Share

S2 : Persiapan Interview

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-19 10:22:37

Vano berangkat lebih awal hari itu karena ingin memberitahu Sabrina soal yang dibicarakan dengan sang papa semalam. Saat sampai di lantai divisi, Vano melihat Sabrina baru saja akan mengepel lantai.

“Letakkan itu dan ikut denganku!” perintah Vano.

Sabrina terkejut dan menoleh Vano, hingga melihat pria itu sudah memandang dirinya.

“Ada apa ya?” tanya Sabrina bingung.

Vano malah menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan, lalu kembali memandang ke Sabrina.

“Apa kamu punya pakaian kerja?” tanya Vano tak menjawab pertanyaan Sabrina.

Sabrina semakin bingung, lalu balik bertanya, “Maaf, ada apa ya?”

Vano menghela napas karena sejak tadi hanya ada pertanyaan dibalas pertanyaan. Dia langsung menarik tangan Sabrina begitu saja, membuat gadis itu bingung.

Sabrina sangat terkejut sampai menatap Vano yang berjalan sambil menariknya, hingga dalam hatinya berkata, “Apa dia ingat kepadaku?”

Rahmat dan Haikal yang baru satang bingung saat melihat Vano menarik tangan Sabrina. Mereka hanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
vieta_novie
totalitas banget vano bantuin sab sab...sampe bawa in baju lama nya emi...xixixixi... hayooo....inget² lagi van...masa lupa sih...xixixxi....
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
ayooo Vano kamu pasti ingat sapa Sabrina
goodnovel comment avatar
lilyedy.
Vano inget apa tersepona eh terpesona hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Canggung

    Sabrina masuk ruangan tempat dirinya akan diinterview, ternyata di sana ada Opa Ansel, Emily, dan salah satu staff HRD. Emily agak terkejut Sabrina memakai pakaian kerja lamanya, sedangkan Sabrina panik karena ada Emily dan takut jadi masalah karena pakaiannya. “Duduklah!” Opa Ansel mempersilakan. Sabrina mencoba tersenyum ramah, lalu duduk di kursi yang disediakan. Emily berdeham lalu membuka berkas lamaran milik Sabrina. Dia terkesan karena Sabrina ternyata menjadi salah satu lulusan terbaik. “Silakan perkenalkan dirimu,” ucap Opa Ansel. Sabrina duduk tegap lalu memperkenalkan dirinya. Dia menyebutkan nama, umur, juga tempat tinggalnya. “23 tahun, masih sangat muda, ya.” Emily tersenyum ke Sabrina lalu mencentang kolom yang harus diisi dengan silang atau check list. Sabrina mengangguk agak kikuk karena melihat senyum Emily. Opa Ansel memberikan pertanyaan yang disiapkan tentang neraca. Sabrina bisa menjawabnya dengan mudah hingga membuat Opa Ansel terkesan. Opa Anse

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Diterima Dengan Baik

    Haikal dan Rahmat cemas karena Sabrina tidak kembali ke divisi sejak tadi ditarik Vano. “Apa benar kalau Sabrina terkena masalah, makanya Pak Vano juga belum kelihatan balik sejak tadi,” ucap Haikal cemas. “Iya, aku juga khawatir dia dapat masalah dan dipecat, padahal dia kerjanya juga bagus,” timpal Rahmat sambil mengelap cangkir. Mereka mengkhawatirkan Sabrina karena tak kunjung kembali, hingga Sabrina masuk pantry mengejutkan dua pria itu. “Kalian lagi apa?” Sabrina menatap Haikal dan Rahmat yang terkejut. Dua pria itu syok melihat Sabrina memakai baju kerja, bukan seragam cleaning service. “Kenapa kamu pakai pakaian seperti itu? Apa yang terjadi?” tanya Haikal. “Iya, apa yang terjadi? Kamu tadi ditarik Pak Vano, datang-datang pakaianmu berubah?” Rahmat menimpali. Sabrina melebarkan senyum, lalu menjawab, “Sebenarnya aku baru saja diminta interview.” Haikal dan Rahmat bingung bersamaan mendengar jawaban Sabrina. “Interview apa?” tanya Haikal. Sabrina melebarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jadi Prioritas

