Share

06. Cincin itu kembali

Penulis: Azzam Dera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-28 06:55:09

Tangan kanannya mengepal dengan begitu kuat. Victor mencoba untuk menahan rasa sakit yang menyerangnya secara tiba-tiba. Bahkan urat nadinya menonjol saking kuatnya ia menahan.

Ini begitu menyakitkan, lebih dari rasa sakit yang sebelumnya. Namun, yang pasti ia tak percaya jika suatu hal di luar nalarnya kembali terjadi.

Sebuah benda melingkar, perlahan menutupi jari telunjuknya. Itu adalah cincin yang semula ia jual dan cincin itu telah kembali, hanya saja letaknya berpindah dari jari tengah ke jari telunjuk. Ini sangat ajaib.

"A-apa ini? K-kenapa bisa cincin ini kembali?" Victor bahkan tak menyangka. Ia terkejut sendiri dan benar-benar merasa aneh.

Seketika rasa sakit itu pun hilang, bersamaan dengan munculnya benda tersebut. Padahal seharusnya barang yang sudah dijual takkan kembali kecuali ia membelinya lagi. Tetapi cincin itu?

"Kenapa kau kembali wahai cincin? Apa jangan-jangan uangku jadi hilang?" gumamnya sendiri.

Victor berpikir, jika cincin itu kembali, apakah uangnya menjadi hilang?

Entahlah, tetapi untuk membuktikan itu semua, ia harus mengeceknya. Sungguh, ia sangat memerlukan uang itu, terutama untuk Jessica. Jika uang itu hilang sebab cincinnya kembali, ia jelas tak bisa mewujudkan keinginan Jessica untuk menjadi seorang model.

Victor kembali ke Bank, ia disambut dengan hangat karena sebelumnya ia telah menyimpan banyak uang di kartu hitam pribadinya.

"Halo, selamat datang kembali, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang yang bertugas sebagai teller bank.

"Ya, tolong cek kembali kartu ini, apakah jumlahnya masih sama seperti yang tadi?!"

Seorang teller itu menatap Victor dengan perasaan aneh. Pikirnya, jika uang itu tidak diambil, maka uang masih utuh. Namun, perempuan itu menuruti keinginan Victor sebagai nasabah.

"Baik, saya cek sebentar."

Victor menunggu. Jika uang itu masih utuh, maka ia memerlukan sebagian untuk keperluannya sendiri. Yang pasti, ia ingin menyusul Jessica ke tempat keberadaannya sekarang.

Victor yakin, Jessica pasti sedang berada di kediaman Vivian dan sebelumnya, ia memang sempat ke sana. Beruntung, ia masih ingat kediaman Vivian dan Victor berharap, semoga Jessica berada di sana sehingga ia bisa menemuinya dan bicara baik-baik dengan sang istri.

Tak lama, hasilnya pun muncul.

"Total uang masih utuh, Pak. Apakah Bapak ingin melakukan penarikan?"

Mendengar hal itu, Victor malah terdiam. Ia berpikir ini sungguh aneh. Bagaimana bisa cincinnya kembali namun uang hasil dari penjualan cincin malah utuh?

'Luar biasa.' batinnya bergumam sambil melihat cincin miliknya yang menempel di jari telunjuk.

"Pak." Perempuan itu memanggilnya kembali.

"Ah, iya, maaf. Ya, saya ingin melakukan penarikan," ucap Victor.

"Baik, mari silakan sebelah sini." Perempuan itu mengarahkan Victor ke bagian lain. Memang, peraturannya jika seorang nasabah black card akan dibedakan dengan nasabah yang lainnya.

Entahlah, tetapi di sana Victor menunggu sampai uang yang ia inginkan segera tiba. Dengan uang itu, ia bisa menyusul Jessica serta memenuhi keinginan Jessica tanpa bergantung pada Vivian. Semoga.

"Ini uangnya, Pak, silakan tandatangan sebagai bukti penarikan. Berhati-hatilah di jalan." Bahkan perempuan itu memberi peringatan supaya Victor berhati-hati.

