamu. Eh terbalik. Sukailah pekerjaanmu, maka nanti kamu juga akan menyukai bossmu. Tergantung dari hasil yang mana duluan yang akan kamu capai." Lanjut bundanya santai. 

Dengarlah, nasehat bundanya selalu anti mainstream bukan?

"Ya tapi kan Illa--"

"No tapi-tapian. Ayah dan Bunda sudah memutuskan kalau kamu akan magang di kantor Altan. Oh ya, kemarin Altan telepon, katanya besok ia ingin menginterview kamu dulu sebelum kamu magang di sana." 

Sok paten emang si Om satu ini! Magang saja pakai interview-interview segala.

"Kalau kamu lolos, kamu akan magang di sana. Tapi kalau tidak, ya terserah kamu saja. Kamu bebas mau magang di mana saja. Ayah dan Bunda tidak akan mengintervensi lagi." 

Iyes tak kewes-kewes!

Vanilla tersenyum puas. Akhirnya ada juga celah untuk lolos dari sana. Berbagai rencana gila berseliweran di benaknya. Lihat saja kehebohan yang akan ia buat esok pagi. Semoga saja ia ditolak sehingga ia bisa magang di kantor ayahnya sendiri. Benaknya dipenuhi dengan angan-angan akan sekantor dengan Bumi Persada Prasetya. Rekan kerja ayahnya. Bumi sementara ini berkantor di perusahaan ayahnya karena adanya beberapa proyek gabungan. Alangkah indahnya dunia apabila kita bisa setiap hari memandangi gebetan sedari orok bukan? Hehehehe.

"Bunda mandi dulu. Setelah itu Bunda akan ke rumah Tante Raline. Om Axel kan ulang tahun minggu depan. Bunda dan tantemu ingin membuat pesta kejutan untuk Om Axel. Kamu mau ikut, La?" Tanya bundanya lagi. Vanilla dengan cepat menggelengkan kepalanya. Tante Raline itu sebelas dua belas dengan bundanya. Di sana paling ia akan menjadi obat nyamuk mendengarkan emak-emak bergossip atau jadi juri dadakan mengenai goyangan siapa yang paling heboh. Satu Indonesia raya juga tahu kalau bundanya dan tantenya itu hobby banget joget dangdut. Eh satu lagi, almarhum opanya juga suka sekali berkolaborasi goyangan dengan bundanya. Orang-orang menjuluki bunda dan opanya dengan sebutan mertua menantu goals.

"Duh, Illa nggak ikut deh, Nda. Illa duduk manis di rumah aja. Illa stress memikirkan harus interview besok." Vanilla berkilah dengan raut wajah yang disedih-sedihkan. Padahal, ia sudah berencana akan memporak-porandakan kantor si Om Setan itu besok pagi. Lihat saja!

Sepeninggal bundanya Vanilla segera menelepon sahabat sehidup sematinya Pandan Wangi Aditama Perkasa untuk mengabarkan tentang rencana gilanya tersebut. 

"Hallo, Ndan. Lo ini kan anaknya Om Revan yang terkenal sebagai negosiator ulung. Lo bisa kagak bantuin gue mikir gimana caranya supaya gue nggak diterima magang di kantornya Om Altan? Besok pagi gue harus diinterview dulu di sono." Vanilla langsung nyerocos begitu mendengar sahutan halo dari Pandan.

"Bentar-bentar, gue pura-pura nanya Bang Lautan dulu, apa yang membuat dia ilfeel dan nendang pelamar baru kemarin. Setelah gue dapet resumenya, ntar gue chat lo deh. Tenang aja. Keep calm and go shopping. Yes or no, La?

"Shopping? Ya iyes lah. Gila aja ada cewek nggak suka shopping. Satu jam lagi gue bakalan nyampe rumah lo." 

Dan satu jam kemudian Vanilla dan Pandan sudah sibuk mengubek-ubek kosmetik keluaran terbaru di Sephor*. Kedua sahabat itu sudah lupa tentang masalah interview esok pagi.

