Share

Chapter 3

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Apa? Bapak menerima saya magang di sini sebagai OG?" Vanilla nyaris tidak mempercayai pendengarannya sendiri.

"Saya diinterview oleh tiga petinggi perusahaan yang konon katanya mencari karyawan yang pemberani, kreatif dan inovatif hanya untuk ditempatkan pada posisi OG?" Semburnya emosi. Vanilla merasa darahnya sudah terkumpul di ubun-ubun sekarang. Berbanding terbalik dengan dirinya yang rasanya sudah ingin makan orang, si boss setan ini hanya menaikkan satu alisnya. Ekspresi wajahnya lempeng saja. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja kaca dengan ekspresi tidak sabar. Membuat Vanilla jadi kepengen mengunyahnya  saja.

"Jadi kamu berharap ditempatkan di mana? Jadi admin, sekretaris atau asisten pribadi saya? Ekspektasi kamu ketinggian, La." Sahut Altan datar.

"Begini saja, supaya adil, saya akan mengetest kamu selama sebulan ini sebagai OG. Kalau prestasi  kamu bagus dan semua orang yang kamu layani  puas, kamu akan mendapatkan reward sebagai staff adminstrasi. Tapi kalau tidak, kamu akan tetap menjadi OG di sini selama tiga bulan penuh. Bagaimana La, berani menerima tantangan saya?" Tukas Altan dengan ekspresi mengejek. 

In hale ex hale, sabar. Vanilla berusaha menenangkan kepalanya terlebih dulu sebelum menjawab. Sebenarnya ia tidak keberatan jika ia harus menjadi seorang OG atau pekerjaan yang dinilai orang rendah sekali pun, asalkan halal. Masalah cuci mencuci, bersih-bersih dan membuatkan minuman itu bukanlah hal yang baru lagi baginya. Toh di rumah ia juga sering dibabuin oleh bundanya. Menurut bundanya, segala jenis pekerjaan di dunia ini selama itu halal adalah sah-sah saja. Bundanya saja pada suatu masa pernah bekerja dua shift menjadi seorang ART. Hal itu dilakoni bundanya demi menyambung hidup anak-anak panti Kasih Bunda dan sejengkal perutnya. 

Hidup ini keras dan penuh dengan tantangan, Nak. Kelak kamu harus bisa menaklukkan semua situasi dan kondisi di dalam hidupmu. Kehidupan yang happily ever after, itu cuma ada di novel dan film saja. Hanya saja ingatlah, apa pun yang terjadi jangan sampai kamu melepaskan dua tambang utama kehidupan. Yaitu harapan dan keyakinan.

Nasehat bundanya kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Baiklah, ia akan membuktikan kalau ia tidak seperti apa yang ada dipikiran om setan ini. Ia kan all out kalau sudah memutuskan sesuatu. Kalau ia harus menjadi seorang OG, ia akan berusaha menjadi OG terbaik. Minimal sekota inilah. Masa ia kalah dengan  poni anti badainya? 

"Baik, Pak Altan. Saya terima jabatan maha penting ini. Saya akan menunjukkan kemampuan terbaik saya sebagai seorang OG. Puas? Saya permisi dulu. Di pantry pasti banyak pekerjaan maha penting yang memerlukan kehadiran saya." Sahut Vanilla takzim. Ia menundukkan sedikit kepalanya dan berlalu begitu saja. Ia menerapkan peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-berenang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, baru balas dendam kemudian. Hehehe.

Di pantry Vanilla menjumpai seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil dengan nama Bu Surti. Vanilla dengan sopan menjelaskan tentang tujuannya mencari si ibu. Sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh Altan, Vanilla memperkenalkan dirinya sebagai OG baru. Si ibu sempat tidak percaya bahwa ia adalah seorang OG. Menurut Bu Surti ia lebih cocok mengikuti casting sebagai bintang iklan dari pada seorang OG. Vanilla pun beralasan kalau ia tidak mengenyam pendidikan yang memadai. Makanya ia hanya bisa menjadi OG. Lihatlah betapa all out actingnya.

