“Aw!” jerit Hanna ketika tubuhnya merasa tertekan oleh korset.
"Memang harus seperti ini, Nyonya Patricia berpesan korsetnya harus ditekan kuat agar tubuhmu terlihat lebih berbentuk," ujar Samantha si asisten Patricia, atau lebih tepatnya orang suruhan sang Ibu Mertua untuk mengerjai Hanna.
Dari pantulan di cermin, sudah jelas bahwa Samantha sengaja melakukannya. "Samantha, ini agak keterlaluan. Bukankah masih banyak bentuk gaun yang lain?"
Bibir Samantha menyeringai, dengan sarkas dia berkata. “Memang kenapa Nona Hanna, bukankah bagus jika perutmu terlihat rata. Tidak ada bayinya juga.”
Hanna menggelengkan kepala. Lihat betapa kurang ajar bibi tua ini. Sudah tidak sopan karena masih memanggil Nona, lalu menyiksa tubuh Hanna. Anak buah dan Nyonya sama saja!
Gaun sudah melekat sempurna, Samantha pergi turun untuk membayar. Waktu singkat itu Hanna pakai untuk melonggarkan sedikit jeratan korset.
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Hanna, Samantha dan Benny sang supir keluarga berhenti di pintu lobby sebuah restoran megah bergaya klasik.
Hanna berjalan sendiri menuju dalam lobby. Untuk acara seperti ini, Samantha tidak diperbolehkan masuk ke dalam.
Suara bising terdengar, dari meja bagian ujung Hanna melihat Patricia sedang berbincang dengan para sosialita. Langkah kaki Hanna semakin mendekat, kemudian beberapa orang menoleh ke arahnya.
"Bukankah itu menantu keluarga Owen? Astaga, langsing sekali. Membuatku iri saja," ujar seorang wanita yang rambutnya disasak tinggi bernama Aster.
Patricia tertawa, dia hendak menyahut namun ada suara dari wanita lain di sebelahnya.
"Aku pikir, Mikail menikah terburu-buru karena hamil duluan. Ternyata sudah berjalan dua tahun pun, Patricia belum juga menimang cucu, hohoho." Kali ini giliran Esme yang meledek.
Mata Patricia memincing, namun bukan ke arah kedua temannya itu. Melainkan ke arah Hanna yang sedang berjalan mendekat. Perempuan yang sejak dinikahi oleh putranya hanya bisa membuat malu keluarga.
Hanna dengar semua yang mereka bicarakan dan merasa harus membalasnya dengan cara yang elegan. "Selamat malam Mama, Bibi Aster, Bibi Esme," Hanna menyapa dengan senyum merekah yang lembut.
Esme maju mendekat. "Hay Hanna, bibi lihat tubuhmu makin langsing saja. Kapan kamu berencana untuk memiliki anak? Sudah dua tahun menikah harusnya kamu cek ke dokter, siapa tahu kalian berdua ada masalah kesehatan," ujarnya sok perhatian.
Bibir Hanna membentuk senyuman. "Aku dan Mikail akan memutuskan, kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak." Hanna pura-pura berbalik untuk pergi, namun menoleh ke arah Esme lagi. "Oh iya, aku turut simpati kepada menantu bibi. Aku dengar dia harus konsul ke psikolog karena mengalami baby blues. Sepertinya bibi dan anak bibi kurang perhatian padanya."
Wajah Esme memerah.
Patricia benci setengah mati pada Hanna. Karena dia, putra pertamanya harus dipaksa menikah. Kenangan itu terus melekat pada otak Patricia. "Ayo kita ke depan," Patricia memberikan kode agar Hanna mengikutinya. Terserah Aster dan Esme mau berkomentar apa lagi tentang Hanna.
Tepat saat Hanna menuju depan, Mikail muncul dengan setelan jas hitam yang selalu membuat auranya bersinar sekaligus misterius. Mikail berjalan santai dan berdiri di sebelah Hanna untuk mendengarkan sambutan.
Malam ini pembukaan restoran milik keluarga Owen dan dipimpin langsung oleh Ayah Mikail, yaitu Tuan Louis Owen.
