Share

Sudah Baik-baik Saja

last update Last Updated: 2024-08-04 09:46:16

Beberapa hari berlalu. Gio sudah merasa lebih baik setelah berusaha mengikhlaskan kepergian sang mama, apalagi Emily tak pernah membiarkan Gio merasa sendirian.

Gio baru saja keluar kamar. Dia melihat Emily yang duduk di ruang keluarga sedang makan buah sambil menyaksikan acara televisi. Gio menghampiri Emily lalu duduk di samping sepupunya itu.

“Buah.” Emily menoleh sambil menawari Gio buah.

Gio tersenyum lalu mengambil potongan buah yang ditawarkan Emily.

“Kamu sudah tidak ke kantor?” tanya Gio karena sudah seminggu semenjak Emily keluar dari rumah sakit, Emily terus berada di rumah.

“Aku dipecat Papi,” jawab Emily lalu memasukkan potongan buah ke mulut.

Gio menatap Emily dengan dahi berkerut halus.

“Papi tidak mau ada apa-apa dengan calon cucunya, jadi dia memilih memecatku agar aku bisa fokus dengan kehamilanku,” ujar Emily lalu tersenyum karena tak marah sama sekali dengan keputusan sang papi.

Gio mengangguk-angguk mendengar ucapan Emily, apa yang dikatakan ayah Emily memang bena
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
wahhhh sapa tu cowok yang digandeng Christina apa itu anak Sashi.........
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
siapa yang digandeng chris ya???? ya gio sing sabar ya.
goodnovel comment avatar
wardah
wah Christina ko wes gandeng cwok aja ,,siapa yg digandeng sama Chris
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mencari Alasan Untuk Maju

    Christina berjalan masuk di restoran bersama seorang pria. Dia merangkul lengan pria itu sambil bercanda saat memasuki restoran.Hingga langkahnya terhenti ketika melihat Gio di sana. Dia tak melepas tangan pria yang bersamanya, tapi tetap tersenyum ke Gio.“Kamu sudah mulai bekerja?” tanya Christina saat berpapasan dengan Gio.Gio awalnya termangu karena melihat Christina, tapi langsung tersadar saat Christina menyapanya.“Iya, baru hari ini,” jawab Gio tak mungkin mengabaikan Christina.Christina mengangguk sambil memulas senyum, lalu menoleh ke pria yang bersamanya sudah menunggu.“Aku pergi dulu,” kata Christina.Gio hanya mengangguk membalas ucapan Christina, lalu membiarkan wanita itu pergi tanpa bertanya siapa pria yang bersama Christina.Lagi pula bukankah hak dia bertanya siapa yang bersama dengan Christina. Gio akhirnya memilih pergi dari restoran itu.Christina mendadak tegang setelah bertemu dengan Gio. Dia berjalan dengan ekspresi wajah panik.“Kenapa mukamu jadi tegang s

    Last Updated : 2024-08-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Berharap Apa?

    Hari itu Emily kedatangan Archie dan Alexi di rumah. Emily terlihat sangat senang karena kedua saudara jauhnya itu datang berkunjung.“Kenapa kamu duduk di kursi roda? Kamu tidak kenapa-napa, kan?” tanya Alexi terkejut melihat Emily di kursi roda.“Tidak kenapa-napa, aku menggunakan kursi roda untuk meminimkan gerakku dan tidak banyak berjalan,” jawab Emily sangat senang akhirnya bertemu Alexi.Saat menikah, Alexi sedang persiapan skripsi, sehingga tak bisa pulang untuk menghadiri pernikahan Emily dan Alaric.Alexi bernapas lega mendengar jawaban Emily, hingga tatapannya tertuju ke foto keluarga yang terpasang di ruang tamu.“Dia, saudara suamimu?” tanya Alexi sambil menunjuk ke foto Gio bersama Bobby dan yang lain.Emily menoleh ke arah Alexi menunjuk, lalu menjawab, “Iya, itu adik sepupu suamiku.”Emily memandang Alexi yang masih menatap foto itu, lalu bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba bertanya, apa kamu pernah bertemu dengannya?”Alexi menoleh Emily lalu menjawab, “Iya, kemarin di r

