Jangan lupa komentarnya, ya. Ulasan dan bintang lima juga kalau perlu, makasih
Vano mengangkat wajah saat mendengar suara Sabrina. Dia melihat Sabrina berdiri di depan meja membawa nampan berisi makanan.Sabrina tiba-tiba merasa tegang, apalagi Vano menatapnya datar dan terkesan menakutkan.“Duduk saja,” ucap Vano singkat lalu kembali makan.“Terima kasih.” Sabrina mengembangkan senyum mendapat izin. Dia menoleh Haikal lalu meminta temannya itu duduk bersamanya di sana.Haikal malah takut kalau Sabrina terkena masalah sebab mengganggu Vano, tapi karena Sabrina memaksa, membuat Haikal mendekat. Semua staff yang ada di sana terheran-heran karena Sabrina diizinkan duduk satu meja dengan Vano, padahal biasanya tak ada yang berani mendekat.Sabrina duduk berhadapan dengan Vano, sekilas dia menatap Vano yang fokus makan tanpa memperhatikan sekitar.Haikal masih agak ragu, tapi melihat Sabrina mulai makan, membuat Haikal akhirnya mencoba tenang dan makan bersama.Vano mengunyah makanan dengan tatapan tertuju ke piring, lalu tiba-tiba dia memandang ke Sabrina.“Data yan
Emily gemas dengan Athalia yang bandel, hingga tatapannya tertuju ke Sabrina yang hanya diam. Dia melihat seragam cleaning service yang dipakai gadis itu.“Kamu cleaning service baru?” tanya Emily karena Sabrina hanya diam.Sabrina terkejut mendengar pertanyaan Emily, dia ingin menjawab tapi Athalia bicara lebih dulu.“Ini Kakak yang kemarin bikin aku jatuh, Mama. Sekarang bikin aku jatuh lagi!” Athalia melipat kedua tangan di depan dada, menatap ke Sabrina sambil menggelembungkan kedua pipi.Sabrina terkejut mendengar aduan Athalia, membuatnya menunduk karena takut terkena masalah.Emily sendiri menghela napas kasar, lalu mencubit pelan pipi putrinya itu.“Ini bukan salah kakaknya, tapi salahmu yang lari-larian. Thalia nggak boleh nuduh atau melimpahkan kesalahan ke orang lain kalau memang salah.”Bukannya dibela, Athalia malah mendapat nasihat dari sang mama, membuat gadis kecil itu semakin cemberut.Sabrina sendiri terkejut karena Emily malah memarahi Athalia bukan dirinya. Dia mer
Sabrina menatap Haikal dan Rahmat yang terkejut bersamaan. Dahinya berkerut karena reaksi keduanya seperti itu.“Memangnya aku salah bicara? Kenapa respon kalian seperti itu?” tanya Sabrina keheranan.“Kamu tadi bilang apa?” tanya Haikal seolah tak mendengar apa yang dikatakan Sabrina.“Iya, apa aku juga salah dengar?” Rahmat menimpali sambil menatap Sabrina.Sabrina malah merasa keduanya sedang meledek dirinya, hingga dia berkata, “Kalian senang ya, kalau aku dipecat?”“Bukan, Sab. Kami ini hanya mikir apa salah dengar. Kamu bilang anaknya Pak Vano? Siapa? Thalia?” tanya Haikal karena Sabrina salah paham dengan reaksinya dan Rahmat.“Iya, memangnya siapa lagi?” Sabrina membalas sambil merajuk.Haikal dan Rahmat malah tertawa setelah mendengar jawaban Sabrina, tentu saja hal itu membuat Sabrina bingung.“Kalian kok ketawa, sih?” tanya Sabrina.Haikal dan Rahmat menghentikan tawa, lalu kemudian Rahmat menjawab, “Sejak kapan Pak Vano nikah? Kok kami nggak tahu.”Sabrina semakin mengerut
Vano pergi ke ruang HRD setelah melihat berkas yang dibuat Sabrina. Dia penasaran dan ingin tahu apakah benar Sabrina seorang sarjana seperti yang dikatakan karena laporan yang dikerjakan gadis itu benar semua.“Aku hanya mau melihat berkas cleaning service bernama Sabrina,” ucap Vano saat menemui HRD.“Sebentar, Pak.” Kepala HRD langsung mencarikan data yang diinginkan Vano.Vano menunggu sesaat, lalu menerima berkas yang diinginkan.“Dia baru memberikan berkas lamarannya hari ini. Apa ada masalah, Pak?” tanya kepala HRD takut salah menerima pekerja.Vano masih membaca berkas lamaran milik Sabrina, hingga dia terkejut karena Sabrina tidak bohong sama sekali.“Tidak, tidak ada masalah. Hanya heran saja, dengan pencapaiannya yang seperti ini, kenapa dia memilih bekerja jadi cleaning service,” jawab Vano lalu memandang sekilas ke kepala HRD.“Saya juga berpikiran sama. Dengan nilainya yang bagus, seharusnya mudah untuknya mendaftar pekerjaan di perusahaan besar. Apa karena dia baru lulu
