Share

Saya Nggak Izinin Kamu Pergi

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2024-08-19 17:33:32
"Kalau perpisahan yang kamu mau ..."

Pak Akhtara kemudian melewatiku menuju lemari, lalu mengambil kaos dan celana pendek rumahan.

"Akan saya kabulkan."

Lalu beliau mengenakan kaos dan celana pendek itu dihadapanku tanpa malu. Sedang aku memalingkan wajah untuk tidak menatap tubuh polos beliau.

Meski kami suami istri dan sering melakukan hubungan, namun aku masih memiliki rasa malu memandang beliau tanpa busana.

"Tapi jangan kaget kalau usaha kecil Papamu, mendadak macet, nggak ada pembeli, atau kehilangan lahan. Apa kamu siap, Jihan?"

Aku langsung menoleh ke arah Pak Akhtara dengan raut terkejut. Sungguh, ancaman beliau yang akan menjatuhkan bisnis Papa adalah satu hal penting yang amat kutakuti.

Papa telah merintisnya dengan susah payah dari nol dan ... mana mungkin aku tega membiarkan Pak Akhtara menghancurkannya.

Pak Akhtara memiliki kuasa dan harta yang melimpah. Hanya dengan satu ketipan mata saja, beliau bisa mengubah mimpi indah Papa menjadi mimpi buruk yang menyedihkan.

"Tolo
Juniarth

:-0

| 14
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (22)
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
aku hanya berharap,aothor selalu dalam keadaan sehat,aamiin
goodnovel comment avatar
La-La Reyhana
apakah mlm ini km mau bikin kecewa pembaca setiamu thor? huaaaaa🥲🥲🥲
goodnovel comment avatar
La-La Reyhana
dari kemarin & hari ini belum ada up thor?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Bulan Madu

    “Mbak Jihan?” Aku membuka mata perlahan ketika mendengar suara Mbak Mini. Ternyata, aku terlelap di atas sajadah dan masih mengenakan mukenah. Lalu aku segera duduk dan melepasnya. “Ada apa, Mbak Min?” Tanyaku setengah mengantuk. “Makan malamnya udah siap di meja.” Makan? Entah mengapa aku tidak berselera melahap makanan apapun. Mungkin karena suasana hatiku yang tidak baik-baik aja. “Makasih, Mbak Min. Tapi aku nggak lapar. Aku minum aja.” Bukannya pergi, Mbak Mini justru duduk di lantai kamarku dengan duduk bersila. “Mbak Jihan ada masalah? Kok aku perhatiin dari tadi pagi nggak makan apa-apa. Diem di kamar terus.” Sejak tadi pagi, setelah kepergian Pak Akhtara menuju Bali dengan rekan-rekannya sesama eksekutif muda, aku merasa sangat tidak tenang. Pasalnya dengan siapa saja Pak Akhtara menghabiskan waktunya di Bali, aku tidak tahu pasti. Juga, beliau tidak mengatakan dengan detail soal kepergiannya yang mendadak itu. Seakan-akan aku tidak diperkenankan untuk me

    Last Updated : 2024-08-21
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Karena Masih Memikirkanmu!

    Aku sangat menantikan hari lusa yang dijanjikan Pak Akhtara untuk berlibur bersama. Namun kenyataannya justru ….“Pak, apa besok kita jadi berlibur?” Tanyaku sembari memeluk tubuh polosnya yang berbaring di sebelahku.Baru saja kami selesai melakukan kegiatan malam yang rajin beliau pinta.“Kayaknya nggak bisa, Han.”Mendadak hatiku disambangi mendung kekecewaan. Lalu aku menatap wajahnya dari jarak sedekat ini.“Kenapa nggak jadi?”Dengan setengah mengantuk usai mendapatkan puncak surga dunia yang diinginkan, beliau berkata lirih.“Ada kerjaan yang nggak bisa saya tinggal, Han.”Padahal aku sangat menantikan liburan esok hari yang beliau janjikan. Tapi ternyata, masih saja ada halangan yang membuat liburan yang kuiinginkan itu tidak terealisasi.“Kerjaan apa, Pak?”Tapi, beliau tidak menjawab pertanyaanku karena matanya sudah lebih dulu terpejam. Dan aku hanya bisa menghela nafas dan bersabar menunggu kapan beliau menepati janjinya.Lagi-lagi, aku harus menelan pil kekecewaan dari bel