    Last Updated : 2024-08-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kericuhan di Pesta

    “Katanya kalian bertemu saat dia bersama Christina. Apa Christina tidak mengenalkannya kepadamu?” tanya Emily menjelaskan karena Gio tidak tahu.Ekspresi wajah Gio mendadak berubah setelah ingat pria yang bersama Christina. Dia akhirnya mencoba tak peduli.“Oh, pria itu.” Hanya itu yang diucapkan Gio.Emily dan yang lain memandang aneh ke Gio, hingga melihat Gio yang seperti tak acuh, lalu membalikkan badan untuk pergi ke kamar.“Memangnya Alexi siapa?” tanya Alaric.“Itu lho, anaknya Bibi Clara, yang ga bisa datang saat pernikahan kita karena dia masih di luar negeri lagi persiapan skripsi,” jawab Emily menjelaskan.“Oh, sepupumu. Adiknya Archie?” tanya Alaric memastikan.Gio tiba-tiba berhenti melangkah mendengar penjelasan Emily ke Alaric.“Sepupu?” Dalam batin Gio menyebut karena menebak.**Saat malam hari. Gio pergi ke pesta di sebuah hotel. Dia masuk ke ballroom hotel yang sudah banyak sekali tamu hadir di acara pesta itu.Gio menghampiri pemilik pesta untuk mengucapkan selamat

    Last Updated : 2024-08-04
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Christina Marah

    Christina melihat Gio yang hanya diam lalu terlihat membalikkan badan untuk pergi, hingga tatapannya tertuju ke pria yang tadi dipukul Gio. Pria itu terlihat ingin membalas Gio, tapi Christina dengan sigap meraih gelas lalu menyiramkannya ke wajah pria tadi.Gio terkejut karena pria itu disiram Christina. Dia menoleh ke Christina yang terlihat sangat kesal.“Lihat saja, aku akan melaporkanmu karena tindak pelecehan!” Christina sengaja bicara dengan lantang agar semua orang tahu kalau pria itu sudah berbuat tak senonoh.Pria itu gelagapan tersiram air. Dia mengusap wajah hingga menyadari jika banyak pasang mata yang melihatnya sekarang.Gio menatap Christina sekilas, menyadari jika wanita itu sudah bisa membela diri dan banyak orang melihat, membuat Gio memilih pergi.Christina masih begitu kesal karena pria itu berani menyentuhnya, tapi sekarang yang dipikirkannya malah perasaan Gio yang pergi begitu saja.Christina memilih menyu

    Last Updated : 2024-08-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Cerita Versi Berbeda

    Gio bergeming mendengar ucapan Christina. Tentu saja dia tidak bisa menjawab pertanyaan wanita itu.“Aku tahu semuanya tentangmu, apa kamu pikir hanya dengan kata buruk, aku akan memandangmu sebelah mata? Jika kamu tak ingin aku memandangmu sebelah mata, jelaskan semuanya.”Christina kembali bicara karena Gio diam.Gio masih menatap Christina yang masih bicara.“Setidaknya, jika kamu tak yakin dengan dirimu sendiri, jangan mengajak orang lain untuk tak yakin akan tentangmu,” ucap Christina lagi dengan nada penekanan.Gio masih diam mendengar semua ucapan Christina yang terdengar sangat serius.Christina tiba-tiba memasang wajah kesal karena Gio hanya diam.“Kamu ini memang tidak berperikemanusiaan. Kakiku sakit karena hampir terkilir saat mengejarmu, tapi kamu sibuk dengan perspektifmu sendiri,” gerutu Christina dengan satu kaki agak nyeri.Gio sangat terkejut mendengar ucapan Christina, hingga langsung menunduk melihat kaki wanita itu.“Aku antar pulang,” ucap Gio pada akhirnya.“Tid