========================

Pagi hari yang panas, sepanas pakaian yang Vanilla kenakan. Pagi ini ia akan ke kantor Altan untuk melakukan interview. Vanilla memandang cermin sekali lagi. Ia meringis sendiri melihat penampakannya. Dandanan spektakulernya ini lebih mirip dengan orang yang akan hang out ke club, alih-alih melamar pekerjaan. Ia mengenakan kemeja putih transparan dan rok mini kulit berwarna hitam. Ia juga melengkapi penampilannya dengan make up cetar beserta high heels dua belas sentimeter. Dengan penampilan seperti ini ia yakin kalau si bawel bin nyinyir Altan, pasti akan langsung menendangnya keluar alih-alih akan diinterview. Semoga saja semua rencananya lancar jaya. Aamiin.

Vanilla menarik napas panjang beberapa kali sebelum memasuki kantor elegan perusahaan properti Altan. Saat tiba di lobby, ia sengaja melambat-lambatkan gaya berjalannya. Tidak lupa ia juga menggerakan-gerakan pinggul seksinya. Beberapa staff pria yang kebetulan berpapasan jalan dengannya, menatap dengan pandangan spekulatif. Rasa tertarik bercampur penasaran membayangi kedua bola mata mereka. Awal yang baik. Lihat saja, sebentar lagi ia pasti akan diusir dari kantor ini karena dianggap tidak mencerminkan sikap professionalisme sebagai calon karyawati. Di dunia ini orang yang sangat berharap untuk gagal interview, mungkin hanya ia seorang.

"Selamat siang, Bu. Saya Vanilla Putri Mahameru. Mahasiswi magang yang akan mengikuti interview hari ini." Vanilla menyapa mbak-mbak cantik yang bertugas di front desk bername tag Herly Mariani.

"Oh ya, ibu Vanilla sudah di tunggu di ruangan HRD. Mari Bu, silahkan ikut saya." Ujar si mbak ramah. Si mbak manis itu selanjutnya mempersilahkan agar  mengikutinya. Dengan patuh Vanilla pun mengekorinya. Langkah si mbak baru berhenti saat tiba pada sebuah pintu kayu dengan tulisan HRD besar-besar di sana.

"Mari silahkan masuk, Bu. Mereka sudah menunggu Ibu di dalam." Ujar di mbak ramah. Kata mereka membuat benak Vanilla langsung tahu bahwa orang yang akan menginterviewnya pasti lebih dari satu. Apa-apaan si Altan ini? Orang mau magang saja diperlakukan seperti seorang narapidana korupsi. Tapi tidak masalah. Lo jual, gue beli. Lu cuci, gue jemur. Kering, kering dah sana.

Setelah mengetuk pintu dua kali dan terdengar seruan masuk, barulah ia melangkahkan kaki memasuki ruangan. Kehadirannya disambut oleh tiga pria mapan rupawan yang serentak menoleh padanya. Seketika itu juga mereka bertiga saling bertukar pandang dengan raut wajah bertanya-tanya. Pasti mereka bingung karena ada mahasiswi magang yang ingin melakukan interview kerja, tapi dandanannya malah seperti penyanyi dangdut Pantura. Vanilla menjadi risih sendiri karena terus dipandangi tiada henti-henti. Khususnya Altan yang sepertinya ingin menelannya hidup-hidup. 

Ah, emang gue pikirin. Lo mau mikir apa kek, terserah. Yang penting gue udah usaha. 

"Apa ayahmu tahu kalau kamu berpakaian seperti ini, Vanilla Putri Mahameru?" Tuh kan, belum juga apa-apa si bapak ini udah nyinyir aja, elah!

"Tadi sewaktu saya ke sini, ayah saya sudah lebih dulu berangkat ke kantor, Om eh Pak? Apa perlu saya menelepon ayah saya dulu untuk menanyakan pertanyaan bapak?" 

UHUK... UHUK...

Dua orang rekan kerja Altan sepertinya terkena serangan batuk menular. Soalnya mereka berdua batuknya bersamaan dan tertawa juga berbarengan.

"TIDAK PERLU!"

"Duh Pak, B aja. Nggak usah marah-marah. Nanti bapak bisa kena stroke lo." Sahut Vanilla kalem. Altan diam namun air mukanya sudah seperti ingin makan orang.

"Kalau ayah kamu tidak tahu, apa bundamu tahu soal pemilihan kostum goyang PANTURAmu ini heh?" Sembur Altan lagi. Lihatlah belum juga bekerja, tapi calon bossnya sudah darah tinggi. Dikhawatirkan calon bossnya ini akan stroke parah kalau ia magang tiga bulan lamanya di sini. 