    Last Updated : 2024-08-22
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Cinta Pak Akhtara

    Begitu sampai di jalan tol Jagorawi, mobil Pak Akhtara tidak memilih jalur putar balik. Beliau tetap fokus mengemudi dan menambah kecepatan mobil.Aku menoleh jalur putar balik yang semakin menjauh lalu menatap Pak Akhtara. "Pak, kok kita lurus? Bukannya belok disitu tadi?" Tanyaku. Pak Akhtara tidak menoleh ke arahku. Beliau tetap fokus mengemudi dan berkata ..."Mending kamu duduk, diem. Nanti kamu bakal tahu kita mau kemana."Kemudian aku memilih duduk dan tidak bertanya lagi. Hubunganku dengan Pak Akhtara sedang tidak baik-baik saja, jadi .... lebih baik aku memainkan ponsel saja. Menit demi menit berlalu. Tidak kupungkiri bila perasaan takut mulai membayangi. Ingatan tentang ucapan Pak Akhtara dulu yang ingin memberikanku pada rekan relasi bisnisnya mulai mengusik pikiran.Bukankah beliau sudah puas menikmatiku dan telah memilih Merissa sebagai pelabuhan cintanya?Jika beliau sudah tidak membutuhkanku, bukankah tidak mungkin jika apa yang mengusik pikiranku bisa saja terjadi?T

    Last Updated : 2024-08-23
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Liburan Kita Jangan Diusik

    "Ris, saya berangkat dulu ke Korea. Kamu handle tugas saya tiga hari ke depan.""Baik, Pak Akhtara.""Dan terima kasih karena udah mempersiapkan segala keperluan perjalanan saya sama Jihan. Tanpa kamu pasti saya keteteran.""Sama-sama, Pak. Kebetulan kopian data Bu Jihan masih ada sama saya."Memangnya apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang berduit seperti Pak Akhtara. Relasi Faris, asisten pribadinya, pasti merupakan kumpulan orang-orang ternama dengan jabatan mentereng. Memangnya apa yang tidak bisa dilakukan jika memiliki orang dalam?Usai menghubungi Faris, panggilan untuk check in tujuan Korean mulai terdengar. Pak Akhtara kemudian membuka kopernya dan mengambil dokumen keberangkatan kami untuk ditunjukkan pada petugas bandara."Pak, apa saya boleh tanya?" Tanyaku ketika kami berjalan bersisian dengan menggeret koper masing-masing. "Apa?"Tangan kami tidak bergandengan karena satu tangan Pak Akhtara digunakan untuk memegang dokumen penerbangan kami yang baru saja diverifikasi

    Last Updated : 2024-08-24
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Sayang, Kamu Benar-Benar Luar Biasa

    "Nggak apa-apa, Pak. Saya juga pengen tahu kalian kalau ngobrol tuh kayak apa." Pak Akhtara mendengus geli sembari kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Saya nggak mau Merissa tahu saya ada dimana sekarang." Ucapan beliau membuat rasa penasaranku membumbung tinggi. "Jadi ... Merissa nggak tahu kalau Bapak sama saya ke Korea?" Bukannya menjawab, Pak Akhtara kembali merangkul pundakku dan berkata ... "Saya udah puasa beberapa minggu. Sekarang waktunya berbuka. Dan saya paling nggak suka kalau mau senang-senang lalu ada yang gangguin." Beliau kemudian menarik tanganku seenaknya. Lalu aku segera meraih paper bag berisi pakaian baruku yang beliau belikan tadi. Puasa? Berbuka? Apa maksudnya? "Lho? Bapak beberapa minggu ini puasa? Dari tadi belum berbuka?" Kemudian secara tidak sengaja aku melihat jam dinding di Lotte Word menunjukkan pukul sembilan malam. "Bapak beneran belum buka?" Tanyaku lagi. Seraya mengimbangi langkah lebar kaki beliau kelu