Setelah berganti seragam, Vanilla mendengarkan  instruksi-intruksi dari Bu Surti mengenai tugas-tugas utamanya di pantry. Sejurus kemudian masuk dua orang OG perempuan dan satu orang OB laki-laki. Di bagian OG, Vanilla mempunyai dua rekan kerja perempuan  yaitu Yati dan Mirna. Sedangkan OB laki-laki  yang usianya sepertinya masih remaja itu dipanggil dengan Darma. Inilah rekan-rekan seperjuangannya dalam sebulan ke depan kalau ia lulus menjalankan tugas sebagai OG. Kalau Altan tidak puas akan hasil kerjanya, berarti ia akan tiga bulan lamanya terbenam di pantry ini.

"Tugas pertama lo hari ini adalah buatin kopi untuk Pak Boss, tamu Pak Boss yang baru aja dateng dan satu teh rendah kalori untuk Bu Winda gesrek," terang Yati.

"Bu Winda gesrek? Kok namanya begitu sih, Yat?" Vanilla menjungkitkan alisnya. Nama depan sih oke. Winda. Lah ujungnya gesrek. Kagak padu amat."

"Hehehe. Gesrek itu adalah gelar kesayangan dari kami semua, para OG dan OB. Soalnya Bu Winda ini setiap ngomong, kita jadi pengen nabok saking nyelekitnya. Makanya kami beri julukan khusus gesrek. Padahal ini orang cuma mahasiswa magang. Tapi belagunya, beugh ngalah-ngalahin yang punya perusahaan. Lo sabar-sabar aja ntar ngadepinnya ya, La?" Imbuh Yati lagi.

"Siap. Gue akan pakai jurus pura-pura tuli aja setiap Bu Winda komplain." Sahut Vanilla enteng. 

"Cakep," Yati menunjukkan jempolnya dan berlalu dari pantry. Vanilla mulai meracik kopi untuk Altan dan tamunya. Dua sendok kopi dan satu sendok gula. Khusus untuk Bu Winda, Yati tadi berpesan agar gulanya diganti dengan gula diet rendah kalori dengan gambar jagung di kemasannya. Setelah semua beres, Vanilla mengantar kopi Altan terlebih dahulu ke ruangannya, baru ia akan mengantarkan kopi Bu Winda.

Vanilla mengetuk pintu ruangan Altan tiga kali. Saat terdengar sahutan masuk, Vanilla mendorong pintu dengan bantuan siku kanannya. Vanilla terpaku ketika pandangannya bersirobok dengan tamu Altan. Bumi Persada Prasetya. Vanilla terpesona. Ia sampai melupakan tugasnya. Ia hanya berdiri mematung. Memandangi pada sosok idolanya dengan tangan masih memegang baki. Demi apa coba pagi-pagi seperti ini ia telah diberi anugerah pemandangan makhluk Tuhan paling macho ini? Deheman Bumi yang mungkin risih karena terus ia pelototi menyadarkannya.

"Selamat pagi, Om eh Pak Bumi. Apa kabar, Pak?" Sapa Vanilla ramah. Dengan sigap ia meletakkan dua cangkir kopi di atas meja. Terbiasa memanggil Bumi dengan sebutan om, membuatnya nyaris terpeleset lidah. Tidak pas rasanya memanggil om pada Bumi saat sedang berada di kantor.

"Pagi. Baik."

Ai mak, dijawab sapaannya! 

Vanilla mendadak pengen joget india seraya mengintip-ngintip di antara satu kursi dengan kursi lainnya.

Pak, bisa ngeliat ke sini sebentar nggak, Pak? Dedek lemes ini, Pak.

Bumi, ya begini ini orangnya. Bicaranya irit. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibir seksinya itu mahal. Seperti memakai kuota setiap kata perkatanya.

"Kamu ngapain masih berdiri di sini? Tugas kamu kan masih banyak!" Salakan pertama. Vanilla mengerucutkan bibirnya. Dasar boss lucknut. Tidak bisa melihat orang senang.

"Tugas saya membuatkan minuman memang sudah selesai, Pak. Cuma--"

"Kalau begitu kamu cari kesibukan yang lain dong. Entah itu menyikat kamar mandi dengan sikat gigi, mengepel lantai dengan sapu tangan, atau apa kek. Yang penting tidak makan gaji buta. Ini malah jadi patung. Sana balik kanan!" Salakan jilid kedua. Ini manusia sebiji emang bener-bener ngeselin ya? Kagak bisa liat orang senang dikit, elah.

