Share

02. Tuduhan tak mendasar

Joanna tidak percaya kalau menantunya ini memberikan sebuah barang yang begitu mewah. Sebuah kalung dengan hiasan berlian di tengahnya yang nampak bersinar, begitu cantik dan Joanna menyukainya.

"Kamu baik sekali, Marten, terimakasih banyak." Joanna hampir melompat saking kegirangannya. Di sana, Marten tentu bersyukur karena sang ibu mertua menyukai apa yang dia belikan.

"Sama-sama, Ibu." Marten lalu mendelik ke arah Victor. Dalam hatinya seolah puas karena dibanding Victor, dirinyalah yang disayang oleh seorang Joanna.

Joanna lalu memakai kalung itu segera di depan Victor. Joanna tersenyum serta menciumi cincin itu beberapa kali. Untuk pertama kalinya ia mendapat sesuatu yang berharga serta bisa dikatakan ini adalah barang yang mewah, sangat mewah.

"Ayo masuk, Nak, ibu mau makan sama-sama. Ahh, rasanya ibu sudah lama tidak merasa se-senang ini," cetus Joanna lagi.

Lalu, Joanna pun mengajak putri ketiganya itu serta suaminya untuk masuk.

"Ayo cucu-cucuku, nenek kangen sama kalian." Joanna tentu tak melupakan cucunya dan tentu Joanna menyuruh mereka untuk masuk juga.

Jessica tersenyum ketika melihat ibunya se-senang ini. Maka, Jessica pun turut masuk dengan Victor di sana. Namun, seketika Joanna menghentikan langkahnya sampai Jessica maupun Victor pun turut berhenti.

"Jessica, ibu gak mau acara keluarga kita dirusak sama dia. Ada baiknya dia tidak ikut masuk." Joanna menatap lagi ke arah Victor dan perkataan itu tentu ditunjukan kepadanya.

Jessica yang merasa keberatan pun lantas berkata. "Tapi Bu, Victor kan suami aku. Di dalam juga Mas Marten ikut kan? Kenapa ibu harus pilih kasih seperti itu?"

"Pilih kasih katamu? Ibu tidak pilih kasih, hanya saja suami kamu itu pasti bikin rusuh nantinya. Lagi pula dia sudah makan siang, kan? Jadi tidak perlu lagi untuk ikut makan sama-sama di sini." Joanna masih menatap Victor tak suka.

Victor yang paham akan posisinya segera angkat suara, "Sayang, aku lupa kalau hari ini aku ada janji sama teman. Kamu sama ibu masuk saja, ya. Do'akan aku agar aku bisa mendapat pekerjaan dalam waktu dekat," kata Victor.

Jessica sudah tahu kalau suaminya ini begitu menghargai dirinya serta paham akan situasi. Maka dari itu, Jessica pun menurut.

"Kamu gak lama kan keluarnya? Aku do'akan kamu selalu, suamiku." Jessica menatap Victor dengan penuh keyakinan.

Victor pun lantas mengangguk. "Iya, Sayang, gak akan lama, hanya sebentar."

"Selamanya juga tidak apa-apa, malahan bagus," celetuk Joanna yang tentu mendapat protes dari Jessica.

"Bu ..."

"Sayang, aku pergi ya." Victor menyela sebab tak mau Jessica ribut dengan ibunya sendiri.

"Ah, iya suamiku. Berhati-hatilah."

Victor tersenyum, segera pergi dari sana untuk mencari sesuatu yang mungkin akan mengubah keadaan, minimal pekerjaan.

Sepeninggalan Victor, Joanna lalu mengajak Jessica untuk masuk. Joanna juga tidak mau Jessica terus melihat ke arah suaminya itu sebab itulah yang membuat Joanna semakin muak.

Di dalam rumah, Vivian sudah menyiapkan makan siang untuk mereka. Vivian mengeluarkan makanan yang sengaja dia bawa untuk sang ibu serta adik bungsunya ini.

"Loh, mana Victor?" tanya Marten yang tidak melihat adanya Victor di dalam rumah.

"Dia keluar, seperti biasa dia itu selalu keluyuran setiap habis makan siang," jawab Joanna.

"Enak sekali dia, sudah makan malah keluyuran. Apa pekerjaannya setiap hari begitu? Apa kamu tidak bosan punya suami seperti itu, Jessica?" kata Vivian yang geram akan kabar mengenai Victor.

Sebetulnya, Vivian sudah tahu kalau Victor tidak memiliki pekerjaan. Bahkan setiap harinya hanya diam, makan, tidur, serta main. Dan kabar itu Vivian dapatkan dari ibunya sendiri.

Ya, Joanna sering memberi kabar tentang keburukan dari Victor. Bukan hanya Vivian, Kunala bahkan sering bercerita pada anak-anaknya yang lain tentang keadaannya di sini.

Jessica memiliki 3 saudara kandung. Vivian, lalu ada kedua kakak laki-laki. Hanya saja kedua kakak laki-laki sangat jarang menemuinya dan sang ibu ke sini. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Hanya Vivian yang dekat dengan sang ibu dan Jessica. Serta, Vivian lah yang sering mengunjungi mereka.