    Last Updated : 2024-08-26
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Semakin Cepat Semakin Baik

    Ketika membuka mata, aku bertanya dalam hati.'Tempat apa ini?'Seingatku, kamar yang kutempati di rumah Pak Akhtara tidak memiliki tirai yang mengitari kasur. Dan plafon kamar berwarna coklat, bukan putih polos seperti ini. Lalu aku mencoba untuk duduk dari rebahan dan bertepatan dengan itu, tirainya tersingkap. Menampilkan Pak Akhtara dengan kemeja kerja yang masih melekat di tubuhnya.Mengapa beliau ada disini? Dan masih memakai pakaian kerja?"Pak?"Pak Akhtara kemudian kembali menutup tirai dan mengambil duduk di kursi dekat tempatku berbaring. Sambil bersedekap, kemudian beliau menatapku dengan sorot yang ... berbeda. Ada apa?Mengapa beliau menatapku seakan-akan aku baru saja melakukan kesalahan?Memangnya, apa salahku?Lalu mataku menatap nakas dan ranjang yang kududuki. Ternyata ini ranjang rumah sakit. "Kenapa saya di rumah sakit, Pak?" Tanyaku. "Kamu udah ngerasa lebih baik?"Bukannya menjawab pertanyaanku, beliau justru bertanya hal lain. "Iya."Kepalaku mengangguk sem

    Last Updated : 2024-08-27
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Sudah Lama Tidak Pesta

    "Tinggal tunggu biusnya hilang, Pak Akhtara.""Makasih, Dokter Arman."Telingaku menangkap percakapan singkat itu berbarengan dengan kesadaran yang mulai kembali. Mataku masih kabur dan tubuhku masih lemas."Bu Jihan? Apa bisa dengar suara saya?"Itu suara perempuan yang tadi membantuku menaiki ranjang pesakitan sebelum dilakukan operasi. Dia juga terlihat berdiri di sebelah tempatku berbaring dengan siluet pandangan yang masih kabur.Namun aku belum bisa merespon pertanyaannya. Kedua mataku masih terbuka sedikit namun segala suara bisa kudengar."Gimana, Sus?" Itu suara dokter yang menanganiku."Masih belum sadar sepnuhnya, Dok.""Lima menit lagi. Tungguin aja sama dipantau.""Baik, Dok.""Mari, Pak Akhtara. Kita bicara di sebelah."Mau membicarakan apa mereka?Apakah operasi yang kulalui berjalan lancar?Menit demi menit akhirnya terlewati. Pandanganku mulai kembali jelas sedikit demi sedikit. Kepalaku bisa digerakkan ke kanan dan kiri perlahan. Pun dengan tangan yang mulai bisa kug

    Last Updated : 2024-08-28
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Mereka Begitu Akrab

    “Di rumah mau ada pesta.”Kepalaku mengangguk seraya menatap beliau.“Saya udah tahu. Mbak Mini yang bilang, Pak.”Pak Akhtara kemudian diam sejenak dengan wajah sedang memikirkan sesuatu.“Ehm … kayaknya … mending kamu di kamar aja, Han.”Mendengar hal itu, aku menjadi sangat penasaran. Mengapa Pak Akhtara tidak mengizinkanku untuk keluar dari kamar dan menampakkan diri sebagai istrinya?“Boleh saya tahu alasannya kenapa, Pak?”“Saya nggak mau hubungan kita memburuk karena memperdebatkan masalah ini, Han. Saya mau semuanya ngalir dulu.”Mendengar jawaban diplomatis Pak Akhtara, mendadak hatiku setuju saja. Juga, aku merasa yakin jika beliau sedang berusaha membawa hubungan pernikahan kami menuju ke arah yang lebih baik.Hingga sekelebat ucapan Imron, satpam rumah ini, membuatku kembali melayangkan pertanyaan untuk Pak Akhtara. Meski itu berlalu beberapa bulan lalu, namun anehnya mengapa aku bisa mengingatnya. “Pak, apa boleh saya tanya?”“Selama saya bisa jawab.”“Apa … pesta nanti b

