Share

S2 : Tidak Ingat

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 10:38:59
Sabrina benar-benar sangat senang. Dia masih berdiri sambil memperhatikan Vano yang sedang bicara dengan salah satu staff di divisi itu, sampai tidak sadar kalau Bu Monik sudah masuk ke pantry.

“Sabrina, kenapa kamu malah diam di sana?” tanya Bu Monik menatap heran ke Sabrina.

“Oh ya, Bu.” Sabrina tersadar dari lamunan, lalu masuk mengikuti Bu Monik.

Di sana Sabrina bertemu dengan dua petugas lainnya.

“Ini Rahmat dan Haikal. Kalian harus kerja bareng dan jangan ada namanya senior junior, semua sama. Paham!” Bu Monik menegaskan agar Sabrina tidak dikerjai Rahmat dan Haikal yang sudah lebih dulu bekerja di sana.

Dua pria berumur 25 tahunan itu langsung buru-buru memperkenalkan diri ke Sabrina karena senang mendapat teman kerja perempuan.

“Rahmat.”

“Haikal.

“Aku Sabrina, salam kenal.” Sabrina membalas jabat tangan kedua rekan kerjanya itu.

“Bagus kalau kalian bisa akur. Ingat, tugas wajib dilaksanakan bersama, jangan mengerjai yang perempuan untuk kerja terlalu berat juga,” ucap Bu Monik
Aililea (din din)

Teman-teman, jangan lupa tinggalkan komen. kalau perlu tiap bab kasih komentar ya, biar kelihatan novel ini hidup gitu, wkwkwkwkw terima kasih. Dan, aku nggak akan bosan-bosan untuk bilang, bantu ulasan dan bintang 5 nya, ya Kak. Yang mau lebih dekat denganku, bisa hubungi aku di sosmed aku, ketik napenku saja Aililea, maka akunku akan terlihat. Ingat, hanya yang foto profilnya sama dengan foto di sini, terima kasih

| 7
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
mungkin memang benar vano lupa sama kamu sabrina
goodnovel comment avatar
vieta_novie
yaahhh...vano lupa ma sabrina.....abis nya lama ga ketemu, maklum lah klo vano lupa...brarti kamu hrs buat vano inget kamu sab...kuy lah sab...semangat...
goodnovel comment avatar
wardah
yah kaga inget,, ingetin sab vano nya ,,, cerita 7thn lalu sab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Kopi Buatan Sabrina

    “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Vano menatap Sabrina yang masih berdiri termangu di depan mejanya.Sabrina terlihat bingung mendengar pertanyaan Vano, sepertinya pria itu memang tak mengenalinya dan sudah lupa.“Tidak ada, Pak.” Sabrina tetap sopan meski kebingungan. “Saya permisi,” ucap Sabrina lalu berjalan menuju pintu.“Tunggu!” Vano memanggil hingga membuat langkah Sabrina terhenti.Sabrina membalikkan badan, melihat Vano yang menatapnya hingga berpikir jika pria itu mungkin baru menyadari siapa dirinya.Vano terlihat ingin bicara tapi agak ragu, hingga kemudian berkata, “Kamu office girl baru?”Sabrina harus menelan kekecewaan karena ternyata Vano memang tak mengenalinya.“Iya, Pak. Jika Anda butuh sesuatu, panggil saya saja,” balas Sabrina meski begitu kecewa.Vano mengangguk lalu bertanya, “Siapa namamu?”“Sabrina.”Vano hanya mengangguk lalu mengambil cangkir kopi yang dibawa Sabrina.Sabrina terlihat begitu kecewa hingga tersenyum getir, tampaknya yang mengingat kebaikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Takut Terkena Marah