"Oh tahu kok, Pak. Bunda saya mah gaul orangnya. Asal saya masih memakai baju saja, beliau sih oke-oke aja. Karena bunda saya itu sama fashionablenya dengan saya? Ngomong-ngomong kok Bapak tahu soal kostum para penyanyi PANTURA? Bapak suka nontonin acara mereka ya? Hayo ngakuuuu... hehehehe.

Tawa tertahan kembali terdengar. Vanilla melirik ke samping. Dua rekan Altan lainnya ternyata dengan tekun menyimak pembicaraan absurd mereka.

"Sudahlah, kita mulai saja acara interview ini. Anda duluan saja Pak Harsya dan Pak Tengku Malik. Saya pusing melihat penampakan makhluk jadi-jadian ini." Pungkas Altan seraya mengibaskan tangan ke udara. Memperlihatkan ekspresi sepele yang kentara. Lihat dalam keadaan apapun Altan masih saja berusaha untuk mencelanya. 

"Pusing atau nafsu nih, Pak? Hayo ngakuuuu?" Vanilla sengaja mengedip-ngedipkan matanya sambil mengeluarkan suara mendesah yang membuat Altan menyumpah-nyumpah dan dua rekannya menahan gelak.

"Selamat pagi, Bu Vanilla. Seperti yang Ibu ketahui, perusahaan properti ini membutuhkan satu sosok yang pemberani." Harsya lah yang pertama menginterviewnya.

"Saya lah orang itu, Pak. Saya berani datang ke pernikahan mantan saya, Pak." Jawab Vanilla santai.

"Hahaha. Anda luar biasa berani. Selamat bergabung dengan perusahaan kami." Vanilla cengo saat Pak Harsya tertawa ngakak dan meloloskannya. Padahal ia sudah memberi jawaban yang paling ngawur. Sekarang giliran Pak Tengku Malik yang bertanya. Dan Vanilla telah bersiap-siap untuk menjawab se alay mungkin.

"Saudari Vanilla perusahaan kami juga butuh seseorang yang kreatif di bidangnya."

"Saya ini sangat kreatif, Pak. Kemarin saya membeli handphone MIT*, casingnya saya ganti pakai iphon*, Pak. Betapa kreatifnya saya kan, Pak?" Tengku Malik tergelak.

"Kamu adalah anugerah Tuhan. Selamat bergabung." Kekeh Pak Tengku Malik sembati menjabat tangannya. Hah? Kagak salah ini? Ia diterima oleh dua orang rekanan Altan? Alamat habis lah kebahagiaannya di dunia ini. Hajap!

Tapi ia tidak putus asa. Pertanyaan terakhir adalah dari Altan. Pasti Altan tidak akan meloloskannya begitu saja. Mudah-mudahan saja Altan tidak akan menerimanya.

"Kami juga butuh orang yang berwawasan luas, Bu Vanilla. Apa saja hal luar biasa yang orang lain tidak tahu tapi Anda tahu. Coba sebutkan." Altan menaikkan satu alisnya dengan ekspresi mengejek. 

Sopan beut ya manggil gue Ibu? Ck!

"Saya ini tahu lho Pak darimana asal kekayaan Roro Fitri!*." Jawab Vanilla yakin. Pak Harsya dan Tengku Malik kembali terbahak. Mugkin mereka kagum akan jawaban-jawaban ajaibnya.

"Sosokmu memang sungguh-sungguh di rindukan oleh bangsa ini. Anda luar biasa Bu Vanilla. Luar biasa bodohnya maksud saya. Saya tidak tahu akan jadi apa perusahaan ini di tangan staff dengan IQ jongkok seperti Anda." Sembur Altan speechless. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Sakit kepala dengan tingkah absurd anak sahabat baik kedua orang tuanya ini.

"Itu artinya saya tidak diterima magang di sini kan Pak Altan? Alhamdullilahhhh ya Allah... Akhirnya Engkau kabulkan doa hamba yang lemah ini. Alhamdullilah, ya Allah." Vanilla berkali-kali mengucap syukur ke hadirat Yang Maha Kuasa.

Dengan segera Vanilla meraih tasnya. Mengaduk-aduk sebentar mencari ponsel. Ia sudah tidak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada bundanya.