    Last Updated : 2024-08-29

Latest chapter

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Bahagia Selamanya

    POV AKHTARA Satu tahun kemudian ... "Selamat, Pak. Bayinya lahir sehat. Perempuan."Aku yang sedang menemani Jihan melahirkan secara sesar itu pun tidak kuasa menahan haru dan bahagia karena kami dipercaya Tuhan untuk merawat cipataan-Nya yang sangat lucu dan menggemaskan.Adiknya Akhtira. Setelah suster membersihkan putri kami tercinta, aku segera menggendongnya. Lalu melafadzkan suara adzan di telinganya. Dengan mata berkaca-kaca, aku mencium pipinya penuh cinta. Lalu memberikannya pada Jihan yang masih terbaring di atas meja operasi. "Mau Ayah kasih nama siapa?""Aksara Badsah Ubaid."Kemudian Jihan terlihat sedikit memanyunkan bibir."Aku yang hamil susah payah, tapi nama kedua anakku mirip Ayah semua." Protesnya. "Ya udah saya ganti.""Diganti apa?""Aksara Febriana Ubaid."Jihan menganggukkan kepala setuju dengan melakukan skin ship bersama putri kami. "Namanya kelihatan ada ceweknya. Kalau yang pertama kayak laki-laki, Yah.""Apapun yang kamu mau, Sayang."Kemudian aku da

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Janji Tak Akan Berpisah Lagi

    POV AKHTARARumah megahku yang berada di Bogor terasa begitu sepi, dingin, dan mati. Tidak ada suara tawa atau celotehan Akhtira.Dulu aku mendiami rumah ini hanya untuk menaruh lelap, berganti pakaian, dan berpesta dengan rekan-rekan bisnis. Bukan sebagai tempat untuk melepas kepenatan atau mendulang kebahagiaan.“Dulu saya suka pulang ke rumah ini karena ada kamu, Han,” ucapku.Sambil bergelung dengan satu selimut yang sama dengan Jihan. Di kamar yang ia tempati dulu.“Gombal. Nyatanya Bapak juga masih keluar sama Merissa padahal ada saya di rumah.”Kemudian aku membawanya dalam pelukan hingga kulit kami saling bersentuhan.“Saya nemenin Merissa belanja doang. Dan sengaja pulang agak malam biar kamu cemburu.”Tangan Jihan kemudian memukul dadaku.“Jahat!”Aku tersenyum lalu mencium kening dan memeluknya.“Saya jahat sama kamu dan jahat sama diri saya sendiri. Saya pengen cepat pulang, ketemu kamu, lalu mendapatkan hak saya. Tapi saya sengaja ngulur-ngulur waktu biar kamu cemburu. Soa

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Ingin Kamu Padahal Masih Sore

    POV AKHTARA“Pa, aku sama Ayahnya Tira mau ke Bogor,” ucap Jihan ketika kami semua duduk di kursi meja makan.“Ngapain ke Bogor?!” Tanya Papanya Jihan ketus.Jihan yang sedang menyuapi Akhtira kemudian menatapku yang duduk di sebelah putraku itu.Kemudian Papanya Jihan langsung menatapku dengan ekspresi tidak suka.“Mau merencanakan apa lagi kamu, Akhtara?! Nggak usah bawa-bawa Jihan pergi jauh dari kami! Kami nggak percaya sama kamu!”Inilah alasan kuat mengapa Jihan dan Akhtira tidak diperbolehkan untuk tinggal seatap saja denganku. Mereka berpikir jika aku masihlah jahat seperti dulu. Dan sudah pasti aku harus sabar dan kuat menghadapi sikap mereka.“Aku khawatir kamu udah bikin rencana di Bogor lalu Jihan sama Tira nggak pulang-pulang! Kalau kamu mau ke Bogor, pergi aja sendiri sana!”“Meski Jihan udah kembali jadi hakmu, tapi aku sebagai Papanya nggak mau kejadian buruk itu kembali terulang!”Usai menelan makanan, aku menatap Papanya Jihan, mertuaku.Aku menyadari mengapa amarah b