"Masih belum mau bergerak juga? Sana balik ke pantry lagi!" Altan menggerakkan kepalanya ke arah pintu sambil berkacak pinggang. Subhanallah ini orang akhlaknya ketinggalan di pesantren kali, ya? Galaknya natural.

"Saya ini kan OG profesional, Pak. Tugas saya adalah membuat tamu merasa nyaman hingga seolah-olah sedang berada di rumah tangga eh rumah sendiri. Ya siapa tahu Pak Bumi memerlukan bantuan saya untuk meniup-niup kopi supaya lebih cepat dingin barangkali?" Jawab Vanilla pura-pura polos.

"Kamu jangan berharap kalo  Bumi akan baper karena rayuan gombal tidak bermutu kamu itu ya? Asal kamu tahu, Bumi ini sebentar lagi akan menikah. Kamu tidak mau jadi seorang pelakor kan?" Pungkas Altan dengan raut wajah mengejek. 

Vanilla terpaku. Yang tadinya ia seperti melayang-layang di udara dengan baling-baling bambu dora emon, sekarang mendadak baling-baling bambunya seperti menyangkut di pohon jambu. Ia sesak napas saat menyadari bahwa sebentar lagi idolanya ini akan dimiliki oleh wanita lain.

"Be--bener begitu, Pak. Bapak udah mau nikah ya? Dengan siapa sih, Pak?" Tanya Vanilla lesu. Ia sedih dan kecewa. Niat utamanya yang ingin membuat Altan ilfeel dan akhirnya menendangnya keluar dari perusahaan ini, pupus sudah. Goalsnya akan segera digoalskan wanita lain. Apalagi saat ia melihat Bumi menganggukkan kepalanya. Pupuslah sudah harapannya. Tanpa mengatakan apapun lagi Vanilla segera berlalu dari ruangan Altan. Hatinya bergetar pilu menyenandungkan lagu gugur bunga.

Kesialannya berlanjut saat Bu Winda yang dijuluki gesrek oleh Yati ternyata adalah Winda Santosa, musuh besarnya. Untung saja pagi tadi menu sarapannya tadi adalah nasi goreng yang lumayan berat karbohidratnya. Coba kalau ia tadi hanya minum segelas susu. Pasti ia sudah KO diterjang berbagai masalah.

"Hellow, tuan putri sekelas Vanilla Putri Mahameru ternyata jadi OG di kantor gue? Dunia memang selucu ini ya, La? Lo jadi kacung gue sekarang?"

In hale, ex hale. Sabar. Inget lo tadi bilang mau pura-pura tuli kan? Yo wes. Abaikan saja dia, La.

"Lo yang biasanya pake dress Chanel sekarang make seragam OG murahan," dengus Winda jijik. "Coba  liat diri lo di kaca sekarang? Udah nggak ada cantik-cantiknya lagi. Lo dan seragam OG memang bener-bener pas. Pas kayak orang susah." Berondongan ejekan Winda membuat sisa kesabarannya benar-benar habis!

"Gue udah nggak ada cantik-cantiknya lagi lo bilang? Eh garukan sampah. Gue dipandang dari Zimbabwe pake sedotan kopi sekalipun, tetap jelita mempesona luar biasa walau cuma make seragam OG doang. Kagak kayak lo, muka aja lo boek-boek, tapi mulut lo busuk kayak jamban dan hati lo item kayak pantat penggorengan. Sampah lo!" Sembur Vanilla geram. Sifat toxic Winda ini tidak  berubah dari sejak mereka berseragam putih biru. Winda selalu menebarkan  virus kebencian di mana-mana. Ia tidak pernah  bahagia setiap melihat orang lain bahagia. 

"Nih gue buatin teh rendah kalori buat lo. Semoga setelah lo minum manisnya bisa mengurangi sedikit kepahitan dalam hidup lo." Vanilla meletakkan teh di atas meja dan meninggalkan Winda dengan dada berombak-ombak. Kalau tidak ingat ini adalah kantor, sudah ia bejek-bejek itu si nenek lampir. Saking suntuknya ia sampai menelepon Pandan Wangi. Ia membutuhkan sedikit wejangan agar ia kuat melalui sisa hari ini. Bumi akan menikah, dan ia satu kantor dengan Winda. Demi apa ia coba, pagi-pagi ia mendapat dua cobaan hidup maha berat.