    Sabrina sangat syok melihat Athalia jatuh. Dia sangat panik lalu memilih meletakkan nampan berisi cangkir di meja samping pantry, lantas berlari menghampiri Athalia. “Papa, Mama, sakit!” teriak Athalia menangis masih dengan posisi terlentang, kepala Athalia sepertinya membentur lantai. Haikal dan Rahmat terkejut mendengar suara Athalia menangis, mereka mendekat untuk menolong, tapi Sabrina lebih dulu sampai di tempat Athalia. Sabrina langsung membantu Athalia bangun, lalu mengusap belakang kepala gadis kecil itu. Athalia menangis sangat kencang karena sangat kesakitan, sedangkan Sabrina panik karena takut terkena marah. “Mana yang sakit, kakak bantu usap, ya.” Sabrina mencoba menenangkan, tapi Athalia malah semakin menangis menjadi-jadi. Vano keluar dari ruangan karena mendengar suara Athalia, hingga melihat keponakannya itu sedang dipeluk Sabrina. “Ada apa ini?” tanya Vano dengan suara keras karena Athalia menangis sampai seperti itu. Rahmat dan Haikal diam menunduk kare

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Semangat Bertahan

    Vano terkejut mendengar Sabrina menyebut kalau Athalia adalah anaknya, tapi dia juga memaklumi karena Sabrina baru saja bekerja di sana dan tidak tahu siapa Athalia. Juga dia tak berniat untuk menjelaskan.“Maaf, saya benar-benar minta maaf karena sudah sangat ceroboh,” ucap Sabrina lagi karena Vano tidak merespon ucapan maafnya.“Tidak masalah, lagi pula Thalia sudah biasa jatuh seperti itu. Dia juga sudah tenang dan tidak ada yang fatal, jadi tak perlu cemas,” balas Vano karena tidak tega melihat Sabrina yang terus minta maaf.Sabrina memberanikan diri menatap Vano. Pria itu ternyata masih baik seperti tujuh tahun lalu.“Di mana kopiku?” tanya Vano karena itu yang tadi ingin ditanyakan.“Ada di ruangan Anda,” jawab Sabrina.Vano mengangguk lalu berjalan melewati Sabrina. Dia membuka pintu, hingga gerakan tangannya terhenti karena ucapan Sabrina.“Anda tidak akan memecat saya, kan?” tanya Sabrina memastikan.Vano menoleh Sabrina, lalu menjawab, “Tidak, tapi lain kali lebih hati-hati

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Dapat Pujian

    Sabrina berada di kamar hotel tempatnya menginap. Dia baru saja selesai mandi, lantas mengecek ponsel.“Kalau aku lama di sini, tidak mungkin kalau terus tinggal di hotel,” gumam Sabrina berpikir.Sabrina membuka salah satu aplikasi di ponsel, lalu melihat rumah kontrakan atau kos yang bisa ditinggalinya. Hingga dia menemukan salah satu rumah yang dikontrakkan, tapi saat melihat alamatnya, ekspresi wajah Sabrina berubah benci.Bagaimana tidak? Alamat rumah itu ada di dekat area rumah pamannya dulu. Pria yang hampir menjualnya ke pria hidung belang.“Lupakan sewa rumah.”Sabrina tiba-tiba berpikir untuk menyewa apartemen yang dekat dengan perusahaan saja.Saat Sabrina masih mencari apartemen, ponselnya berdering dengan nama terpampang di layar.“Kamu ke mana? Kenapa pergi tidak pamit?”Suara seorang pria terdengar dari seberang panggilan.“Aku ada perlu di luar kota, Pa. Janji kalau sudah selesai akan segera pulang,” jawab Sabrina.“Ke luar kota mana? Papa nggak mau kamu melakukan hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Alasan Sabrina

    Sabrina malah gelagapan mendengar pertanyaan Vano, belum lagi pria itu menatapnya karena menunggu jawaban darinya. “Oh, itu karena saya terbiasa membantu Pa ... maksud saya, Bapak saya ngitung nota kalau baru saja kulakan barang di pasar. Jadi kalau lihat angka-angka, otak saya langsung bekerja,” jawab Sabrina sampai meralat nama panggilan untuk sang ayah karena panik. Sabrina tidak siap jujur jika dia lulusan sarjana dengan nilai IPK tertinggi di angkatannya, Vano pasti akan mempertanyakan kenapa dirinya malah bekerja sebagai cleaning service dan bukannya bekerja sebagai staff perusahaan. Vano mengangguk-angguk mendengar ucapan Sabrina, hingga kemudian kembali fokus ke berkas yang ada di meja. “Baiklah, kamu bisa pergi,” ucap Vano lagi. Sabrina hanya mengangguk mendengar ucapan Vano lalu pergi dari sana. Akan lebih mudah baginya jika jujur ke Vano soal siapa dirinya, tapi Sabrina sendiri tak yakin kalau Vano akan menganggap hal itu penting. Saat siang hari. Semua staff termasuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Terlalu Jujur

