Share

04. Kejadian tak terduga

Penulis: Azzam Dera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-19 16:24:45

Setelah memperkenalkan dirinya, Victor lantas pamit. Kakek tua tersenyum dan kembali ke putrinya, begitupun dengan penjaga pantai yang mengikuti Victor untuk pamit.

"Kenapa kakek memberikan cincin itu pada dia? Apa kakek tidak takut kalau nanti ibu dan ayah akan marah?" ucap cucunya yang baru saja selamat dari maut.

Sang kakek pun tersenyum lagi. "Biarkan ayah dan ibumu marah, sekalinya mereka membunuhku pun tak apa. Kakek sudah bosan hidup di dunia yang selalu serakah akan harta. Ayah dan ibumu tak perlu tahu, biarkan mereka mencarinya sendiri setelah kakek mati."

"Oh Kakek."

Gadis itu tentu sedih akan apa yang kakeknya katakan. Selama ini, keluarganya sungguh egois dalam apa yang dimiliki oleh sang kakek.

Tentu saja, ia setuju kalau barang berharga itu diberikan pada pria bernama Victor tadi. Selain baik, ia yakin kalau Victor bisa menjaga harta kakeknya.

Sementara itu, dari jarak yang cukup jauh, penjaga pantai itu menghentikan Victor di tempat yang benar-benar sepi. Ini adalah arah menuju kediaman Victor dan di jalan ini sangat jarang orang yang melewatinya sehingga penjaga pantai itu memanfaatkan momen ini.

"Berhenti kau, brengsek!"

Apa katanya?

Victor yang dipanggil seperti itu tentu tak terima. Ia lalu berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Kau bicara padaku?" kata Victor.

Dengan sombongnya, lelaki itu lalu menarik kerah baju Victor seolah mencekiknya.

"Berikan cincin itu padaku, itu milikku!"

Miliknya? Yang benar saja.

Victor terkekeh. "Tidak, ini milikku. Kakek itu memberikannya padaku."

Pria itu jelas sangat marah. Ia memukul wajah Victor dengan tenaganya. Tidak terima akan perlakuan kasar itu, Victor lantas membalasnya.

Victor turut melayangkan pukulannya kepada pria itu. Sayangnya, sepertinya pria itu lebih pintar dan cekatan. Pria itu bahkan membalasnya lebih dari Victor yang hampir saja menyerah.

Victor terlempar, berkat pukulan keras itu hidungnya mengeluarkan darah.

Tak cukup sampai di sana, pria itu terus menghajarnya sampai Victor terkulai lemas. Luka membiru timbul di wajahnya dan tidak hanya itu, bahkan ia merasakan perutnya yang linu akan pukulan keras yang dilayangkan seorang penjaga pantai.

Kalah! Victor benar-benar tak bisa melawan lagi dan cincin itu terpaksa terlepas dari tangannya. Pria itu mengambilnya dengan paksa dan hampir mematahkan jari Victor.

"Aakkhhh ..." Victor merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Namun, tidak berhenti di sana. Terakhir, pria itu meludahinya dan menekan kepala Victor dengan kakinya. Sungguh hal yang sangat buruk.

"Enyahlah dari muka bumi ini, Victor."

Dia mengenali Victor? Bahkan Victor saja terkejut. Bagaimana bisa ia tahu nama Victor sementara Victor sama sekali tidak tahu siapa dia. Apa dia tahu ketika Victor memperkenalkan diri pada kakek tadi? Ya, sepertinya begitu.

Berusaha untuk bangkit, Victor dengan jalannya yang pincang, ingin segera sampai di rumah. Ia ingin segera menemui istrinya dan di sepanjang jalan, ia merasa menyesal.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku," ucapnya terus menerus.

Victor tidak bisa menjaga cincin yang diamanatkan oleh kakek tadi dan ia sungguh menyesal.

BRUK!! Seketika ia ambruk di depan pintu rumah. Jessica yang baru saja membuka pintu pun sangat terkejut akan keadaan suaminya.

"Suamiku!! Kau kenapa? Ada apa denganmu? Kenapa jadi seperti ini?"

Jelas Jessica sangat kaget. Bagaimana bisa suaminya seperti ini. Padahal sejak pergi, keadaannya baik-baik saja.

Victor tidak menjawab. Ia sangat lemas dengan keadaannya.

Segera, Jessica membantu Victor dan membaringkannya di atas ranjang.

"Aku ambil kompres dan obat luar dulu." Jessica segera mengambil kotak obat dan kompres untuk mengobati luka Victor.

Saat ini Victor masih bergumam sendiri. Ia tidak sadar akan perkataannya sendiri dan itu menjadi sebuah pertanyaan bagi Jessica.