Victor bahkan baru tahu jika melakukan penarikan yang besar harus menandatangani bukti penarikan. Seumur-umur, ia bahkan tak pernah melakukan itu sehingga menurutnya aneh. Tetapi, mungkin ini akan menjadi sebuah pengalaman yang mungkin nanti akan ia alami lagi.

"Terimakasih."

"Selamat jalan, Pak."

Victor membawa uang cukup banyak. Ia bahkan tak mengenakan tas apapun untuk melindungi uang tersebut sehingga ia memutuskan untuk membeli sesuatu di sana.

Sebuah tas yang akan membawa barang berharganya. Setelah itu, niatnya untuk menyusul Jessica semakin bersemangat.

"Aakkhh sial! Dasar mobil payah. Kenapa harus mogok di tengah jalan segala, payah!"

Baru keluar dari bank, Victor melihat seorang pria tengah menggerutu. Mobil yang dikendarainya mogok dan membuat macet kendaraan yang di belakangnya.

Bip! Bip!

Bahkan klakson dari kendaraan di belakangnya begitu ramai. Pria tersebut bahkan bingung harus berbuat apa. Tidak ada yang hendak membantunya.

"Apa yang terjadi?" Victor bertanya pada pria pemilik mobil.

"Mobilku mogok," jawab pria tersebut sambil menjelaskan kepada pengendara di belakangnya. "Tolong sabar, kalian harus sabar."

Pria itu terus meyakinkan. Di sana, Victor berniat untuk membantunya.

"Mari saya bantu," ucapnya yang bersiap untuk mendorong mobil itu agar tak menghalangi jalan lain.

Tentu, si pemilik mobil nampak senang. Ia mendapat bantuan agar mobilnya tak menghalangi jalan.

"Ah, terimakasih." Pria itu berterimakasih pada Victor, tetapi ia bingung akan kondisi mobilnya.

"Boleh saya bantu untuk mengecek kerusakannya?" ucap Victor dan kebetulan, ia sedikit paham akan keadaan mesin.

"Apakah Anda bersedia menolong saya? Kalau begitu terimakasih dan silakan, dengan senang hati, Pak."

Tak menunggu lama, Victor pun mengecek keadaan mobil tersebut. Ia jelas tahu, tetapi ini bukan kesalahan pada mesin mobil tersebut.

Victor lalu mengecek bagian yang lainnya, dan ternyata di sini lah letak kesalahannya sehingga mobil itu berhenti di tengah jalan.

"Sepertinya Anda lupa mengisi bahan bakar," ucap Victor pada pria tersebut.

"Ah, benarkah?" Pria itu lantas mengeceknya. "Ya ampun, kau benar. Saya lupa mengisi bahan bakar. Pantas saja berhenti."

Astaga!

"Kalau tidak salah, saya lihat sebelah sana ada pom, biar saya bantu belikan." Victor bahkan membantunya untuk segera mendapat bahan bakar agar pria itu bisa melanjutkan perjalanannya.

Tanpa persetujuan pria tersebut, Victor langsung pergi dan ia kembali dengan membawa bahan bakar. Ia menolong pria tersebut sampai-sampai pria itu merasa tak enak.

"Sungguh, saya berhutang pada Anda, Pak. Kalau boleh tau, tujuan Anda ke mana sekarang?" tanya pria itu. Ia melihat Victor dengan tas di punggungnya, pikirnya Victor tengah melakukan perjalanan.

"Oh, tidak perlu, tujuan saya terlalu jauh." Tujuan Victor yaitu ke kediaman Vivian dan memang sangatlah jauh walau bisa ditempuh dengan menggunakan mobil.

"Tidak apa-apa, saya akan mengantar Anda ke mana saja sebagai rasa terimakasih saya karena Anda sudah menolong saya," ucapnya.

"Tujuan saya ke pusat kota."

"Benarkah? Tujuan kita sama," pria itu terus menawarkan diri. Ia bahkan memperkenalkan dirinya kepada Victor.

"Saya George Mark."

Mereka lantas berkenalan.

"Saya Victor, senang berkenalan dengan Anda."

Pria itu tentu tertawa. "Haha, tak perlu sungkan dan masuklah. Kita ke kota yang sama."