"Halo, Nda. Illa ditolak magang di perusahaan Om Setan eh Pak Altan, Nda. Alhamdullilah ya, Nda? Jadi lusa Illa udah boleh magang di kantornya ayah kan, Nda? Kalau bisa satu ruangan dengan Om Bumi ya, Nda? Hehehe... Eh apa-apaan sih Pak? Kok main rebut aja ponsel orang. Balikin!" Vanilla kaget saat Altan merebut ponselnya begitu. Ia sampai melompat-lompat berusaha merebut kembali ponsel yang kini telah berpindah tangan.

"Hallo tante, ini Altan. Illa tadi salah informasi, Tan. Illa kami terima kok magang di perusahaan ini. Mulai besok Illa sudah bisa bekerja. Illa sangat pintar dan berbakat kok, Tante. Iya sama-sama, Tan. Selamat pagi." Altan mengembalikan ponselnya. Ada seringai puas di kedua matanya.

Ini bagaimana ceritanya sih? Kok bisa begini endingnya?

"Mulai besok kamu sudah bisa masuk kantor. Ingat berpakaianlah yang sopan kalau ingin diperlakukan sopan oleh orang lain. Sekarang kamu boleh keluar."

Vanilla pasrah. Apalah yang akan terjadi dengan dirinya jika harus magang di sini. Nasib... nasib...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayun Retno
wkkkwkkk Illa somplak ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Darling Enemy   Chapter 2

    Hari pertama magang. Vanilla terduduk lesu di atas ranjang. Ia terbangun tepat pada pukul enam pagi. Ketika teringat bahwa mulai hari ini dan seterusnya ia akan selalu bertemu muka dan menghirup udara yang sama dengan Altan, semangat paginya lenyap. Vanilla meregangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Mencoba membuang sisa-sisa kantuk dan mengucapkan selamat berpisah sementara pada bantal dan gulingnya.Vanilla mematikan pendingin udara. Memulai ritual paginya dengan gerakan-gerakan senam sederhana di lantai kamarnya yang luas. Mencoba membuang sisa-sisa kantuknya dengan stretching sederhana. Bundanya mengatakan bahwa orang yang malas bangun pagi, biasanya itu dikarenakan mindset sendiri. Di pikiran kita telah terbentuk opini bahwa tidur lagi itu enak sekali. Makanya kita jadi malas bangun. Coba kita paksakan membuka mata dan melakukan beberapa gerakan sederhana. Entah itu senam atau hanya sekedar naik turun tangga. Pasti kantuk akan pergi jauh seketika. Lakukan k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 3

    "Apa? Bapak menerima saya magang di sini sebagai OG?" Vanilla nyaris tidak mempercayai pendengarannya sendiri."Saya diinterview oleh tiga petinggi perusahaan yang konon katanya mencari karyawan yang pemberani, kreatif dan inovatif hanya untuk ditempatkan pada posisi OG?" Semburnya emosi. Vanilla merasa darahnya sudah terkumpul di ubun-ubun sekarang. Berbanding terbalik dengan dirinya yang rasanya sudah ingin makan orang, si boss setan ini hanya menaikkan satu alisnya. Ekspresi wajahnya lempeng saja. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja kaca dengan ekspresi tidak sabar. Membuat Vanilla jadi kepengen mengunyahnya saja."Jadi kamu berharap ditempatkan di mana? Jadi admin, sekretaris atau asisten pribadi saya? Ekspektasi kamu ketinggian, La." Sahut Altan datar."Begini saja, supaya adil, saya akan mengetest kamu selama sebulan ini sebagai OG. Kalau prestasi kamu bagus dan semua orang yang kamu layani pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 4

    Kanaya baru mengerti ungkapan yang mengatakan kalau kesakitan di dalam hati, mampu mengalahkan kesakitan fisik. Buktinya saat akan melahirkan seperti ini, ia seperti tidak merasakan sakit akibat kontraksi. Pikirannya semua tercurah pada keadaan Haikal. Ia tidak tau apa yang telah terjadi pada suaminya. Sesaat setelah ia masuk ke dalam ruang bersalin, ia tidak boleh lagi memegang ponsel. Alhasil pikirannya terus mengembara ke mana-mana. Ia membayangkan kalau suaminya itu tengah tergeletak berdarah-darah di jalanan, tanpa ada yang memberitahukannya. Memikirkan semua kengerian-kengerian itu, ia kembali berteriak histeris. Demi Tuhan, ia ketakutan!"Jangan begini, Nay. Jangan terus menyiksa dirimu dengan pikiran yang tidak-tidak. Ingat ada bayi yang harus kamu lahirkan dengan selamat. Dengar baik-baik, dengan selamat, Nay. Kamu tidak ingin terjadi sesuatu pada bayimu, bukan?" ancam dokter Kirana. Sebenarnya ia tidak tega berbicara sefrontal ini pada Kanaya. Tetapi m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 5