    Beberapa hari berlalu. Sabrina sudah mulai beradaptasi dan rekan kerjanya juga menyukai dirinya.“Sab, ini sudah aku susun. Minta tolong dicek apakah ada salah atau tidak, ya.” Salah satu rekan kerja memberikan dokumen yang sudah dikerjakannya.“Siap.” Sabrina penuh semangat memberikan bantuan. Dia mulai menyukai pekerjaannya sekarang.Sabrina mengecek dokumen yang tadi diberikan temannya, saat baru saja selesai ternyata Vano memanggil dirinya.“Ini sudah aku tandai yang salah, tinggal direvisi saja,” ucap Sabrina sambil memberikan dokumen itu.“Cepat sekali, terima kasih, ya.”Sabrina mengangguk lalu pergi ke ruangan Vano. Dia mengetuk pintu sebelum kemudian masuk.“Anda mencari saya,” tanya Sabrina saat masuk ruangan Vano..“Laporan yang kemarin kuminta susun sudah selesai?” tanya Vano.“Sudah, ada di meja saya,” jawab Sabrina.“Ambil, kamu ikut rapat denganku!” perintah Vano sambil berdiri dari kursinya.Sabrina terkejut mendengar Vano mengajaknya ikut rapat, tapi tanpa bertanya Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Bandelnya Thalia

    “Ih ... aku nggak mau ada kakak itu. Kakak nakal, aku nggak mau naik mobil! Itu kursiku!” Athalia langsung merajuk tahu Sabrina duduk di kursi yang biasa dia duduki ketika dijemput Vano.Tentu saja tingkah Athalia membuat Vano dan Sabrina terkejut, belum lagi mobil di belakang mereka sudah antri.“Turun dan bujuklah dia, aku akan memindahkan mobilnya dulu,” kata Vano.“Dia pasti tidak mau dengan saya, lebih baik saya yang memindahkan mobil,” ucap Sabrina memberi usul.Vano menoleh Sabrina dengan ekspresi terkejut mendengar ucapan gadis itu.“Kamu bisa naik mobil, punya SIM?” tanya Vano memastikan.“Bisa, SIM juga ada,” jawab Sabrina.Vano agak terkejut tapi ini bukan waktunya menginterogasi atau penasaran dengan kemampuan Sabrina. Dia akhirnya turun lalu meminta Sabrina pindah ke belakang stir.Sabrina mengambil alih kemudi, lantas melajukan mobil menuju area parkir yang kosong menunggu Vano membujuk Athalia.Vano menghampiri Athalia yang bersedekap dada sambil memanyunkan bibir. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Merayu Athalia

    “Om, kenapa harus ajak-ajak kakak itu?” tanya Athalia sambil memasang wajah cemberut. Vano memandang ke Sabrina yang mengulum bibir akibat ucapan Athalia. “Thalia tidak tahu?” tanya Vano. “Tahu apa?” tanya Athalia menatap ke Vano. Vano melirik Sabrina yang terlihat penasaran juga, lalu menatap ke Athalia. “Yang mau bayar es krimnya Kak Sabrina. Kamu ditraktir, jadi minta apa pun yang kamu mau,” jawab Vano lalu kembali menoleh ke Sabrina. Sabrina terlihat sangat terkejut mendengar jawaban Vano. Apa maksud Vano mengatakan itu. Athalia masih memberengut mendengar jawaban Vano. Hingga Vano membungkuk lalu berbisik di telinga Athalia. “Kalau Kak Sabrina diusir, nanti nggak ada yang traktir. Kamu juga boleh minta yang lain, itu kata Kak Sabrina,” bisik Vano membujuk agar Athalia tidak terus kesal ke Sabrina. Sabrina mendadak tidak enak saat melihat Vano berbisik ke Athalia, membuatnya penasaran dan bertanya-tanya dengan apa yang dibisikkan Vano. “Apa benar?” tanya Athalia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Gelang Penuh Arti