Beruntung ia dipertemukan dengan seorang yang perjalanannya searah. Dengan begitu ia tak perlu repot memesan kendaraan untuk menyusul Jessica.

Di sepanjang perjalanan, mereka tentu berbagi cerita, mendengar musik, serta tertawa. Walau baru kenal satu sama lain, sepertinya mereka terlihat dekat.

"Kau begitu mencintai istrimu, Victor, berjuanglah demi cita-cita istrimu."

Victor hanya tersenyum menanggapi itu. Tentu saja, ia akan terus berjuang demi seseorang yang ia cintai.

Pria itu masih mengemudi, namun seketika tatapannya mengarah ke bagian lengan Victor.

"Cincin yang bagus, dia begitu berkilau," kata George menilai sebuah cincin yang Victor kenakan.

Victor lalu terkekeh. "Ini cincin keramat, saya sangat menyukainya."

George hanya tersenyum mendengar jawaban itu.

Perjalanan pun terus berjalan, sampai tiba di tempat yang Victor tunjukan. Ia tentu sangat berterimakasih. Berkat George, ia bisa menemui Jessica di kediaman Vivian.

Sama halnya dengan George, ia berterimakasih karena Victor telah menolongnya.

"Simpanlah dan hubungi saya secepatnya. Senang bertemu denganmu, Victor. Lain waktu kita bertemu lagi."

George pun pamit. Victor menerima kartu nama darinya dan tentu ia simpan.

Sekarang tujuannya ialah Jessica. Di kediaman Vivian, ia berharap Vivian ataupun Marten menerima kedatangannya kemari. Sebab, sebelumnya mereka jelas tak mengizinkan Victor untuk masuk dan hanya menunggu di luar rumah saja.

Rumah itu cukup besar dan Marten ialah seorang pebisnis yang cukup sukses.

"Permisi, Kakak Ipar." Victor memanggil Vivian, berharap Vivian keluar dan mempersilakannya masuk. Setidaknya memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Jessica.

"Jessica, istriku." Kali ini Victor memanggil Jessica.

"Itu si gembel Victor."

Bab terkait

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   07. Terjadi begitu saja

    George baru tiba di kediaman sang Kakek, sebab niatnya ke pusat kota hanya untuk bertemu sang kakek. Ia disambut oleh adik perempuannya yang cantik. "Kakak ke mana saja? Acara ulang tahun Kakek sudah dimulai," kata si adik perempuan. Sebut saja namanya Elly. "Benarkah? Maafkan kakak, ada masalah sewaktu di jalan tadi. Mobil payah ini mogok, beruntung ada orang yang menolong." Elly mengerutkan keningnya dan menatap George. "Mogok? Jangan bilang kalau Kakak lupa mengisi bahan bakar." George hanya terkekeh. "Hehe." "Sudah biasa," gumam Elly. "Ayo, Kak, sebaiknya kita masuk, Kakek sama Papa sudah menunggu." "Oh, oke." Mereka lantas masuk ke dalam rumah mewah milik sang kakek. Di dalam sana, semua sudah tersedia dan acara ulang tahun sang kakek sudah dimulai. "Selamat ulang tahun, Pa, semoga sehat selalu dan panjang umur." Ucapan itu diberikan oleh Parker selaku putra dari Tuan Asher. Tuan Asher tentu senang, apa lagi dihadiri oleh cucu-cucunya dan memberikan hadiah untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   08. Keras kepala?

    Jangankan Marten, Victor sendiri pun bahkan terkejut akan apa yang ia lakukan. Seketika tangannya merasa ringan. Ketika tongkat itu mulai dilayangkan dan hampir mengenai dirinya, tangannya dengan mudah menangkis tongkat itu dan menariknya, mengangkatnya ke atas serta memutarnya sehingga orang itu turut berputar dan terlempar begitu saja bersamaan dengan tongkat yang masih ia pegang. Ini sangat ringan, seperti punya keahlian dalam melawan, Victor sadar akan apa yang ia lakukan. Pria itu terjatuh dan merasa kaget sekaligus merasa punggungnya yang sakit karena terbentur. Sementara Marten terus menekan pria itu supaya kembali melawan Victor. "Payah! Cepat bangun dan habisi dia!" hardiknya sambil menunjuk ke arah Victor. Namun, Victor mencoba untuk menahan. Bukan ini yang ia inginkan. "Kakak Ipar, saya hanya ingin bertemu dengan Jessica, tolong panggilkan Jessica ke mari," pinta Victor lagi. Sayangnya Marten menolak. "Jessica tidak ada di sini. Dia sudah kami daftarkan menjadi model