"Ya, La. Ada apa? Tumben-tumbenan lo nelpon gue pagi-pagi begini?"

Mendengar suara santai Pandan Wangi membuat hati Vanilla yang sebelumnya mendung, menjadi sedikit tenang. Pandan ini orangnya panjang akal. Curhat dengan Pandan itu worth it karena biasanya ia selalu punya solusi.

"Ndan, gimana caranya supaya kita terlihat kuat di depan orang lain? Apa gue harus pake cosplay wonder women dulu?"

"Nggak perlu sampai segitunya, La. Lo cukup makan biskua* aja kayak iklan di tipi. Semua bisa jadi macam. Aummm!

Sialan!

Related chapters

  • Darling Enemy   Chapter 4

    Kanaya baru mengerti ungkapan yang mengatakan kalau kesakitan di dalam hati, mampu mengalahkan kesakitan fisik. Buktinya saat akan melahirkan seperti ini, ia seperti tidak merasakan sakit akibat kontraksi. Pikirannya semua tercurah pada keadaan Haikal. Ia tidak tau apa yang telah terjadi pada suaminya. Sesaat setelah ia masuk ke dalam ruang bersalin, ia tidak boleh lagi memegang ponsel. Alhasil pikirannya terus mengembara ke mana-mana. Ia membayangkan kalau suaminya itu tengah tergeletak berdarah-darah di jalanan, tanpa ada yang memberitahukannya. Memikirkan semua kengerian-kengerian itu, ia kembali berteriak histeris. Demi Tuhan, ia ketakutan!"Jangan begini, Nay. Jangan terus menyiksa dirimu dengan pikiran yang tidak-tidak. Ingat ada bayi yang harus kamu lahirkan dengan selamat. Dengar baik-baik, dengan selamat, Nay. Kamu tidak ingin terjadi sesuatu pada bayimu, bukan?" ancam dokter Kirana. Sebenarnya ia tidak tega berbicara sefrontal ini pada Kanaya. Tetapi m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 5

    "Udah belum sih, Ndan make upnya? Gue begah banget ini. Mana perut gue disumpel-sumpel bantal segede gambreng begini. Saoloh, engap gue, Ndan." Vanilla stress. Sejak pukul tujuh pagi ia sudah didandani menjadi mbak-mbak menor yang sedang hamil tujuh bulan. Untung saja Pandan bersedia menginap di rumahnya, sehingga misi mereka lebih mudah direalisasikan. Semesta seperti ikut mendukung konspirasinya. Karena saat ini kedua orang tuanya sedang berkunjung ke rumah omnya, dan kakak laki-lakinya sedang mengurus proyek luar kota. Makanya aksi mereka menjadi lebih mudah untuk direalisasikan.Kalau saja bukan karena ia ingin membalas budi pada Aliya, ia tidak mau mengambil resiko sebesar ini. Bayangkan saja, ia sekarang menyamar menjadi kekasih Bumi yang ditinggal menikah saat sedang hamil tujuh bulan demi menggagalkan pernikahan Aliya dengan Bumi.Saat ini Pandan Wangi telah menyulap wajahnya menjadi sepuluh tahun lebih tua, agar sepadan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 6

    Dengan langkah tersaruk-saruk, Vanilla mengikuti langkah kaki orang yang menyelamatkannya. Vanilla sedikit heran karena penolongnya ini bersikap seolah-olah ia sudah sangat mengenal setiap sudut rumah Aliya. Buktinya ia tahu mengenai pintu samping bahkan jalan setapak menuju taman belakang rumah sahabatnya itu. Vanilla nyaris terjungkal saat kakinya secara tidak sengaja tersandung akar sebuah pohon besar yang luput dari perhatiannya. la juga agak kesusahan berjalan karena bantalan di perutnya semakin lama semakin kendor saja ikatannya. Dengan tidak sabar ia mengangkat roknya dari bawah dan membuka ikatan bantalan hamil tujuh bulan itu dari perutnya. Vanilla mengerutkan dahinya saat penolongnya ini menyumpah-nyumpah melihatnya mengangkat rok tinggi-tinggi."Kamu itu otaknya kenapa tidak dipasang dulu sebelum bertindak, hah? Ke mana rasa malu kamu saat menaikkan rok kamu tinggi-tinggi seperti itu padahal ada seorang laki-laki tepat berada di sampingmu,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 7