    "Udah belum sih, Ndan make upnya? Gue begah banget ini. Mana perut gue disumpel-sumpel bantal segede gambreng begini. Saoloh, engap gue, Ndan." Vanilla stress. Sejak pukul tujuh pagi ia sudah didandani menjadi mbak-mbak menor yang sedang hamil tujuh bulan. Untung saja Pandan bersedia menginap di rumahnya, sehingga misi mereka lebih mudah direalisasikan. Semesta seperti ikut mendukung konspirasinya. Karena saat ini kedua orang tuanya sedang berkunjung ke rumah omnya, dan kakak laki-lakinya sedang mengurus proyek luar kota. Makanya aksi mereka menjadi lebih mudah untuk direalisasikan.Kalau saja bukan karena ia ingin membalas budi pada Aliya, ia tidak mau mengambil resiko sebesar ini. Bayangkan saja, ia sekarang menyamar menjadi kekasih Bumi yang ditinggal menikah saat sedang hamil tujuh bulan demi menggagalkan pernikahan Aliya dengan Bumi.Saat ini Pandan Wangi telah menyulap wajahnya menjadi sepuluh tahun lebih tua, agar sepadan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 6

    Dengan langkah tersaruk-saruk, Vanilla mengikuti langkah kaki orang yang menyelamatkannya. Vanilla sedikit heran karena penolongnya ini bersikap seolah-olah ia sudah sangat mengenal setiap sudut rumah Aliya. Buktinya ia tahu mengenai pintu samping bahkan jalan setapak menuju taman belakang rumah sahabatnya itu. Vanilla nyaris terjungkal saat kakinya secara tidak sengaja tersandung akar sebuah pohon besar yang luput dari perhatiannya. la juga agak kesusahan berjalan karena bantalan di perutnya semakin lama semakin kendor saja ikatannya. Dengan tidak sabar ia mengangkat roknya dari bawah dan membuka ikatan bantalan hamil tujuh bulan itu dari perutnya. Vanilla mengerutkan dahinya saat penolongnya ini menyumpah-nyumpah melihatnya mengangkat rok tinggi-tinggi."Kamu itu otaknya kenapa tidak dipasang dulu sebelum bertindak, hah? Ke mana rasa malu kamu saat menaikkan rok kamu tinggi-tinggi seperti itu padahal ada seorang laki-laki tepat berada di sampingmu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 7

    "Sore itu ada kegiatan ekskul basket di sekolah. Seperti biasa saya sangat gembira, karena bermain bola basket adalah olah raga kegemaran saya. Karena club anak basket itu banyak sekali peminatnya, kami bermain bergantian. Saya merasa tidak puas karena cuma bisa bermain sebentar. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu hingga jam ekskul anak-anak berakhir." Untuk pertama kalinya Vanilla mau membagi rahasia kelamnya."Setelah anak-anak basket pulang semua, saya latihan sendiri. Pandan tidak mau ikut karena takut pulang kesorean dan Aliya ingin cepat pulang karena kurang enak badan. Singkat cerita saya lupa waktu dan tahu-tahu saja langit sudah mulai gelap.Pak Ipul, penjaga sekolah kita memperingatkan agar saya segera pulang karena hari sudah sore. Saya baru sadar kalau hari sudah mulai gelap. Saya takut juga, karena hari itu saya akan pulang sendiri. Supir kami izin tidak masuk karena istrinya melahirkan."Vanilla yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 8