"Selamat malam semua, hari ini adalah pembukaan The Carino. Aku harap kalian semua bersenang-senang dan menikmati hidangannya. Pada malam ini juga, aku perkenalkan manager terbaik yang telah kupilih. Mari kita sambut..." Louis mempersilahkan seseorang untuk naik ke atas panggung.
Suara high heels terdengar begitu merdu menuju sebelah Louis. Hanna menoleh ke arah sumber suara. Seketika, langitnya terasa runtuh. Memori 5 tahun lalu berjejalan keluar dari kepala.
"Kenapa kalian putus?" tanya Hanna pada saat itu, di dalam mobil ketika Mikail mengantarnya pulang.
Setiap jumat malam, genk mereka selalu berkumpul. Genk yang berisi Hanna, Irene, Mikail dan Garvin. Selain karena kebiasaan rutin, malam ini mereka memiliki misi rahasia... Yaitu menghibur Mikail yang baru saja putus dari kekasihnya.
Saat berangkat tadi Irene yang menjemput Hanna, maka dia bersikeras tidak mau mengantar pulang. Mikail yang rumahnya searah jadi kena batunya.
"Anak kecil nggak perlu tahu urusan orang dewasa," jawab Mikail dengan wajah datar.
"Tapi usia kita hanya selisih satu tahun, huft!" Hanna menoleh ke luar jendela dan mendumel sendiri. Mikail terasa lebih kaku dibanding Garvin meski mereka telah bersahabat selama 7 tahun.
Pada akhirnya, misteri kenapa Mikail berpisah dengan kekasihnya tidak terjawab. Banyak yang menyayangkan karena keduanya tampak sangat serasi.
Malam ini... Freya adalah sosok yang baru saja berjalan anggun menuju atas panggung.
Degh! Jantung Hanna terasa nyeri. Tangannya mencengkeram tas berbahan kulit seharga ratusan juta hingga kukunya memucat. Dipandangi sosok Freya yang sedang tersenyum manis di sebelah Louis. Lalu beralih melirik ke arah Mikail.
Anehnya, Mikail hanya menatap datar tanpa merasa terkejut. Apa itu artinya dia sudah tahu jika Freya akan bekerja di tempat ini?
Mendadak rasa mual menyerang Hanna. Ditengah hiruk pikik orang-orang yang memuji Freya, dia memutuskan untuk berjalan keluar ruangan dengan langkah gemetar.
Sepasang mata menatap Hanna tajam, kemudian beralih ke seorang lelaki bertubuh tegap. Memberi kode agar lelaki itu harus mengikuti kemanapun Hanna pergi.
"Hoek," pada akhirnya Hanna mengeluarkan cairan yang terasa asam dari mulutnya. Sensasi terkejut dan tekanan dari korset membuatnya tidak bisa menahan diri.
Hanna bersimpuh di dekat kolam ikan dengan wajah pucat. "Tolong antar aku ke Kebun Rahasia," perintah Hanna pada Lucas. Dari suara sepatunya, Hanna tahu jika sejak tadi Lucas mengikutinya.
***
Epilog:
Mikail begitu ahli menyembunyikan kehidupan pribadinya, tidak seperti Garvin yang terbuka pada Hanna dan Irene.
Hanna memandang jalan dengan bibir mengerucut karena tidak puas dengan jawaban Mikail. Saat menyusuri sungai, pandangannya terkunci pada penjual waffle kesukaannya. Dengan excited Hanna memeriksa laci tas, namun dia tidak menemukan uang cash.
"Kenapa?" tanya Mikail yang masih fokus menyetir.
Kepala Hanna mundur agar Mikail dapat melihat apa yang jadi targetnya. "Aku mau beli waffle itu, tapi nggak bawa uang cash."
Mikail menepikan mobil, dia mencari uang cash di dashbord mobil. Begitu ketemu diberikannya selembar uang seratus ribu kepada Hanna. "Beli 2, sisanya untuk si penjual."