    "Sore itu ada kegiatan ekskul basket di sekolah. Seperti biasa saya sangat gembira, karena bermain bola basket adalah olah raga kegemaran saya. Karena club anak basket itu banyak sekali peminatnya, kami bermain bergantian. Saya merasa tidak puas karena cuma bisa bermain sebentar. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu hingga jam ekskul anak-anak berakhir." Untuk pertama kalinya Vanilla mau membagi rahasia kelamnya."Setelah anak-anak basket pulang semua, saya latihan sendiri. Pandan tidak mau ikut karena takut pulang kesorean dan Aliya ingin cepat pulang karena kurang enak badan. Singkat cerita saya lupa waktu dan tahu-tahu saja langit sudah mulai gelap.Pak Ipul, penjaga sekolah kita memperingatkan agar saya segera pulang karena hari sudah sore. Saya baru sadar kalau hari sudah mulai gelap. Saya takut juga, karena hari itu saya akan pulang sendiri. Supir kami izin tidak masuk karena istrinya melahirkan."Vanilla yang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 8

    Vanilla gelisah. Hatinya tidak tenang saat ia melihat sekelebat bayangan Bumi masuk ke dalam ruangan Altan. Ia tahu perusahaan Altan memiliki dua proyek baru dengan perusahaan ayahnya. Karena Bumi juga menanamkan saham fifty-fifty pada salah satu perusahaan ayahnya, maka otomatis Bumi juga memiliki hak yang sama dengan ayahnya. Dan sepertinya project ayahnya kali ini akan di follow up oleh Bumi. Makanya ia tidak heran mendapati Bumi wara wiri di kantor ini.Sedari kecil ia cinta sudah mati pada Bumi. Di mana ada Bumi, maka ke situ lah ia akan mendekat. Ia juga tidak segan-segan memperlihatkan perasaannya secara terang-terangan pada Bumi. Semua orang tahu kalau ia selalu berupaya mencari cara agar ia bisa berdekatan lelaki pujaannya itu. Bumi kadang sampai risih karena selalu diekori olehnya.Tetapi sejak kejadian batalnya pernikahan Bumi dengan Aliya akibat ulahnya, Ia jadi merasa ketakutan sendiri. Ia merasa sangat berdosa. Bumi telah

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 9

    Vanilla membuatkan kopi untuk Altan seraya mengabsen semua nama-nama satwa. Dimulai dari yang berkaki dua, berkaki empat sampai dengan yang berkaki seribu. Ia heran melihat tingkah si boss setan ini. Kok ada ya manusia yang hobbynya nyolotin orang terus? Apapun yang ia lakukan selalu saja salah di matanya. Besok-besok ia akan pindah saja ke bokongnya, agar Altan tidak bisa memandangnya sekalian. Leher Altan pasti akan sengkleh kalau ia terus saja memaksakan diri untuk memandangnya yang berada tepat di bokongnya. Asik ngegereundeng sendiri, ia sampai tidak menyadari kehadiran seseorang tepat di belakangnya."Kamu ini cuma disuruh membuat kopi baru saja sebegitu tidak ikhlasnya. Tidak baik terlalu perhitungan terhadap sesama. Menurut almarhum kakek saya kalau semasa hidup kita suka hitung-hitungan dalam mengerjakan sesuatu, nanti pada saat meninggal, kita akan disuruh menghitung bulu kucing. Paham kamu?"Eh dia lagi, dia lagi yang nongol! 