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   09. Diusir

    Seorang perempuan berjalan mendekat. Langkah kakinya begitu cepat dan ia melihat suatu hal terjadi saat Victor melepas cengkraman tangan dari leher Marten. Ya, perempuan itu adalah Jessica. Ia telah kembali dari pendaftarannya menjadi model. Namun, yang Victor tidak suka, Jessica malah datang bersama lelaki. Entah itu siapa, tetapi yang jelas Victor tidak mengenalinya. "Istriku, akhirnya kau di sini," ucap Victor yang tentu menyambut kedatangan Jessica. Jessica tidak menjawab pertanyaan Victor sebab lelaki yang bersamanya telah berkata, "Saya tunggu kabar baiknya. Sayang jika nantinya Nona mundur, sebab saya suka dengan semua yang Nona miliki." Jessica mengangguk. "Baik, akan saya kabari nanti." Lelaki itu pun lantas pamit. Ia melihat Victor sebentar, lalu melihat ke setiap orang yang ada di sana. Setelah itu barulah dia pergi. Jessica lantas melihat ke arah Marten yang berusaha untuk berdiri, dibantu oleh Vivian beserta Ronald. "Apa yang kamu lakukan sama Mas Marten? Apa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   10. Salah sasaran

    George tentu tahu bagaimana sifat ayahnya. Bagaimanapun, rasa penasaran George terhadap cincin itu semakin bertambah, apa lagi ketika tahu kalau barang kecil itu direbutkan. "Aku tidak akan memberitahu sebelum Papa menjelaskan apa manfaat dari cincin itu. Kenapa cincin itu bisa direbutkan dan untuk apa? Apakah barang itu bisa membuat kita menjadi penguasa? Atau kita akan semakin kaya, memiliki segalanya, atau tidak terkalahkan?" George tetap ingin penjelasan itu. "Lebih dari itu, George. Ada energi positif yang akan mengalir ke darah jika cincin itu dipakai." George yang baru tahu pun cukup merasa tertarik. "Benarkah? Lalu, kelebihan apa lagi?" Tetap saja, Parker menjelaskannya terlalu singkat sehingga George semakin penasaran. Demi kelancarannya menemukan orang tersebut, Parker lantas menjelaskannya secara detail. Dari A sampai Z, dan itu tentu membuat George semakin tertarik. "Jika kau memberitahu papa di mana orang itu, maka papa akan memberi apa yang kau inginkan, termasuk b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   11. Hal tak terduga

    Victor yang tidak tahu apa-apa, dengan polosnya membuka pagar yang tak terkunci. Ia lalu melihat Jessica di sana dan tentu, ia tidak suka istrinya diperlakukan kasar seperti itu. "Istriku! Dia istriku, apa yang kalian lakukan kepada istriku?!" Victor protes seraya mendekat. Mereka melepaskan orang yang katanya salah, sekarang tujuan mereka ialah Victor. Marten dan yang lainnya merasa lega, karena kini sasaran para pria menyeramkan bukan lagi dirinya tetapi Victor. Lagi pula, mereka mencari Victor dan entah apa yang akan mereka lakukan terhadap Victor, tetapi yang jelas, Marten mengharapkan suatu hal buruk terjadi pada Victor. 'Rasakan! Mereka pasti akan membunuhmu, Victor.' Selain Marten, Joanna dan Vivian pun memiliki harapan yang sama. 'Victor sama sekali tak berguna. Dia penghalang putriku untuk menjadi bintang.' batin Joanna. 'Ya, dialah yang mereka cari. Kalau perlu bunuh saja lelaki payah itu!' Terkecuali Jessica. Bagaimana pun ia masih mencintai Victor dan lelaki itu ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   12. Berpikir