    Vano mengangkat wajah saat mendengar suara Sabrina. Dia melihat Sabrina berdiri di depan meja membawa nampan berisi makanan.Sabrina tiba-tiba merasa tegang, apalagi Vano menatapnya datar dan terkesan menakutkan.“Duduk saja,” ucap Vano singkat lalu kembali makan.“Terima kasih.” Sabrina mengembangkan senyum mendapat izin. Dia menoleh Haikal lalu meminta temannya itu duduk bersamanya di sana.Haikal malah takut kalau Sabrina terkena masalah sebab mengganggu Vano, tapi karena Sabrina memaksa, membuat Haikal mendekat. Semua staff yang ada di sana terheran-heran karena Sabrina diizinkan duduk satu meja dengan Vano, padahal biasanya tak ada yang berani mendekat.Sabrina duduk berhadapan dengan Vano, sekilas dia menatap Vano yang fokus makan tanpa memperhatikan sekitar.Haikal masih agak ragu, tapi melihat Sabrina mulai makan, membuat Haikal akhirnya mencoba tenang dan makan bersama.Vano mengunyah makanan dengan tatapan tertuju ke piring, lalu tiba-tiba dia memandang ke Sabrina.“Data yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Putus Harapan

    Emily gemas dengan Athalia yang bandel, hingga tatapannya tertuju ke Sabrina yang hanya diam. Dia melihat seragam cleaning service yang dipakai gadis itu.“Kamu cleaning service baru?” tanya Emily karena Sabrina hanya diam.Sabrina terkejut mendengar pertanyaan Emily, dia ingin menjawab tapi Athalia bicara lebih dulu.“Ini Kakak yang kemarin bikin aku jatuh, Mama. Sekarang bikin aku jatuh lagi!” Athalia melipat kedua tangan di depan dada, menatap ke Sabrina sambil menggelembungkan kedua pipi.Sabrina terkejut mendengar aduan Athalia, membuatnya menunduk karena takut terkena masalah.Emily sendiri menghela napas kasar, lalu mencubit pelan pipi putrinya itu.“Ini bukan salah kakaknya, tapi salahmu yang lari-larian. Thalia nggak boleh nuduh atau melimpahkan kesalahan ke orang lain kalau memang salah.”Bukannya dibela, Athalia malah mendapat nasihat dari sang mama, membuat gadis kecil itu semakin cemberut.Sabrina sendiri terkejut karena Emily malah memarahi Athalia bukan dirinya. Dia mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Kembali Semangat

    Sabrina menatap Haikal dan Rahmat yang terkejut bersamaan. Dahinya berkerut karena reaksi keduanya seperti itu.“Memangnya aku salah bicara? Kenapa respon kalian seperti itu?” tanya Sabrina keheranan.“Kamu tadi bilang apa?” tanya Haikal seolah tak mendengar apa yang dikatakan Sabrina.“Iya, apa aku juga salah dengar?” Rahmat menimpali sambil menatap Sabrina.Sabrina malah merasa keduanya sedang meledek dirinya, hingga dia berkata, “Kalian senang ya, kalau aku dipecat?”“Bukan, Sab. Kami ini hanya mikir apa salah dengar. Kamu bilang anaknya Pak Vano? Siapa? Thalia?” tanya Haikal karena Sabrina salah paham dengan reaksinya dan Rahmat.“Iya, memangnya siapa lagi?” Sabrina membalas sambil merajuk.Haikal dan Rahmat malah tertawa setelah mendengar jawaban Sabrina, tentu saja hal itu membuat Sabrina bingung.“Kalian kok ketawa, sih?” tanya Sabrina.Haikal dan Rahmat menghentikan tawa, lalu kemudian Rahmat menjawab, “Sejak kapan Pak Vano nikah? Kok kami nggak tahu.”Sabrina semakin mengerut

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status