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 10

    Hingar bingar suara musik EDM menggema di salah satu sudut club papan atas ibukota. Vanilla, Pandan Wangi dan Aliya asik menari mengikuti alunan lagu anytime yang dinyanyikan apik oleh Don Diablo. Hari ini Pandan mendandani mereka semua dengan style ala ala artis Korea. Pandan mencatok rambut ikal Aliya menjadi lurus dan mengikatnya menjadi satu ke belakang. Tubuh kutilang alias kurus tinggi langsing Aliya dibalut mini dress abu-abu bertali spaghetti yang seksi abis.Pandan mendandani Vanilla dengan mencepol tinggi rambut ikalnya membentuk bun longgar yang seksi. Beberapa helai anak-anak rambut yang sengaja dikeluarkan dari bun, terlihat jatuh membingkai wajah manisnya. Pandan melingkapi make up cetar Vanilla dengan outfit jumpsuit putih berbahan tule sepaha. Penampilannya seksi dan dewasa.Sementara Pandan sendiri hanya mengurai rambut panjang ikalnya yang menjuntai indah hingga ke punggung. Untuk out fit, ia mengenakan crop tan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Darling Enemy   Chapter 11

    "Kalian semua berdiri yang tegak! Janganmencong-mencongbegitu. Lencang kanan,graak!"Vanilla yang berdiri paling ujung segera meluruskan lengannya ke samping bahu kanan Pandan. Pandan melanjutkan dengan meluruskan lengan pada bahu Aliya. Merapikan barisan mengikuti aba-aba Om Axel. Omnya Vanilla. Om Axel adalah om mafia yang sangat ditakuti oleh sahabatnya itu melebihi kedua orang tuanya sendiri. Jelas saja. Om Axel ini adalah sebenar-benarnya mafia. Bukan mafia kaleng-kaleng."Tegak,graak!"Vanilla dan Pandan segera menurunkan lengan secara serentak. Mengikuti aba-aba Om Axel."Siap,graak!"Vanilla, Pandan dan Aliya meluruskan kedua lengan di sisi tubuh masing-masing dengan tangan terkepal dan jempol di depan. Pandangan mereka lurus ke depan dengan sikap tubuh tegak."Istirahat di tempat,graak!"Vanilla, Pandan dan Aliya memindahkan kaki kiri ke samping seleb

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Darling Enemy   Extra Part

    "Eh bangkotan borju, lo kok lemot beut sih kayak keong? Lamar dong itu si Vanilla? Lo nggak takut apa ntar si Illa ditikung balik sama Bumi?" Tria menyenggol lengan Altan yang baru menyuapkan bakso. Karena senggolan Tria, alhasilbakso Altan mencelat dan kuah baksonya terciprat ke hidungnya sendiri. Altan menyumpah-nyumpah.Hari ini mereka bisa berkumpul bertiga karena Tria mempunyai waktu luang. Mertua dan adik iparnya yang baru tiba di tanah air menginap di rumahnya. Mereka semua kangen pada empat orang buah hati Tria dan Akbar. Makanya Tria jejingrakan kegirangan karena tugas wajibnya ada yang menggantikan sementara. Tanpa perlu menunggu lama, ia segera menghubungi dua sahabat oroknya. Dan akhirnya di sinilah mereka berada. Di warung bakso Bang Doel, tempat nongkrong favorit mereka sepanjang masa."Eh preman pasar, lo liat-liat dong kalo mau nyenggol. Nih liat, bakso gue sampai ngegelinding ke mana-man

  • Darling Enemy   Chapter 46 (end)

    "Hallo, anak baru. Muka lo kok ketet banget sih kayak kolor baru. Kenalin, nama gue Vanilla. Panggil aja Illa. Nama lo siapa?" Sapa seorang gadis manis dengan nama Vanilla Putri Mahameru di seragam putih birunya. Ia tertegun sejenak memandang wajah manis dengan tatapan mata jahil yang sedang mengulurkan tangannya ramah. Ia memang baru seminggu mengganti seragam merah putihnya dengan warna putih biru. Apalagi ia memang murid baru pindahan dari sekolah lain. Sudah pasti ia tidak mempunyai teman di lingkungan baru ini. Ia balas tersenyum ramah dan menjabat tangan si teman baru. "Gue Aliya Sanjaya. Panggil aja Liya. Lo temen baru pertama gue di sekolah ini. Salam kenal ya?"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Semesta telah mempertemukannya dengan musuhnya tanpa ia perlu bersusah payah lagi mencari-cari. Saat ia membaca nama lengkap gadis cantik yang mengajaknya bersalaman ini, ia langsung menandainya.

