Share

05. Jessica memilih untuk pergi

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, ini waktunya untuk Victor kembali. Namun, sebelum itu ia telah menerima sebuah cek dan ia juga sudah membuat rekening bank nya sendiri. Itu artinya, Victor menyetujui tawaran untuk cincin yang telah ia jual.

Di tangan Victor, ia memegang kartu hitam yang isinya sungguh luar biasa. Victor bahkan tak pernah menyangka jika dalam waktu yang singkat, ia memiliki uang banyak tanpa bekerja. Ajaib sekali.

Namun, tetap saja, Victor merasa bersalah atas apa yang ia lakukan. Ia tidak bertanggungjawab atas janjinya kepada kakek tua. Di satu sisi, Victor juga sangat membutuhkan uang itu untuk membiayai Jessica dan untuk membuat ibu mertuanya senang. Ia tidak mau ibu mertuanya terus-terusan marah hanya karena ia tak bisa membiayai Jessica.

Kembalinya ia ke rumah, di sana tentu ada Joanna. Ibu mertuanya menatap Victor tak suka dan memang, setiap kali ia pulang, Joanna tidak pernah terlihat senang.

"Ya, terus saja begitu. Bukanya cari kerja, malah main terus. Otakmu kau simpan di mana? Kau memang menantu yang tidak bisa aku andalkan, Victor." Joanna kembali mengomeli Victor. Namun, Victor hanya tersenyum.

"Apa kau sudah gila? Bagaimana cara berpikir kamu, Victor? Sudah numpang, tidak bisa biayai anakku dan kau malah asik-asikan main. Enyahlah dari rumahku dan pergi lah jauh-jauh dari hidup putriku. Sebentar lagi Jessica akan aku kirim ke kota dan tinggal bersama kakaknya di sana. Sebaiknya kau cepat urus perpisahan dengan putriku!" tekan Jessica lagi. Kesabarannya seolah sudah habis.

Kali ini, Victor pun angkat suara. "Apa Jessica sudah pulang, Bu?" tanyanya. Yang ditanyakan Victor adalah Jessica. Ia seolah mengabaikan perkataan ibu mertua yang menyakitkan.

"Sebentar lagi dia pulang dan setelah itu Jessica tidak akan bertemu denganmu lagi. Sebaiknya kau kemasi barangmu juga sebab rumah ini sudah tidak menerima lelaki pengangguran sepertimu. Jessica akan pergi malam ini juga bersama dengan ibu. Vivian akan menjemput kami, jadi enyahlah." Joanna bahkan tak menunggu persetujuan Victor sebagai suami dari putrinya. Ini sudah keterlaluan.

"Kenapa seperti itu? Aku juga mau ikut buat antar istriku menjadi model di sana. Aku akan temani Jessica sampai dia sukses menjadi model dan sampai istriku menggapai cita-citanya, aku sudah memiliki uang sekarang," ucap Victor dan itu dibantah oleh Joanna.

"Uang katamu? Sebanyak apa uang seorang pengangguran? Paling cuma cukup buat makan sekali saja," cetus Joanna.

Victor lantas mengeluarkan kartu hitam yang baru saja dia buat. "Semua uangnya ada di sini."

Sontak Joanna membuka matanya lebar menatap kartu hitam yang telah Victor keluarkan dari kantung celananya. Joanna segera mengambilnya dan memperhatikan kartu hitam itu, takutnya palsu dan Victor hanya bergurau saja.

"Dari mana kau mendapat kartu yang langka ini? Apa kau mencuri?"

Mencuri katanya?

"Bu, itu milikku, kartu itu atas namaku sendiri dan aku tidak mencuri." Victor tak percaya kalau ibu mertuanya akan bicara seperti itu. Itu adalah sebuah tuduhan yang tidak berdasar.

"Gak, gak mungkin ini milikmu. Dari mana kau dapat uang? Kartu itu palsu." Joanna lalu melempar kartu itu di depan Victor.

Victor lantas mengambilnya dan mencoba menjelaskan kembali. "Aku mendapatkan uang dari hasil menjual cincin. Ada seorang kakek tua yang memberiku cincin itu, Ibu."

Apa? Bagaimana bisa?

"Gila kamu! Mana ada orang yang memberimu cincin secara percuma." Joanna tetap tak percaya.

Namun, hal itu tentu dijelaskan lagi oleh Victor agar Joanna bisa mempercayainya.

"Kemarin aku menyelamatkan cucunya yang hampir tenggelam, kakek tua itu memberiku imbalan dengan cincin tersebut dan aku menjualnya. Harganya sungguh fantastis, Bu."

Sayangnya Joanna masih tak percaya dan dia menganggap Victor sudah gila.