    Sabrina terkejut mendengar pertanyaan Vano. Dia menoleh ke pria itu lalu menjelaskan, “Memang berarti, tapi tidak tega melihat Thalia sedih jika tak mendapatkannya.”“Dari kekasihmu? Sampai kamu terlihat sedih seperti itu?” tanya Vano lalu mulai mengemudikan mobil.Biasanya Vano tak peduli dengan urusan orang, tapi tiba-tiba saja penasaran dan ingin tahu karena Sabrina terlihat sangat tulus ke Athalia.Sabrina malah tertawa kecil mendengar pertanyaan Vano, sampai membuat pria itu menoleh sekilas ke arahnya.“Ada yang lucu?” tanya Vano karena Sabrina tertawa.“Tidak ada,” jawab Sabrina, “gelang itu bukan dari pacar, tapi peninggalan satu-satunya ibuku.”Vano terkejut mendengar jawaban Sabrina, hingga kembali bertanya, “Kalau itu peninggalan ibumu, kenapa kamu malah memberikannya ke Thalia?”“Ya, anak seperti Thalia sebenarnya hanya penasaran saja dan ingin merasakan memiliki gelang itu. Kalau dia sudah bosan, dia pasti akan melepasnya. Aku juga sudah berpesan agar dia tak membuangnya k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Dikira Hadiah

    Vano bicara sangat hati-hati agar Athalia tidak mengamuk. Dia memperhatikan Athalia yang diam memandang gelang itu. “Tapi kata Kakak Sabrina, boleh kok buat aku,” ucap Athalia lalu menyembunyikan gelang itu agar tidak diambil Vano. “Iya, tapi tahu nggak kenapa Kakak Sabrina kasih ke Thalia?” tanya Vano mencoba bicara dengan tenang. Athalia diam mendengar pertanyaan Vano, lalu menjawabnya dengan gelengan kepala. “Tidak,” jawab Athalia. Vano tersenyum lalu mencoba menjelaskan, “Itu karena Kakak Sabrina tidak mau Thalia sedih, makanya diberikan.” “Tapi, Thalia tahu nggak gelang itu sebenarnya punya siapa?” tanya Vano lagi. Athalia menjawab dengan gelengan kepala lagi. “Gelang itu sebenarnya punya mamanya yang sudah meninggal. Makanya Kakak Sabrina tadi agak sedih, tapi lebih sedih lagi kalau lihat Thalia nangis. Karena itu Kakak Sabrina kasihkan gelangnya ke Thalia. Kakak Sabrina kasihan, ya. Mamanya sudah meninggal,” ucap Vano mencoba membuat Athalia merasa simpati. Ath

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Menerka-nerka

    Sabrina sangat terkejut melihat apa yang diberikan Vano, hingga memandang gelang itu lalu ke Vano secara bergantian.“Kenapa ada di Anda?” tanya Sabrina keheranan.“Thalia sudah mendapat gelang lain, jadi dia bilang suruh mengembalikan gelang itu kepadamu,” jawab Vano tak jujur kalau dirinya yang meminta gelang itu dari Athalia.Sabrina langsung tersenyum senang, lantas mengambil gelang itu dari meja.“Terima kasih,” ucap Sabrina sambil memakai gelang itu lagi. Dia terus tersenyum karena sangat senang.Vano memperhatikan Sabrina, dia merasa pernah melihat di mana senyum itu tapi tak bisa mengingat dengan pasti.“Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Vano.“Ya, tanya saja,” jawab Sabrina tanpa menatap ke arah Vano.Vano agak ragu, tapi penasaran.“Apa kita pernah bertemu sebelumnya, mungkin di luar perusahaan sebelum kamu kerja di sini?” tanya Vano karena gagal mengingat di mana pernah melihat Sabrina menggerai rambut dan juga tersenyum seperti itu.Sabrina terkejut mendengar pertanyaan Vano

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21

Bab terbaru

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status