  • Darling Enemy   Chapter 45

    Drttt... drttt... drttt...Aliya meninggalkan ruangan tempat Vanilla disekap saat merasakan ponselnya bergetar. Samar-samar ia masih bisa mendengar suara Vanilla yang tengah memaki-maki Om Gilang. Vanilla ini memang jelmaan Tante Lily. Sama sekali tidak ada takut-takutnya walaupun nyawanya sudah diujung tanduk. Sedikit banyak kata-kata Vanilla tadi menyadarkannya. Ayahnya dan Om Gilang mempunyai jabatan yang sama di perusahaan Om Heru. Otomatis kemampuan keduanya pasti tidak jauh berbeda bukan? Tapi kenapa ayahnya bisa menjadi gila sementara Om Gilang sukses jaya? Mengapa Om Gilang tidak mengulurkan tangan dan membantu ayahnya bangkit lagi? Kalau memang Om Gilang sebenci itu kepada keluarga Mahameru, mengapa ratusan gambar Tante Lily bertebaran di dinding kamar Om Gilang?Ia tidak buta. Semua photo-photo itu seakan merefleksikan kehidupan Tante Lily dari waktu ke waktu. Photo itu dimulai saat si tante sedang hamil besar dan berjualan di sebu

  • Darling Enemy   Chapter 44

    "Mas, biar Abizar, Altan dan para polisi aja yang mencari Vanilla. Mas nunggu kabarnya di rumah aja ya, Mas?" Lily berusaha menahan tangan suaminya saat melihat Heru menyelipkan sebuah pistol jenis colt di pinggangnya. Suaminya sedang bersiap-siap mengikuti Galih beserta para anak buahnya yang bergerak untuk mencari putri mereka. Bukan apa-apa, setelah menikah dengannya, Heru yang dulunya adalah seorang laki-laki kejam dan berangasan telah berubah menjadi seorang family man. Padahal siapa dulu yang tidak mengenal keganasannya? Ring demi ring boxing telah ia susuri semua. Suaminya bahkan berhasil menaklukkan para petarung-petarung hebat yang telah dipersiapkan kakaknya dulu, barulah suaminya ini bisa memilikinya. Dingin dan sadis adalah julukannya. Tetapi tingkah brangasan dan nekadannya itu telah ia buang jauh-jauh setelah Abizar dan Vanilla lahir. Suaminya berubah menjadi lebih religius dan mendalami agama sesudah menjadi seorang ayah. Suaminya mengatakan

  • Darling Enemy   Chapter 43

    Vanilla bermimpi. Ia merasa sedang mengikuti acara perpisahan dengan teman-teman sekolahnya dulu. Mereka sekelas bergembira ria di pantai. Ia yang kala itu ingin menjajal kemampuan berenangnya, mencoba berenang hingga jauh ke tengah pantai. Pandan Wangi dan Aliya sudah memperingatkannya agar tidak terlalu jauh berenang. Mereka takut kalau ia terbawa arus. Tetapi beningnya air pantai dengan ombak kecil yang bersahabat begitu menggodanya. Ia nekad berenang sendiri sampai jauh. Saat ia sampai di pertengahan pantai yang cukup dalam, masalah pun datang. Ia merasa kalau kakinya kram. Ia panik dan berusaha meminta pertolongan. Namun jeritannya tidak ada yang mendengar karena posisinya yang sudah terlalu jauh dari bibir pantai. Ia akhirnya pasrah dan hanya bisa menggapai-gapai air. Berjuang untuk bisa tetap bernapas. Sampai suatu ketika seseorang meraih tubuhnya dan membawanya keluar dari pantai. Dinginnya air dan kakinya yang membuat perasaannya tidak karuan. Satu hal yang ia rasakan

  • Darling Enemy   Chapter 42

    Altan terbangun tepat pada pukul enam pagi. Ia meringis saat merasakan tubuhnya sedikit kram dan pegal-pegal. Tidur di kursi panjang ruang tunggu rumah sakit, tentu saja bukanlah pilihan yang nyaman. Tetapi anehnya, ia malah merasa puas sekali. Ia seolah-olah bisa ikut merasakan sakit seperti Vanilla di dalam sana. Ia memang sengaja memilih tidur di kursi panjang yang berhadapan langsung dengan ruangan Vanilla. Ia menjaga pacarnya tanpa meminta simpati atau pun empati. Ia menjaganya murni karena ia sayang dan peduli. Bukan karena mengharapkan simpati orang lain.Untung saja kedua sahabat oroknya tidak tahu kelakuannya ini. Kalau saja mereka tahu, sudah bisa dipastikan mereka berdua akan mensahkan dirinya sebagai member bucin teranyar tahun ini. Namanya pasti akan trending sebagai bucin termuda tahun ini. Reputasinya sebagai laki-laki paling cool seruang angkasa dan tata surya akan tinggal kenangan saja. Ia bangkit perlahan seraya melakukan beberapa gerakan peregangan. Ia