    Last Updated : 2024-08-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Tidak Salah Persepsi

    “Apanya yang mau diceritakan dan didengar tentang sebuah keburukan?” Gio menoleh Christina yang terlihat antusias ingin mendengarkan.“Ada kalanya keburukan harus didengar agar tidak salah persepsi, serta dijadikan bahan pertimbangan,” balas Christina tetap berharap Gio mau bercerita.Gio menatap Christina yang masih menunggu, hingga dia mengembuskan napas kasar.“Kamu pasti hanya mendengar setengah cerita tentang keburukanku. Aku yakin, jika kamu tahu keseluruhan cerita, kamu pasti akan mulai cemas dan kabur,” ucap Gio lalu tersenyum getir.“Kamu terlalu pesimis,” balas Christina.Gio melihat Christina yang terlihat kesal, lalu akhirnya berkata, “Seperti yang wanita tadi katakan, pernikahanku gagal karena ada wanita lain datang mengaku hamil anakku, tapi aku malah bersyukur karena tidak jadi nikah.”“Kenapa bersyukur?” tanya Christina penasaran.Gio menoleh lagi ke Christina lalu menjawab, “Karena mereka yang mengaku hamil anakku, ternyata tidak hamil anakku. Bukankah bagus aku tidak

    Last Updated : 2024-08-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Perdebatan Pagi Hari

    Gio sudah sampai di rumah, baru sadar jika jasnya tadi masih dipakai Christina. Dia agak cemas jika Christina terkena masalah karena memakai jas pria, hingga Gio berniat menghubungi untuk bertanya kabar wanita itu.Namun, saat akan mendial nomor Christina, Gio ragu karena bingung.“Bagaimana kalau dia disidang karena membawa jas pria?”Gio mencemaskan Christina, tapi takut kalau menghubungi di saat yang tidak tepat.Gio hanya menatap sambil berpikir apakah harus menghubungi Christina, hingga saat dirinya sedang bingung, tiba-tiba Christina menghubungi membuatnya secara spontan menjawab panggilan itu.“Bagaimana kondisimu?” Gio langsung bertanya padahal Christina belum menjawab.Di rumah Christina. Wanita itu terkejut karena Gio langsung bertanya kondisinya. Dia tersenyum senang karena pria itu berinisiatif bertanya lebih dulu.“Sudah lumayan baik,” ucap Christina sambil duduk memangku bantal di ranjang.Christina mendengar suara helaan napas dari seberang panggilan.“Jasmu aku kembali

    Last Updated : 2024-08-05
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Memantapkan Perasaan

    Christina diam memandang paper bag berisi jas milik Gio. Dia benar-benar kesal dengan ucapan sang papa yang melarangnya dekat dengan Gio.“Apa ini alasan Gio bersikap dingin? Dia takut dipandang sebelah mata dengan pemikiran orang tanpa fakta darinya?”Tiba-tiba pemikiran itu muncul di kepala, hingga membuat Christina semakin tak bisa jika harus menjauhi Gio. Christina berdiri ingin pergi mengantar jas Gio, tapi tiba-tiba ponselnya berdering lebih dulu, ada pesan dari Gio[Bagaimana kakimu?]Christina terkejut dan merasa seperti mimpi melihat pesan dari Gio. Dia buru-buru membalas pesan itu.[Sudah lebih baik. Tidak sesakit semalam.]Christina mengirim pesan balasan itu, lalu diam menunggu Gio membalas tapi tak kunjung membalas.“Padahal online dan sudah dibaca, tapi kenapa tidak membalas lagi?”Christina menunggu sambil cemberut, hingga akhirnya Gio kembali mengirim pesan.[Baguslah.]Satu kata tapi bisa membuat Christina senang dan tenang.[Kamu di kantor? Aku mau mengantar jasmu.]

    Last Updated : 2024-08-06

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status