    Vanilla gelisah. Hatinya tidak tenang saat ia melihat sekelebat bayangan Bumi masuk ke dalam ruangan Altan. Ia tahu perusahaan Altan memiliki dua proyek baru dengan perusahaan ayahnya. Karena Bumi juga menanamkan saham fifty-fifty pada salah satu perusahaan ayahnya, maka otomatis Bumi juga memiliki hak yang sama dengan ayahnya. Dan sepertinya project ayahnya kali ini akan di follow up oleh Bumi. Makanya ia tidak heran mendapati Bumi wara wiri di kantor ini.Sedari kecil ia cinta sudah mati pada Bumi. Di mana ada Bumi, maka ke situ lah ia akan mendekat. Ia juga tidak segan-segan memperlihatkan perasaannya secara terang-terangan pada Bumi. Semua orang tahu kalau ia selalu berupaya mencari cara agar ia bisa berdekatan lelaki pujaannya itu. Bumi kadang sampai risih karena selalu diekori olehnya.Tetapi sejak kejadian batalnya pernikahan Bumi dengan Aliya akibat ulahnya, Ia jadi merasa ketakutan sendiri. Ia merasa sangat berdosa. Bumi telah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Darling Enemy   Chapter 9

    Vanilla membuatkan kopi untuk Altan seraya mengabsen semua nama-nama satwa. Dimulai dari yang berkaki dua, berkaki empat sampai dengan yang berkaki seribu. Ia heran melihat tingkah si boss setan ini. Kok ada ya manusia yang hobbynya nyolotin orang terus? Apapun yang ia lakukan selalu saja salah di matanya. Besok-besok ia akan pindah saja ke bokongnya, agar Altan tidak bisa memandangnya sekalian. Leher Altan pasti akan sengkleh kalau ia terus saja memaksakan diri untuk memandangnya yang berada tepat di bokongnya. Asik ngegereundeng sendiri, ia sampai tidak menyadari kehadiran seseorang tepat di belakangnya."Kamu ini cuma disuruh membuat kopi baru saja sebegitu tidak ikhlasnya. Tidak baik terlalu perhitungan terhadap sesama. Menurut almarhum kakek saya kalau semasa hidup kita suka hitung-hitungan dalam mengerjakan sesuatu, nanti pada saat meninggal, kita akan disuruh menghitung bulu kucing. Paham kamu?"Eh dia lagi, dia lagi yang nongol! 

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27

Bab terbaru

  • Darling Enemy   Extra Part

    "Eh bangkotan borju, lo kok lemot beut sih kayak keong? Lamar dong itu si Vanilla? Lo nggak takut apa ntar si Illa ditikung balik sama Bumi?" Tria menyenggol lengan Altan yang baru menyuapkan bakso. Karena senggolan Tria, alhasilbakso Altan mencelat dan kuah baksonya terciprat ke hidungnya sendiri. Altan menyumpah-nyumpah.Hari ini mereka bisa berkumpul bertiga karena Tria mempunyai waktu luang. Mertua dan adik iparnya yang baru tiba di tanah air menginap di rumahnya. Mereka semua kangen pada empat orang buah hati Tria dan Akbar. Makanya Tria jejingrakan kegirangan karena tugas wajibnya ada yang menggantikan sementara. Tanpa perlu menunggu lama, ia segera menghubungi dua sahabat oroknya. Dan akhirnya di sinilah mereka berada. Di warung bakso Bang Doel, tempat nongkrong favorit mereka sepanjang masa."Eh preman pasar, lo liat-liat dong kalo mau nyenggol. Nih liat, bakso gue sampai ngegelinding ke mana-man

  • Darling Enemy   Chapter 46 (end)

    "Hallo, anak baru. Muka lo kok ketet banget sih kayak kolor baru. Kenalin, nama gue Vanilla. Panggil aja Illa. Nama lo siapa?" Sapa seorang gadis manis dengan nama Vanilla Putri Mahameru di seragam putih birunya. Ia tertegun sejenak memandang wajah manis dengan tatapan mata jahil yang sedang mengulurkan tangannya ramah. Ia memang baru seminggu mengganti seragam merah putihnya dengan warna putih biru. Apalagi ia memang murid baru pindahan dari sekolah lain. Sudah pasti ia tidak mempunyai teman di lingkungan baru ini. Ia balas tersenyum ramah dan menjabat tangan si teman baru. "Gue Aliya Sanjaya. Panggil aja Liya. Lo temen baru pertama gue di sekolah ini. Salam kenal ya?"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Semesta telah mempertemukannya dengan musuhnya tanpa ia perlu bersusah payah lagi mencari-cari. Saat ia membaca nama lengkap gadis cantik yang mengajaknya bersalaman ini, ia langsung menandainya.