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Kangen Dia

    POV AKHTARA Dengan jarak sedekat ini sambil menatap wajah cantik Jihan, aku benar-benar terlena. Wanita yang ada di hadapanku saat ini telah resmi menjadi istriku, pendamping hidupku. Tidak ada kata terlarang untuk menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku. Bahkan aku dihalalkan untuk menyentuhnya lebih dari ini. Andai tidak lupa akan janjiku untuk membuatnya nyaman terlebih dahulu, mungkin aku bisa memilikinya saat ini juga.Kemudian aku menurunkan kedua tangan dari wajahnya lalu berdiri dari bersimpu dan mundur dua langkah. Sungguh, berdekatan dengan Jihan membuat naluriku sebagai seorang pria tergugah sepenuhnya.Kini aku benar-benar tahu mengapa saat bersama Merissa, aku tidak pernah sukses menjadi pria sejati. Jawabannya sudah pasti karena aku tidak mencintai dia sama sekali dan hatiku benar-benar menginginkan Jihan seorang. "Kenapa, Pak?" Aku menggeleng sembari tersenyum. "Saya cuma mau kamu nyaman dulu, Han. Saya takut kalau nggak menjaga sikap, justru kamu yang terpaksa."

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Apakah Secepat Ini?

    POV AKHTARA Usiaku hampir menyentuh angka empat puluh lima tahun. Sedang Jihan masih berusia tiga puluh tahun. Perbedaan usia kami membuat ia lebih cocok menjadi keponakanku. Dan sebagai pria yang sudah berumur, siapa yang tidak senang jika memiliki istri yang masih muda, cantik, dan solehah?Inilah yang disebut dengan perhiasan dunia. Apalagi dia telah melahirkan keturunanku yang sehat dan tampan, Akhtira."Khilaf?" Tanya Jihan keheranan.Dengan bersedekap sambil menyandarkan punggung pada pintu kamar hotel yang kami tempati, aku fokus menikmati wajah cantik Jihan yang penuh dengan riasan pengantin dari kejauhan.Sungguh cantik!Lalu aku mengangguk sekilas. "Maksudnya?""Kalau kemarin saya cuma bisa mencintai kamu tanpa bisa memiliki, maka berbeda dengan sekarang. Saya boleh mencintai kamu sedalam apapun karena kamu resmi hanya akan menjadi milik saya aja, Han."Jihan nampak sedikit salah tingkah dengan ucapanku lalu dia membuang muka. Imut dan menggemaskan sekali.Andai aku tidak

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Jangan Lepaskan Jihan Lagi

    POV AKHTARA Aku sudah tidak merasa asing lagi dengan sebutan 'perjanjian pra nikah'. Karena ketika aku akan menikahi Jihan untuk kedua kalinya dan memberinya madu dengan menikahi Merissa, aku menggunakan perjanjian pra nikah dengan alasan untuk melindungi harta bendaku. Saat itu, aku mencampuradukkan hal yang disebut cinta dan sayang dengan racun bernama dendam. Hingga aku menganggap Jihan dan Merissa adalah sama-sama perempuan yang harus kuwaspadai mana kala akan mengeruk hartaku semata.Tapi ternyata, aku keliru besar. Karena saat menikahi Jihan untuk kedua kalinya, dia benar-benar sudah berubah. Hanya aku saja yang tidak menyadari. Hingga tega menduakannya dengan Merissa. "Aku restui niat baikmu kembali menikahi Jihan untuk ketiga kalinya, Akhtara."Aku langsung tersenyum lega dengan perasaan bahagia tiada terkira mendengar ucapan Papanya Jihan. Meski beliau mengatakannya dengan ekspresi yang datar dan acuh. "Agama cuma ngasih kamu batas menikahi Jihan hanya tiga kali. Dan jang