"Memang tidak salah kalau kau harusnya bercerai dengan putriku. Selain pengangguran, ternyata kau gila. Selama ini putriku menikah dengan orang tak waras."

Apa?

"Bu, aku tidak gila dan aku mengakui kalau diriku ini pengangguran. Tak bisakah ibu menunggu sampai besok agar aku bisa membuktikan kalau di dalam kartu ini ada uangnya." Victor terus menjelaskan dan masih Joanna bantah.

"Tidak bisa! Sebentar lagi Vivian datang dan Jessica harus pergi tanpa orang gila sepertimu, Victor. Teruslah berkhayal sampai kegilaanmu semakin bertambah. Dengan begitu, maka akan lebih mudah meyakinkan Jessica agar dia mau lepas darimu!"

"Bu, aku ..."

Bip! Bip!!

Itu Vivian.

"Vivian sudah datang, sebaiknya kau diam atau ibu akan semakin membencimu!" ancam Joanna lagi.

Ingin sekali Victor melawan, sayangnya ia begitu menghormati Joanna sebagai ibu dari istrinya itu. Bagaimana pun Victor menganggap Joanna seperti ibunya sendiri sebab ia tidak memiliki siapa-siapa lagi kecuali ibu Jessica berikut kakak-kakaknya.

"Apa Jessica sudah pulang?" tanya Vivian yang baru keluar dari mobil. Kali ini Vivian datang sendiri tanpa sang suami.

"Sebentar lagi, tunggulah dulu."

Vivian menoleh ke arah Victor. Kali ini ia mau menghampiri Victor untuk memberinya peringatan.

"Jangan kau halangi adikku. Sebentar lagi dia akan bersinar seperti bintang. Jadi, sebaiknya kau biarkan Jessica pergi bersamaku jika kau masih mau mempertahankan pernikahanmu dengan adikku!" Vivian bicara sebagai seorang kakak.

Victor pun kembali memohon, kali ini kepada sang kakak ipar.

"Kakak ipar tolonglah, tolong beri saya waktu sampai esok. Saya janji akan membawa Jessica dan mengantarnya untuk menjadi model. Saya tentu mengizinkan Jessica pergi dan saya ingin Jessica menggapai cita-citanya itu. Tapi saya harus ikut bersamanya, saya tidak bisa membiarkan Jessica sendirian di sana," ucap Victor.

Namun, Vivian semakin marah. "Berhenti sampai di sini, Victor. Aku mau Jessica bersinar sendiri tanpa kamu yang bahkan tak mampu membahagiakan adikku. Apa kau masih punya cinta pada adikku? Jika iya, biarkan dia pergi sendirian tanpamu."

Bertanya soal cinta, tentu Victor sangat mencintai Jessica dan ia ingin yang terbaik untuk istrinya. Namun, menemani Jessica adalah keinginannya dan seharusnya Jessica mau menurut sebagai seorang istri.

Lagi pula, Victor sudah memiliki uang banyak. Dia bisa membiayai Jessica sampai wanita itu bersinar seperti yang diharapkan mereka. Sayangnya hal itu tidak dipercayai dan ibu mertuanya malah menganggap Victor gila.

"Aku pulang!" ternyata Jessica sudah kembali. Ia jelas menatap Victor seolah merasa bersalah.

"Suamiku." Jessica lalu menunduk. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Victor sekarang. Ia lalu menarik Victor untuk bicara empat mata. Di sana, Jessica lalu bicara sesuai yang sudah disepakati.

"Suamiku, maafkan aku. Tapi mungkin kali ini aku akan pergi sama kakak dan ibu ke Kota Los Angeles. Tidak ada pilihan lain dan ini demi pernikahan kita. Aku tidak mau berpisah dan semua ini bertujuan agar ibu tidak benci kamu lagi, suamiku."

Ya, sebelumnya Joanna memberi suatu pilihan pada Jessica dan inilah pilihannya. Jessica akan pergi tanpa Victor demi kelangsungan pernikahannya.

"Istriku, pergilah denganku. Sekarang aku punya uang untuk membuatmu bersinar," ucap Victor.

"Uang? Suamiku, uang untuk menjadi seorang model itu harus banyak, aku takut kamu malah melakukan hal yang berat dan aku tidak mau," jelas Jessica.

"Tidak, istriku, aku mendapat uang itu dari seseorang yang aku selamatkan kemarin. Aku tidak bohong dan aku menyimpan uang itu di dalam kartu ini." Victor kembali mengeluarkan kartu hitam itu dan kali ini ia menunjukkannya pada Jessica.