Mata Hanna berbinar, dia keluar mobil dan berjalan menuju penjual yang merupakan wanita tua. Harga sepotong waffle adalah dua puluh lima ribu. Dengan kata lain, penjual itu mendapat keuntungan sama seperti harga pembelian Hanna.
"Terima kasih Mikail," ujar Hanna dengan senyum manis sambil memasang sabuk pengamannya kembali.
Mikail balas tersenyum hangat. Hanna bagai anak kecil yang meminta jajan padanya.
Kebun Rahasia adalah nama tempat bermain mereka berempat. Lokasinya masih di perkebunan keluarga Garvin dan di dalamnya terdapat rumah kaca serta mini playground.Garvin baru saja membuka sekaleng soda ketika melihat Hanna masuk ke dalam rumah kaca dengan wajah muram. Rasa lelahnya setelah membuat konsep lukisan makin bertambah parah."Kemarin suaminya, sekarang istrinya. Kalian kan sudah punya rumah, kenapa harus ganggu hidupku sih!" omelan Garvin bagai angin lalu.Hanna menuju toilet dan membuka korset penyiksa. Dilemparnya konset itu di sebelah sofa, kemudian membuka lemari es dan mengambil sekaleng jus jeruk. "Kak Garvin, tebak barusan aku lihat siapa?"Alis Garvin mengerenyit. "Mikail?" tebaknya asal.Tuk, Hanna sengaja menghentak kaleng minuman ke meja. "Kak Garvin pasti tahu kalau Freya sudah kembali." Dengan melihat gelagat Garvin, Hanna tahu jika Garvin barusan hanya berpura-pura tidak tahu.Garvin duduk di sebelah Hanna dan menepuk bahunya pelan. "Lalu kenapa? Freya itu hany
"Ughhh, kepalaku." Hanna memijat kepalanya yang terasa nyeri. Matanya menatap langit-langit kamar, pasti Mikail yang membawanya pulang."Sudah sadar?" dari sofa dekat jendela, suara Mikail terdengar begitu jernih.Dengan gerakan pelan Hanna bangun dari tidurnya. Kini dia duduk serta menyandarkan tubuh pada headboard ranjang. Dilihat Mikail sedang menyilangkan kaki dan mengetik sesuatu di laptop. Kemeja berwarna cream yang digulung sampai siku begitu serasi dengan celana navy potongan reguler.Hanna melirik pakaiannya yang masih sama seperti semalam. Perasaan dingin tiba-tiba muncul di tengkuknya. Meski terkesan naif, terkadang Hanna membayangkan jika Mikail bisa memperlakukan Hanna selayaknya seorang istri. Entah itu berhubungan fisik atau hal romantis lainnya yang membuat berdebar.Hanna tahu jika dia yang meminta untuk pisah kamar meski di dalam rumah hanya ada Hanna dan Mikail. Saat itu Mikail menyetujui, dengan syarat tidak ada yang boleh mengunci pintu kamar. Makanya Mikail bisa
"Tuan, Nyonya Hanna mengalami sedikit masalah." Nomor ponsel Mikail tidak aktif, Lucas hanya bisa mengirim pesan suara.Freya menatap Hanna dengan raut kesal. Dia baru saja memulai perjalanan restoran ini, namun diganggu oleh anak kecil yang disebut-sebut sebagai istri dari Mikail, mantan kekasihnya.Dulu mereka bilang mereka adalah sahabat tanpa rasa lebih. Siapa sangka baru ditinggal keluar negeri beberapa tahun, persahabatan mereka berubah jadi pernikahan.Patricia melihat sinyal buruk dari Freya. Sebelum terjadi perang terbuka, Patricia menarik tubuh Hanna menuju toilet. Cukup patricia yang menyiksa Hanna, orang lain jangan!"Jangan merusak apa yang baru saja dibuat oleh Louis," ancam Patricia sambil meremas bahu Hanna.Bukan hanya karena tenaga Patricia yang cukup kuat, kukunya yang dipasang nail art menancap sempurna. "Maaf Ma, hanya saja rasa masakannya tidak en...""DIAM!" sentak Patricia, dia menarik nafas dengan kasar. "Tutup mulutmu, jangan sampai ada yang mendengarnya."Ha