Selain berkunjung, Vivian juga ingin anaknya dekat dengan sang nenek. Tidak seperti kedua kakak laki-lakinya yang selalu mengutamakan istri-istri mereka juga pekerjaannya.

Terkadang Joanna sering dapat masukan dari Vivian juga dari kedua anaknya yang lain tentang Victor ini. Namun, setiap kali Joanna meminta Jessica untuk melepaskan suami tak berguna itu, Jessica malah semakin lengket saja.

Maka dari itu, Joanna kehabisan akal. Entahlah, mungkin Jessica begitu mencintai Victor.

Mendengar ocehan dari sang kakak, Jessica malah acuh seolah tak mendengar. Jessica lalu duduk di kursi meja makan untuk mencicipi hidangan yang sudah tersedia di sana.

"Hmm, kuahnya enak sekali. Kakak beli di mana?" tanya Jessica seolah ingin membahas hal lain.

"Di tempat biasa," jawab Vivian.

Jessica lalu mengangguk, kembali mencicipi hidangan itu.

"Jessica, mau sampai kapan kamu bertahan sama lelaki itu? Puluhan kali, bahkan ribuan kali kakak bilang, kamu masih muda, kamu cantik, kamu bisa mendapatkan yang lebih dari dia. Pilihlah lelaki mapan supaya kamu tidak harus bekerja. Lihatlah sekarang, badan kamu juga semakin kurus, itu artinya kamu tidak bahagia hidup bersama Victor," lanjut Vivian.

Jessica pun lantas tersenyum. "Siapa bilang aku gak bahagia? Aku bahagia kok, Victor juga suka mengerti aku, lalu salahnya di mana? Pengangguran? Itu bukan hal yang besar, setidaknya Victor masih berusaha mencari pekerjaan."

"Mencari pekerjaan katamu? Kalau benar, sudah pasti dia bekerja. Tapi apa hasilnya? Sampai sekarang pun Victor masih menganggur," kata Vivian lagi.

Untuk sekarang, Jessica tidak bisa menjawab sebab apa yang dikatakan oleh sang kakak memang benar. Sampai detik ini, Victor belum mendapatkan pekerjaan.

"Berhati-hatilah, Jessica. Bisa saja dia tidak mencari pekerjaan melainkan hanya main. Laki-laki itu sangat pintar, bisa saja dia selingkuh dengan alasan cari pekerjaan. Kakak takut kalau dia berbohong sama kamu. Gimana kalau kenyataannya dia punya pekerjaan dan uangnya dia berikan sama selingkuhannya? Secara dia tahu kamu punya kerja dan punya uang sendiri." Vivian menilai Victor begitu buruk.

Di sana, Joanna hanya diam menyimak Vivian mengomeli adiknya. Joanna senang, pada akhirnya Vivian mau bicara pada Jessica yang keras kepala ini.

Anak dari Vivian yang sudah besar pun paham akan apa yang mereka bicarakan. Usianya sudah menginjak 10 tahun dan dia tentu bisa menilai mana yang terbaik untuk tantenya ini.

"Tante, tante ini cantik loh. Kalau di Kota Los Angeles tante bisa jadi model. Selain cantik, tante juga tinggi. Besar kesempatan tante untuk menjadi artis di sana, percayalah." Ronald yang merupakan anak dari Vivian pun memberi penilaian atas apa yang dimiliki Jessica.

"Nah, kan, Ronald saja tahu kalau kamu itu cantik. Dia sudah dewasa, dia bisa menilai perempuan." Vivian melanjutkan.

Jessica lantas diam. Ia tahu kalau dirinya punya kelebihan seperti apa yang Ronald katakan. Namun, Jessica selalu tidak paham kenapa ia tidak merasa seperti apa yang mereka nilai.

"Jessica, kenapa kamu tidak ikut kami saja ke Kota? Mas bisa bantu kamu untuk menjadi model di Los Angeles sana, kebetulan mas punya kenalan seorang yang bisa membuatmu terkenal." Marten menambahkan.

Vivian dengan mulutnya yang penuh lantas turut bicara lagi. "Mmm, aku setuju. Kamu ikut kami ya, nanti kakak yang kasih kamu modal buat jadi artis. Tapi dengan satu catatan, kamu pergi sendiri, tanpa Victor."

Tanpa Victor?

Jessica sedari tadi berpikir. Menjadi seorang model itu adalah impiannya dari dulu. Apa ia ikuti saran dari Vivian dan kakak iparnya saja?

"Jessica, pikirkan dan putuskan. Setelah menjadi model nanti, kamu bisa mendapatkan lelaki yang lebih pantas dari Victor, percayalah. Bisa jadi nanti kamu mendapatkan laki-laki tampan juga, yang sepantar sama kamu, bagaimana? Apa kamu mau ikut kami ke Kota?" Vivian terus membujuk Jessica.

"Vivian benar, ikutlah kamu dengan kakakmu, Nak. Lagi pula omongan kakakmu ada benarnya juga. Bisa saja Victor selingkuh di belakang kamu," tambah Joanna.

Jessica lantas menghela napas panjang. "Akan aku pikirkan."

Dalam hati, Jessica lantas bergumam. 'Apa benar Victor selingkuh?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status