  • Darling Enemy   Chapter 45

    Drttt... drttt... drttt...Aliya meninggalkan ruangan tempat Vanilla disekap saat merasakan ponselnya bergetar. Samar-samar ia masih bisa mendengar suara Vanilla yang tengah memaki-maki Om Gilang. Vanilla ini memang jelmaan Tante Lily. Sama sekali tidak ada takut-takutnya walaupun nyawanya sudah diujung tanduk. Sedikit banyak kata-kata Vanilla tadi menyadarkannya. Ayahnya dan Om Gilang mempunyai jabatan yang sama di perusahaan Om Heru. Otomatis kemampuan keduanya pasti tidak jauh berbeda bukan? Tapi kenapa ayahnya bisa menjadi gila sementara Om Gilang sukses jaya? Mengapa Om Gilang tidak mengulurkan tangan dan membantu ayahnya bangkit lagi? Kalau memang Om Gilang sebenci itu kepada keluarga Mahameru, mengapa ratusan gambar Tante Lily bertebaran di dinding kamar Om Gilang?Ia tidak buta. Semua photo-photo itu seakan merefleksikan kehidupan Tante Lily dari waktu ke waktu. Photo itu dimulai saat si tante sedang hamil besar dan berjualan di sebu

  • Darling Enemy   Chapter 44

    "Mas, biar Abizar, Altan dan para polisi aja yang mencari Vanilla. Mas nunggu kabarnya di rumah aja ya, Mas?" Lily berusaha menahan tangan suaminya saat melihat Heru menyelipkan sebuah pistol jenis colt di pinggangnya. Suaminya sedang bersiap-siap mengikuti Galih beserta para anak buahnya yang bergerak untuk mencari putri mereka. Bukan apa-apa, setelah menikah dengannya, Heru yang dulunya adalah seorang laki-laki kejam dan berangasan telah berubah menjadi seorang family man. Padahal siapa dulu yang tidak mengenal keganasannya? Ring demi ring boxing telah ia susuri semua. Suaminya bahkan berhasil menaklukkan para petarung-petarung hebat yang telah dipersiapkan kakaknya dulu, barulah suaminya ini bisa memilikinya. Dingin dan sadis adalah julukannya. Tetapi tingkah brangasan dan nekadannya itu telah ia buang jauh-jauh setelah Abizar dan Vanilla lahir. Suaminya berubah menjadi lebih religius dan mendalami agama sesudah menjadi seorang ayah. Suaminya mengatakan

  • Darling Enemy   Chapter 43

    Vanilla bermimpi. Ia merasa sedang mengikuti acara perpisahan dengan teman-teman sekolahnya dulu. Mereka sekelas bergembira ria di pantai. Ia yang kala itu ingin menjajal kemampuan berenangnya, mencoba berenang hingga jauh ke tengah pantai. Pandan Wangi dan Aliya sudah memperingatkannya agar tidak terlalu jauh berenang. Mereka takut kalau ia terbawa arus. Tetapi beningnya air pantai dengan ombak kecil yang bersahabat begitu menggodanya. Ia nekad berenang sendiri sampai jauh. Saat ia sampai di pertengahan pantai yang cukup dalam, masalah pun datang. Ia merasa kalau kakinya kram. Ia panik dan berusaha meminta pertolongan. Namun jeritannya tidak ada yang mendengar karena posisinya yang sudah terlalu jauh dari bibir pantai. Ia akhirnya pasrah dan hanya bisa menggapai-gapai air. Berjuang untuk bisa tetap bernapas. Sampai suatu ketika seseorang meraih tubuhnya dan membawanya keluar dari pantai. Dinginnya air dan kakinya yang membuat perasaannya tidak karuan. Satu hal yang ia rasakan

  • Darling Enemy   Chapter 42

    Altan terbangun tepat pada pukul enam pagi. Ia meringis saat merasakan tubuhnya sedikit kram dan pegal-pegal. Tidur di kursi panjang ruang tunggu rumah sakit, tentu saja bukanlah pilihan yang nyaman. Tetapi anehnya, ia malah merasa puas sekali. Ia seolah-olah bisa ikut merasakan sakit seperti Vanilla di dalam sana. Ia memang sengaja memilih tidur di kursi panjang yang berhadapan langsung dengan ruangan Vanilla. Ia menjaga pacarnya tanpa meminta simpati atau pun empati. Ia menjaganya murni karena ia sayang dan peduli. Bukan karena mengharapkan simpati orang lain.Untung saja kedua sahabat oroknya tidak tahu kelakuannya ini. Kalau saja mereka tahu, sudah bisa dipastikan mereka berdua akan mensahkan dirinya sebagai member bucin teranyar tahun ini. Namanya pasti akan trending sebagai bucin termuda tahun ini. Reputasinya sebagai laki-laki paling cool seruang angkasa dan tata surya akan tinggal kenangan saja. Ia bangkit perlahan seraya melakukan beberapa gerakan peregangan. Ia