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Mari Berdamai

    POV AKHTARA Satu unit motor untuk kaum lelaki baru saja kubayar lunas. Dan kini motor itu tengah dinaikkan ke mobil pick up menuju alamat Farhan. "Apa Farhan mau menerimanya, Pak?" Tanya Faris yang duduk di sebelahku."Saya nggak peduli dia mau menerima hadiah dari saya atau nggak, Ris. Karena saya berniat memberikan hadiah itu sebagai ucapan terima kasih ia pernah berjasa dalam kehidupan Jihan dan Akhtira. Saya nggak mau jadi orang yang nggak tahu terima kasih."Kami duduk bersebelahan dengan menatap proses motor seharga lima puluh juta itu akhirnya berhasil dinaikkan ke atas bak mobil. Segala kelengkapannya kuserahkan pada pihak penjual motor. "Kamu urus sisanya ya, Ris. Saya mau ketemu Tira."Kemudian aku menyetir mobil dan sengaja singgah sebentar ke salah satu mall untuk mengunjungi salah satu gerai yang menjual mainan. Apalagi jika bukan untuk membelikan Tira mainan baru. Putraku itu ternyata tidak mudah untuk didekati. Dan sepertinya aku harus membelikan mainan yang sangat m

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kesempatan Terakhir

    POV AKHTARA Sepasang tiket VIP dari biro perjalanan ke tanah suci sudah siap di tangan. "Apa kamu yakin ini adalah cara terbaik bikin kedua orang tua Jihan mau merestui hubungan saya sama Jihan, Ris?" Tanyaku."Kita coba saja dulu, Pak. Kalau Bapak ngasih harta atau rumah baru, belum tentu orang tua Bu Jihan luluh. Justru marah yang iya. Tapi kalau hadiah sepaket perjalanan ke tanah suci, saya rasa itu adalah hadiah terbaik sepanjang masa."Apa yang dikatakan Faris ada benarnya. "Oke. Saya akan hubungi Jihan kalau nanti malam mau bertamu ke rumahnya.""Semoga semuanya lancar, Pak."Hampir satu minggu ini aku dan Faris berpikir tentang hadiah terbaik untuk kedua orang tua Jihan agar sudi menerimaku lagi. Dan pilihan kami jatuh pada tanah suci. Dan selama satu minggu itu pula, aku selalu memikirkan Jihan dan Akhtira. Apakah Jihan mendapat omongan yang tidak mengenakkan dari kedua orang tuanya karena memilihku?Ataukah semuanya baik-baik saja tidak seperti dugaanku?Sebab, satu minggu

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Beri Saya Maaf

    POV AKHTARA“Maaf katamu?” Tanya Farhan dengan suara sinis.“Waktu Jihan merawat Akhtira sendirian, dihina orang lain perempuan nggak benar karena melahirkan tanpa suami, lalu Akhtira dihina anak haram, siapa yang jadi tameng untuk mereka heh?!”Aku tidak menjawab dan hanya menatap Farhan. Membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. “Aku!” Dia menepuk dadanya dengan wajah benar-benar kesal.“Bukan kamu! Yang tiba-tiba datang ngambil semua yang aku usahakan!” ucapnya dengan menunjuk dadaku.“Kamu memang ayah kandung Akhtira, tapi aku yang lebih banyak berjasa ke mereka! Aku menyayangi mereka itu tulus!”“Dan Jihan nggak mungkin berpaling kalau bukan karena kamu pakai acara pura-pura mau mati! Biar apa, heh?! Dapat simpati Jihan dengan cara pintas? Iya?!”Kepalaku menggeleng dengan menatap Farhan yang begitu kecewa dan sakit hati.“Munafik!”“Saya nggak perlu menjelaskannya ke kamu karena saya tahu kamu nggak butuh itu, Far.”Tanpa berkata lagi, Farhan kemudian menaiki motornya dengan ekspr

DMCA.com Protection Status