Bukan hanya Jessica, bahkan Vivian pun terkejut melihatnya, terkecuali Joanna yang sudah tahu sebelumnya.

"Dari mana kamu mendapatkan kartu ini? Ini bukan kartu yang biasa orang miliki." Vivian sangat tahu kalau kartu itu hanya akan dimiliki oleh orang besar. Lantas, bagaimana Victor mendapatkannya.

"Aku tau, tapi sekarang aku memilikinya. Aku lupa tidak mengambilnya sebagian, tapi di dalam sana uangnya sangat banyak, percayalah."

Joanna lantas mendekat dan sejak tadi ia mendengar pembicaraan mereka. Selain itu, Joanna memberitahu Vivian dan Jessica perihal Victor ini.

"Suami kamu pencuri! Dia mencuri dan uang itu hasil curian!" ucap Joanna.

Tuduhan macam apa itu?

Jessica menatap suaminya tak percaya. "Kau mencuri?"

Victor jelas membantah. "Tidak, istriku, aku tidak mencuri. Itu uangku hasil dari aku menyelamatkan seseorang kemarin. Aku tidak bohong dan aku tidak mencuri."

Jessica mengambil kartu itu dan melempar kartu itu tepat mengenai dadanya dan ia sungguh menyesal.

"Aku tidak sudi mempunyai suami seorang pencuri. Sepertinya keputusanku sudah benar. Aku akan pergi bersama ibu dan kakak ke kota, tanpa kamu! Jangan mengejarku lagi! Aku enggan memiliki suami pencuri."

Jessica lalu masuk ke dalam kamar untuk berkemas. Tidak. Ternyata dia mengemasi pakaian milik Victor.

Tentu Victor mengejarnya dan terus meyakinkan istrinya bahwa ia bukan pencuri.

"Istriku, aku tidak mencuri. Aku bukan pencuri dan itu hasil kerjaku, aku berani bersumpah."

Jessica tidak merespon dan malah mengeluarkan semua pakaian Victor dari dalam lemari.

"Istriku, apa kamu tidak percaya padaku? Apa yang kamu lakukan dengan pakaianku?"

Semuanya Jessica lempar. Hal inilah yang ditunggu-tunggu oleh Joanna dan Vivian.

Jessica dengan menahan amarah, lalu berkata, "aku harus jujur sekarang, kalau aku sudah bosan hidup denganmu! Hidupku tertekan, hidupku lelah, hidupku juga tidak pernah mendapatkan kebahagiaan. Aku capek bekerja, aku capek melihat kamu yang tidak memiliki pekerjaan. Ibu benar, sebaiknya kita berpisah saja!"

Apa katanya?

"Istriku, jangan bicara saat marah, maafkan aku." Victor masih ingin mempertahankan pernikahannya dengan Jessica sebab ia begitu mencintainya.

"Aku tidak akan marah kalau kamu tidak mencuri. Tapi kenyataannya kamu itu seorang pencuri. Aku tidak mau dan aku sangat malu."

"Aku tidak mencuri, aku bukan pencuri!" teriak Victor. Kali ini ia tak sengaja membentak Jessica sampai Jessica diam dan masih menatapnya.

"Tolong percayalah, aku tidak mencuri, aku bukan seorang yang dituduhkan, aku berani bersumpah." Victor mulai kembali bicara dengan nada rendah.

"Jessica, ayolah. Tinggalkan saja suami pencuri itu! Percayalah pada ibu, dia bukan yang terbaik untukmu." Joanna menambahkan.

Jessica masih menatap Victor.

"Lupakan soal uang itu, aku tidak mau menerimanya. Aku hanya ingin kita sampai di sini saja." Jessica memutuskan untuk ikut bersama ibu dan kakaknya.

Di sana, Victor lantas kembali meyakinkan. Namun, Jessica malah sudah masuk ke dalam mobil dan disusul oleh kakak serta ibunya.

"Aku akan menyusul kamu ke sana. Tunggulah, aku tidak akan mau berpisah."

Victor tak bisa berbuat banyak. Ia berusaha mengejar pun tetapi mobil itu sudah berjalan cepat.

Mungkin dengan uang yang ia miliki sekarang, ia bisa membeli semuanya termasuk kendaraan yang akan membawanya kembali kepada Jessica. Victor pun berpikir demikian.

Drrrtttt!! Seketika tangannya kembali bergetar seperti tersetrum lagi. Kali ini sengatan itu sangat luar biasa ia rasakan. Ada apa lagi ini?

"Aaakkhhhh!!" Victor sampai berteriak saking menahan rasa yang pernah ia alami sebelumnya.

"Kenapa denganku! Ini sungguh sakit! Aakkhh!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status