Sabrina sangat terkejut dengan yang dilakukan staff itu, apalagi Mala seperti sangat ketakutan.“Hei! Apa yang kamu lakukan?!” teriak Sabrina lalu mendekat dengan cepat.Tanpa Sabrina sadari, ternyata Vano melihat Sabrina terlihat panik lalu mengarah ke ruang penyimpanan alat kebersihan. Vano mendekat untuk melihat apa yang terjadi.Staff dan Mala terkejut mendengar suara teriakan Sabrina, mereka menoleh ke arah gadis itu datang.“Tidak dibenarkan membully teman sendiri. Bagaimana bisa kamu tega memukulnya?” Sabrina menarik Mala untuk melindunginya.“Mau apa kamu? Kamu ini hanya cleaning service, tidak usah ikut campur dengan masalah kami!” bentak staff itu.“Tentu aku ikut campur karena kamu berani memukulnya!” balas Sabrina ikut membentak.“Siapa kamu berani melawanku, hah? Aku senior di sini, bahkan aku ketua tim di sini!” Staff itu langsung menunjukkan siapa dirinya.“Bagaimana kalau melawanku?”Suara Vano di sana membuat Sabrina dan yang lain terkejut. Mereka menoleh, hingga meli
Sabrina pergi ke apartemen yang akan disewanya. Dia bertemu dengan pengelola di sana.“Apartemennya tidak pernah dipakai sama sekali. Awalnya memang dibiarkan menganggur, tapi tiba-tiba saja pemiliknya meminta untuk disewakan saja. Jadi, Anda tidak usah cemas diusir secara tiba-tiba karena pemiliknya memang punya banyak property berupa apartemen,” ujar pengelola menjelaskan.Sabrina mengangguk-angguk mendengar ucapan pengelola, lalu mereka pergi ke unit yang dimaksud untuk melihat tempatnya.“View di sini bagus dekat dengan supermarket dan beberapa pusat perbelanjaan lainnya,” ucap pengelola menjelaskan saat Sabrina mengeksplore tempat itu.“Aku ambil.” Sabrina langsung suka dan setuju menyewa tempat itu.“Baiklah, saya akan mengurus kontrak sewanya. Sebulan dua juta, kalau ambil satu tahun ada diskon satu bulan,” ujar pengelola itu.“Boleh ambil dua bulan dulu, kalau aku betah, aku akan menambah sewanya,” kata Sabrina.Pengelola mengiakan, lalu segera memproses kontrak sewa agar Sabr
Vano berangkat lebih awal hari itu karena ingin memberitahu Sabrina soal yang dibicarakan dengan sang papa semalam. Saat sampai di lantai divisi, Vano melihat Sabrina baru saja akan mengepel lantai.“Letakkan itu dan ikut denganku!” perintah Vano.Sabrina terkejut dan menoleh Vano, hingga melihat pria itu sudah memandang dirinya.“Ada apa ya?” tanya Sabrina bingung.Vano malah menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan, lalu kembali memandang ke Sabrina.“Apa kamu punya pakaian kerja?” tanya Vano tak menjawab pertanyaan Sabrina.Sabrina semakin bingung, lalu balik bertanya, “Maaf, ada apa ya?”Vano menghela napas karena sejak tadi hanya ada pertanyaan dibalas pertanyaan. Dia langsung menarik tangan Sabrina begitu saja, membuat gadis itu bingung.Sabrina sangat terkejut sampai menatap Vano yang berjalan sambil menariknya, hingga dalam hatinya berkata, “Apa dia ingat kepadaku?”Rahmat dan Haikal yang baru satang bingung saat melihat Vano menarik tangan Sabrina. Mereka hanya
Sabrina masuk ruangan tempat dirinya akan diinterview, ternyata di sana ada Opa Ansel, Emily, dan salah satu staff HRD. Emily agak terkejut Sabrina memakai pakaian kerja lamanya, sedangkan Sabrina panik karena ada Emily dan takut jadi masalah karena pakaiannya. “Duduklah!” Opa Ansel mempersilakan. Sabrina mencoba tersenyum ramah, lalu duduk di kursi yang disediakan. Emily berdeham lalu membuka berkas lamaran milik Sabrina. Dia terkesan karena Sabrina ternyata menjadi salah satu lulusan terbaik. “Silakan perkenalkan dirimu,” ucap Opa Ansel. Sabrina duduk tegap lalu memperkenalkan dirinya. Dia menyebutkan nama, umur, juga tempat tinggalnya. “23 tahun, masih sangat muda, ya.” Emily tersenyum ke Sabrina lalu mencentang kolom yang harus diisi dengan silang atau check list. Sabrina mengangguk agak kikuk karena melihat senyum Emily. Opa Ansel memberikan pertanyaan yang disiapkan tentang neraca. Sabrina bisa menjawabnya dengan mudah hingga membuat Opa Ansel terkesan. Opa Anse