  • Darling Enemy   Chapter 41

    Vanilla merasa ada yang aneh saat ia membuka matanya. Dinding kamarnya yang biasanya berwarna krem dengan tirai berwarna merah marun, mendadak berubah menjadi berwarna putih semua. Sejenak ia kehilangan orientasi. Ketika secara tidak sengaja ia ingin bangkit dari tidurnya, ia meringis kesakitan. Tangan kirinya sudah dipasangi jarum infus rupanya. Ia kembali menjatuhkan kepalanya ke atas bantal. Berusaha merangkai-rangkai kejadian demi kejadian yang berseliweran di benaknya. Pertengkaran dengan abang bossnya, naik gojek, hujan, kedinginan dan ia tidak bisa mengingat sisa kejadiannya lagi. Pasti ia kehilangan kesadaran hingga akhirnya ia dibawa ke rumah sakit ini. Ya, ia yakin kalau ruangan ini rumah sakit saat melihat infus di tangannya. Di saat ia sedang terus berusaha menggali ingatan yang tercecer, pintu ruangannya terbuka. Menghadirkan sosok cantik bundanya yang membawa beberapa wadah styrofoam dalam satu plastik besar."Udah bangun, La? Gimana perasaan kamu,

  • Darling Enemy   Chapter 40

    "Eh brondong borju, lo ngapain di sini? Mau sunat dua kali atau lo lagi nganterin pacar lo aborsi?" Altan yang sedang duduk bengong di ruang tunggu rumah sakit, kaget saat kepalanya digeplak begitu saja oleh seseorang.Naratria Dewangga. Si preman pasar dan putra sulungnya Azkanio Akbar Dewangga."Eh preman pasar, lo emang kagak ada sopan-sopannya jadi manusia. Jangan suka ngegetok kepala orang sembarangan. Kata bokap gue bisa bodoh ntar." Altan gantian menoyor kening Tria dengan jari telunjuknya. Rasain. Jahil banget ini emak-emak sebiji!"Halah, lo emang udah bodoh dari sononya. Buktinya lo bertahun-tahun suka sama itu bocah gila eh Illa, tapi lo pendem-pendem terus. Kagak berani lo omongin. Itu cuma contoh kecil ya? Kalo mau gue bahas semua kebodohan hakiki lo, bisa seminggu kita ngejogrok di mari kagak kelar-kelar."Ini mulut si preman pasar ya, pengen banget gue iket pake tali rafia.

  • Darling Enemy   Chapter 39

    Pukul tiga lewat lima belas menit. Vanilla dengan sopan memberitahu abang bossnya kalau mereka harus segera berangkat ke kantor Kreasi Mandiri Tbk, kalau mereka tidak ingin terlambat meeting. Vanilla yang tadi telah mendapat sedikit pencerahan dari Winda berusaha menjaga sikap profesionalitasnya selama berinteraksi dengan atasannya. Ia menghindari kontak mata dan membicarakan hal-hal yang tidak penting dengan abang bossnya.Ia sekarang berprinsip, bagaimana abang bossnya bersikap terhadap dirinya, maka seperti itu jualah ia akan bersikap. Lo jual gue beli. Lo sok kuasa, gue woles aja. Lo bertingkah, sekalian lo bakalan gue tinggal aja. Ia tahu sedari ia masuk ke dalam ruangan tadi, abang bossnya terus meliriknya berulang kali. Tapi Vanilla selow ae. Dia tidak mau lagi baper dan perasaan dicintai. Jatuh-jatuhnya nanti sakit hati lagi. Rugi! Vanilla juga tahu kalau Mbak Tasya terus memperhatikan interaksi mereka yang walau pun tetap saling berkomunikasi teta

DMCA.com Protection Status