"Tingkat alergi Hanna nggak terlalu tinggi. Kalau sampai muncul, berarti makanan ini nggak benar!" Patricia lebih dulu datang ke dapur umum dan bicara empat mata dengan kepala koki."Baik Bu Patricia, akan aku periksa makanannya." Belum sampai di buffet, Lucas menelepon.Kejadian ini memang bukan urusannya, apalagi masalah alergi Hanna. Namun begitu Freya membentak Hanna di depan umum, Patricia merasa panas. Sudah dibilang bahwa hanya Patricia yang berhak menyakiti Hanna. Ditambah sejak semalam suaminya begitu perhatian kepada Freya. Mau tidak mau Patricia harus turun tangan.Patricia kembali berjalan dengan anggun menuju buffet. Senyum di wajahnya tampak begitu cantik, juga berbahaya.Freya mengatur kembali formasi yang telah dia buat. Dia sedikit senam wajah agar kembali cantik dan mempesona. Namun itu tidak berlangsung lama. Kepala Koki muncul di buffet bagian udang, dimakannya udang tersebut kemudian alisnya mengernyit.Patricia berjalan santai mendekati Kepala Koki dan Freya. Dia
"Mama Patricia meminta kita datang ke rumah nanti malam. Wilson mau meminta maaf padamu."Hanna yang sudah memejamkan mata terpaksa membukanya kembali begitu mendengar Mikail bicara. Padahal Hanna sudah siap jika Mikail melakukan hal yang lebih daripada berciuman. Sayangnya lelaki itu malah pergi setelah berbicara.Tengkuk Hanna meremang, air mata itu kembali muncul. Dia berjalan ke arah pintu dan menguncinya, kemudian duduk di meja rias, memandangi wajah yang mungil dan cukup cantik meski tanpa make up."Kenapa? Apa aku nggak cukup menarik? Huaaaa," Hanna menangis tersedu-sedu setelah dia mengencangkan suara tv di kamar.Mikail turun tangga dengan tergesa, tidak menyadari suara kencang dari dalam kamar Hanna. Dia hanya ingin mengambil air dingin untuk meredakan gairahnya. Semua ini karena perjanjian konyolnya dengan Hanna saat menikah dulu.Sarah muncul dari dalam toilet, sedikit terkejut melihat wajah Mikail yang merah padam. "Ada apa?""Ada anak kucing nakal," Mikail menjawab asal.
“Polisi bilang ada penyusup yang masuk ke hutan bawah. Kalau dari kita ada yang keluar, bisa membahayakan dan jadi sandera.” Louis baru saja melewati hutan bawah ketika mendapat telepon dari pos jaga.Mengingat ada banyak security yang mengelilingi rumah ini, mustahil jika Louis merasa takut. Hanna jadi berpikiran buruk. Apa mereka sengaja berbohong agar Freya bisa menginap?"Jeremy. Lalu bagaimana dengan Jeremy? Jemput dia sekarang!" Patricia panik, salah satu putranya belum pulang karena masih mengerjakan tugas sekolah.Particia memiliki 3 orang putra. Yang pertama Mikail, kedua Kael, ketiga Jeremy. Kael yang seorang Pegawai Negeri Sipil sedang dinas keluar kota, jadi tidak perlu dirisaukan. Yang jadi masalah adalah Jeremy. Sebagai putra bungsu keluarga Owen, dia memiliki kebiasaan makan dari masakan rumah yang bersih dan memiliki nilai gizi baik. Dia juga memiliki alergi debu yang membuatnya tidak bisa sembarang tidur di luar.Hanna menggaruk tengkuknya, masa dia harus menawari lag