  • Darling Enemy   Chapter 41

    Vanilla merasa ada yang aneh saat ia membuka matanya. Dinding kamarnya yang biasanya berwarna krem dengan tirai berwarna merah marun, mendadak berubah menjadi berwarna putih semua. Sejenak ia kehilangan orientasi. Ketika secara tidak sengaja ia ingin bangkit dari tidurnya, ia meringis kesakitan. Tangan kirinya sudah dipasangi jarum infus rupanya. Ia kembali menjatuhkan kepalanya ke atas bantal. Berusaha merangkai-rangkai kejadian demi kejadian yang berseliweran di benaknya. Pertengkaran dengan abang bossnya, naik gojek, hujan, kedinginan dan ia tidak bisa mengingat sisa kejadiannya lagi. Pasti ia kehilangan kesadaran hingga akhirnya ia dibawa ke rumah sakit ini. Ya, ia yakin kalau ruangan ini rumah sakit saat melihat infus di tangannya. Di saat ia sedang terus berusaha menggali ingatan yang tercecer, pintu ruangannya terbuka. Menghadirkan sosok cantik bundanya yang membawa beberapa wadah styrofoam dalam satu plastik besar."Udah bangun, La? Gimana perasaan kamu,

  • Darling Enemy   Chapter 40

    "Eh brondong borju, lo ngapain di sini? Mau sunat dua kali atau lo lagi nganterin pacar lo aborsi?" Altan yang sedang duduk bengong di ruang tunggu rumah sakit, kaget saat kepalanya digeplak begitu saja oleh seseorang.Naratria Dewangga. Si preman pasar dan putra sulungnya Azkanio Akbar Dewangga."Eh preman pasar, lo emang kagak ada sopan-sopannya jadi manusia. Jangan suka ngegetok kepala orang sembarangan. Kata bokap gue bisa bodoh ntar." Altan gantian menoyor kening Tria dengan jari telunjuknya. Rasain. Jahil banget ini emak-emak sebiji!"Halah, lo emang udah bodoh dari sononya. Buktinya lo bertahun-tahun suka sama itu bocah gila eh Illa, tapi lo pendem-pendem terus. Kagak berani lo omongin. Itu cuma contoh kecil ya? Kalo mau gue bahas semua kebodohan hakiki lo, bisa seminggu kita ngejogrok di mari kagak kelar-kelar."Ini mulut si preman pasar ya, pengen banget gue iket pake tali rafia.

  • Darling Enemy   Chapter 39

    Pukul tiga lewat lima belas menit. Vanilla dengan sopan memberitahu abang bossnya kalau mereka harus segera berangkat ke kantor Kreasi Mandiri Tbk, kalau mereka tidak ingin terlambat meeting. Vanilla yang tadi telah mendapat sedikit pencerahan dari Winda berusaha menjaga sikap profesionalitasnya selama berinteraksi dengan atasannya. Ia menghindari kontak mata dan membicarakan hal-hal yang tidak penting dengan abang bossnya.Ia sekarang berprinsip, bagaimana abang bossnya bersikap terhadap dirinya, maka seperti itu jualah ia akan bersikap. Lo jual gue beli. Lo sok kuasa, gue woles aja. Lo bertingkah, sekalian lo bakalan gue tinggal aja. Ia tahu sedari ia masuk ke dalam ruangan tadi, abang bossnya terus meliriknya berulang kali. Tapi Vanilla selow ae. Dia tidak mau lagi baper dan perasaan dicintai. Jatuh-jatuhnya nanti sakit hati lagi. Rugi! Vanilla juga tahu kalau Mbak Tasya terus memperhatikan interaksi mereka yang walau pun tetap saling berkomunikasi teta

DMCA.com Protection Status