    Saat peluru itu kembali dilepas, saat itu juga Victor menendangnya hingga benda itu terlempar cukup jauh. Pria si pemilik benda itu tentu marah. "Sialan!" Mereka tentu takkan menyerah begitu saja, demi mendapatkan cincin yang diincarnya, mereka harus berjuang melawan satu orang ini. Tetapi mengapa ia begitu kuat? Ya, mereka jelas kesusahan. Bukan hanya pukulannya saja, tetapi gerakannya pun sulit untuk dibaca. Padahal kondisi tangan Victor sudah terluka dan mengeluarkan darah. Tidak ada yang mau membantu. Marten yang masih berada di sana malah mengharapkan Victor kalah. Padahal Victor telah berusaha agar orang-orang itu tidak mengincar Marten. Kakak Ipar macam apa dia? "Kakak ipar, cepat bantu suamiku, dia kesusahan, tangannya terus mengeluarkan darah," kata Jessica yang tentu khawatir akan keadaan Victor. Namun, di sana Marten hanya tersenyum. "Maafkan aku, wahai adik ipar. Aku tidak memiliki kemampuan dalam bertarung dan biarkan saja dia kalah sendiri." Apa? "Kakak ipar, kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   13. Kabar buruk

    Mendapat izin dari Vivian, Victor lantas masuk ke dalam rumah tersebut. Baru kali ini ia diizinkan masuk dan jujur, rumah ini cukup besar dibandingkan dengan rumah Joanna. Victor menunggu, sementara Jessica tengah mengambil kotak obat untuk luka Victor. Di sana, ia terus menggerak-gerakkan tangannya dan memang tidak merasa sakit apapun sejak tangan itu terkena peluru. Ini aneh. Bisa jadi peluru itu masih tertancap di dalam. Tetapi kenapa ini tidak sakit? "Suamiku, buka bajumu sebentar, biar aku lihat lukamu yang terkena tembakan tadi." Jessica menyuruhnya untuk membuka pakaian. Di sana tidak ada siapapun. Joanna dan Vivian tengah berada di ruangan lain bersama Marten. Mereka tengah membicarakan sesuatu yang tentu mengenai Victor. Victor menurut saja apa yang dikatakan Jessica. Namun, seketika Jessica nampak terkejut. 'Loh, kenapa tidak ada luka sama sekali? Padahal tadi aku lihat tembakan itu mengenai bahunya, kenapa tidak ada?' Jessica pun nampak aneh. Ia sama sekali tidak meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   14. Itu milik Kakek tua

    Brooklyn, New York. Victor baru saja terbangun, kali ini tidak seperti biasanya yang jika membuka mata, di situ ada Jessica. Ia hanya sendirian. Mengingat-ingat akan kejadian kemarin, sepertinya Jessica akan sukses menjadi seorang model. Tentunya, Victor mendukung apapun yang Jessica inginkan, ditambah selama ini ia belum sempat membuatnya bahagia. Mengabaikan perihal itu, Victor lalu memperhatikan benda kecil yang berkilau di jarinya. Ia melepasnya, ternyata ini benar-benar sebuah cincin batu yang cantik. Jujur, Victor menyukainya. "Semenjak aku memakai cincin ini, hal tak terduga terjadi padaku. Aku jadi mengerti kenapa cincin ini begitu istimewa. Ada orang yang benar-benar mengincarnya. Hhh ... apakah aku sedang dalam bahaya sekarang?" Victor bergumam sendirian. Ia berpikir lagi, sebab kakek tua itu memberikan barang berharganya. Namun, kenapa harus dia? "Kakek itu sangatlah baik. Dia memberikan cincin ini padaku dan ingin aku menjaganya baik-baik. Tapi ..." Victor menafsirka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05

Bab terbaru

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   90. Ini bukan balasan

    Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   89. Bukan milik Levin

    Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   88. Sebuah perjanjian

    "Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   87. Menyelidiki

    Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   86. Hanya sekadar menolong

    Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   85. Darah dari mulut Leo

    "Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   84. Tentang Victor dan Elly

    "Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   83. Mengenai Elly dan Parker

    "Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   82. Elly menyukainya

    Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan

DMCA.com Protection Status