“Polisi bilang ada penyusup yang masuk ke hutan bawah. Kalau dari kita ada yang keluar, bisa membahayakan dan jadi sandera.” Louis baru saja melewati hutan bawah ketika mendapat telepon dari pos jaga.Mengingat ada banyak security yang mengelilingi rumah ini, mustahil jika Louis merasa takut. Hanna jadi berpikiran buruk. Apa mereka sengaja berbohong agar Freya bisa menginap?"Jeremy. Lalu bagaimana dengan Jeremy? Jemput dia sekarang!" Patricia panik, salah satu putranya belum pulang karena masih mengerjakan tugas sekolah.Particia memiliki 3 orang putra. Yang pertama Mikail, kedua Kael, ketiga Jeremy. Kael yang seorang Pegawai Negeri Sipil sedang dinas keluar kota, jadi tidak perlu dirisaukan. Yang jadi masalah adalah Jeremy. Sebagai putra bungsu keluarga Owen, dia memiliki kebiasaan makan dari masakan rumah yang bersih dan memiliki nilai gizi baik. Dia juga memiliki alergi debu yang membuatnya tidak bisa sembarang tidur di luar.Hanna menggaruk tengkuknya, masa dia harus menawari lag
"Mama Patricia meminta kita datang ke rumah nanti malam. Wilson mau meminta maaf padamu."Hanna yang sudah memejamkan mata terpaksa membukanya kembali begitu mendengar Mikail bicara. Padahal Hanna sudah siap jika Mikail melakukan hal yang lebih daripada berciuman. Sayangnya lelaki itu malah pergi setelah berbicara.Tengkuk Hanna meremang, air mata itu kembali muncul. Dia berjalan ke arah pintu dan menguncinya, kemudian duduk di meja rias, memandangi wajah yang mungil dan cukup cantik meski tanpa make up."Kenapa? Apa aku nggak cukup menarik? Huaaaa," Hanna menangis tersedu-sedu setelah dia mengencangkan suara tv di kamar.Mikail turun tangga dengan tergesa, tidak menyadari suara kencang dari dalam kamar Hanna. Dia hanya ingin mengambil air dingin untuk meredakan gairahnya. Semua ini karena perjanjian konyolnya dengan Hanna saat menikah dulu.Sarah muncul dari dalam toilet, sedikit terkejut melihat wajah Mikail yang merah padam. "Ada apa?""Ada anak kucing nakal," Mikail menjawab asal.
"Tingkat alergi Hanna nggak terlalu tinggi. Kalau sampai muncul, berarti makanan ini nggak benar!" Patricia lebih dulu datang ke dapur umum dan bicara empat mata dengan kepala koki."Baik Bu Patricia, akan aku periksa makanannya." Belum sampai di buffet, Lucas menelepon.Kejadian ini memang bukan urusannya, apalagi masalah alergi Hanna. Namun begitu Freya membentak Hanna di depan umum, Patricia merasa panas. Sudah dibilang bahwa hanya Patricia yang berhak menyakiti Hanna. Ditambah sejak semalam suaminya begitu perhatian kepada Freya. Mau tidak mau Patricia harus turun tangan.Patricia kembali berjalan dengan anggun menuju buffet. Senyum di wajahnya tampak begitu cantik, juga berbahaya.Freya mengatur kembali formasi yang telah dia buat. Dia sedikit senam wajah agar kembali cantik dan mempesona. Namun itu tidak berlangsung lama. Kepala Koki muncul di buffet bagian udang, dimakannya udang tersebut kemudian alisnya mengernyit.Patricia berjalan santai mendekati Kepala Koki dan Freya. Dia
"Tuan, Nyonya Hanna mengalami sedikit masalah." Nomor ponsel Mikail tidak aktif, Lucas hanya bisa mengirim pesan suara.Freya menatap Hanna dengan raut kesal. Dia baru saja memulai perjalanan restoran ini, namun diganggu oleh anak kecil yang disebut-sebut sebagai istri dari Mikail, mantan kekasihnya.Dulu mereka bilang mereka adalah sahabat tanpa rasa lebih. Siapa sangka baru ditinggal keluar negeri beberapa tahun, persahabatan mereka berubah jadi pernikahan.Patricia melihat sinyal buruk dari Freya. Sebelum terjadi perang terbuka, Patricia menarik tubuh Hanna menuju toilet. Cukup patricia yang menyiksa Hanna, orang lain jangan!"Jangan merusak apa yang baru saja dibuat oleh Louis," ancam Patricia sambil meremas bahu Hanna.Bukan hanya karena tenaga Patricia yang cukup kuat, kukunya yang dipasang nail art menancap sempurna. "Maaf Ma, hanya saja rasa masakannya tidak en...""DIAM!" sentak Patricia, dia menarik nafas dengan kasar. "Tutup mulutmu, jangan sampai ada yang mendengarnya."Ha
"Ughhh, kepalaku." Hanna memijat kepalanya yang terasa nyeri. Matanya menatap langit-langit kamar, pasti Mikail yang membawanya pulang."Sudah sadar?" dari sofa dekat jendela, suara Mikail terdengar begitu jernih.Dengan gerakan pelan Hanna bangun dari tidurnya. Kini dia duduk serta menyandarkan tubuh pada headboard ranjang. Dilihat Mikail sedang menyilangkan kaki dan mengetik sesuatu di laptop. Kemeja berwarna cream yang digulung sampai siku begitu serasi dengan celana navy potongan reguler.Hanna melirik pakaiannya yang masih sama seperti semalam. Perasaan dingin tiba-tiba muncul di tengkuknya. Meski terkesan naif, terkadang Hanna membayangkan jika Mikail bisa memperlakukan Hanna selayaknya seorang istri. Entah itu berhubungan fisik atau hal romantis lainnya yang membuat berdebar.Hanna tahu jika dia yang meminta untuk pisah kamar meski di dalam rumah hanya ada Hanna dan Mikail. Saat itu Mikail menyetujui, dengan syarat tidak ada yang boleh mengunci pintu kamar. Makanya Mikail bisa
Kebun Rahasia adalah nama tempat bermain mereka berempat. Lokasinya masih di perkebunan keluarga Garvin dan di dalamnya terdapat rumah kaca serta mini playground.Garvin baru saja membuka sekaleng soda ketika melihat Hanna masuk ke dalam rumah kaca dengan wajah muram. Rasa lelahnya setelah membuat konsep lukisan makin bertambah parah."Kemarin suaminya, sekarang istrinya. Kalian kan sudah punya rumah, kenapa harus ganggu hidupku sih!" omelan Garvin bagai angin lalu.Hanna menuju toilet dan membuka korset penyiksa. Dilemparnya konset itu di sebelah sofa, kemudian membuka lemari es dan mengambil sekaleng jus jeruk. "Kak Garvin, tebak barusan aku lihat siapa?"Alis Garvin mengerenyit. "Mikail?" tebaknya asal.Tuk, Hanna sengaja menghentak kaleng minuman ke meja. "Kak Garvin pasti tahu kalau Freya sudah kembali." Dengan melihat gelagat Garvin, Hanna tahu jika Garvin barusan hanya berpura-pura tidak tahu.Garvin duduk di sebelah Hanna dan menepuk bahunya pelan. "Lalu kenapa? Freya itu hany
“Aw!” jerit Hanna ketika tubuhnya merasa tertekan oleh korset."Memang harus seperti ini, Nyonya Patricia berpesan korsetnya harus ditekan kuat agar tubuhmu terlihat lebih berbentuk," ujar Samantha si asisten Patricia, atau lebih tepatnya orang suruhan sang Ibu Mertua untuk mengerjai Hanna.Dari pantulan di cermin, sudah jelas bahwa Samantha sengaja melakukannya. "Samantha, ini agak keterlaluan. Bukankah masih banyak bentuk gaun yang lain?"Bibir Samantha menyeringai, dengan sarkas dia berkata. “Memang kenapa Nona Hanna, bukankah bagus jika perutmu terlihat rata. Tidak ada bayinya juga.”Hanna menggelengkan kepala. Lihat betapa kurang ajar bibi tua ini. Sudah tidak sopan karena masih memanggil Nona, lalu menyiksa tubuh Hanna. Anak buah dan Nyonya sama saja!Gaun sudah melekat sempurna, Samantha pergi turun untuk membayar. Waktu singkat itu Hanna pakai untuk melonggarkan sedikit jeratan korset.Jam menunjukkan pukul 7 malam. Hanna, Samantha dan Benny sang supir keluarga berhenti di pin