'Victor kenapa? Kenapa dia bisa seperti ini? Dia terus-terusan meminta maaf.' ucap Jessica dalam hati.

Mengabaikan perkataan itu, Jessica meneruskan tindakannya untuk mengobati luka Victor.

***

Keesokan harinya, ketika Victor terbangun dari tidurnya, ia merasakan tubuhnya ringan seperti biasa. Padahal lukanya masih belum sembuh bahkan banyak luka lebam di wajahnya. Namun, rasanya bahkan seolah biasa. Saat ditekan pun tidak merasakan sakit apa-apa.

Ini aneh sekali. Pikir Victor.

Victor lalu keluar kamar untuk mencari Jessica. Ternyata Jessica ada di dapur bersama dengan ibunya.

"Kamu harus pergi, Jessica. Ini kesempatan bagus untukmu menjadi model. Kakakmu Vivian akan membantumu dan membiayai kamu di sana." Joanna sepertinya ingin Jessica tetap ikut. Joanna tentu senang, dengan begitu Jessica pasti akan jauh dari suaminya.

"Enggak, Bu, aku gak bisa tinggalkan Victor. Kak Vivian hanya mau aku yang pergi tanpa Victor. Aku tidak bisa."

Joanna nampak emosi dengan jawaban Jessica. "Sebegitu cintanya kamu sama lelaki pengangguran itu? Apa bagusnya dia? Bahkan membiayai kamu saja dia tak mampu. Jangankan menjadikanmu model, dia bahkan membuatmu menjadi seperti gembel!"

Apa katanya?

"Bu, jangan bicara seperti itu, Victor suamiku, aku patut patuh sama suamiku."

"Patuh? Patuhlah kepada lelaki pengangguran yang bisanya cuma memanfaatkan mu saja, Jessica. Bagus sekali. Ibu harap kamu mau pergi dengan kakakmu tanpa dia. Kalaupun dia ikut, dia harus bisa menanggung semua biaya untukmu di sana," lanjut Joanna.

"Bagaimana kalau misalnya Victor punya uang untuk mengantarku ke sana? Apa ibu tidak marah-marah lagi seperti ini?" Jessica seolah memastikan. Pikirnya, untuk biaya mengantar pastilah ia punya.

"Ibu tidak akan marah kalau dia membiayai hidupmu dengan baik, selain itu, ibu mau dia mewujudkan cita-citamu menjadi model. Kalau dia mampu dengan syarat itu, maka ibu takkan marah lagi padanya."

Jessica pun terdiam, ia seakan kehabisan kata. Di satu sisi, ia sungguh mencintai suaminya dengan segala kekurangannya. Ia tahu kalau Victor pasti tidak akan mampu memberikan apa yang ibunya harapkan.

Di balik pintu, Victor hanya menghela napas. Saat itu ia menjauh, ia sadar kalau dirinya memang tak bisa mewujudkan cita-cita Jessica. Victor sangat menyesali serta merutuki dirinya sendiri.

Dddrrrtt!! Tangan kanan Victor seperti tersetrum, padahal dia sama sekali tidak memegang apapun.

"Haa?" Victor sangat terkejut, ketika ia mengangkat tangannya dan melihat sesuatu yang menempel di jari manisnya.

"Cincin? Sejak kapan cincin ini di jariku lagi? Bukankah cincin ini sudah diambil oleh penjaga pantai itu?" gumam Victor. Ia sungguh tak paham, kenapa cincin itu kembali melekat di jarinya.

Bukan hanya itu, keanehan pun dimulai ketika ia terbangun dari tidurnya. Seharusnya ia merasakan sakit akan lukanya kemarin, tetapi bahkan rasa sakit itu sama sekali tidak ada. Dan kali ini, perihal cincin yang kembali menempel di jari manisnya. Apa dia sedang bermimpi?

"Oh, suamiku."

Jessica keluar dari dapur, ia mendapati suaminya tengah berdiri di samping pintu.

"Kenapa kamu ke sini? Harusnya kamu istirahat, lukamu belum sembuh," kata Jessica dan Victor hanya tersenyum.

"Aku sudah sembuh, istriku. Hari ini aku mau keluar dulu sebentar. Nanti aku kembali."

Awalnya Jessica menolak karena ia tahu keadaan suaminya masih belum membaik. Namun, Victor terus meyakinkan Jessica kalau ia baik-baik saja dan badannya sudah segar kembali.

Jessica pun mengizinkannya keluar. Victor bergegas, ia kembali ke pantai untuk mencari kakek yang kemarin. Victor yakin kalau kakek itu masih ada di sini. Victor pun mengecek ke setiap penginapan dan menjelaskan ciri-ciri kakek kemarin. Namun, hasilnya nihil. Bodohnya dia, bahkan tidak sempat menanyakan nama dari kakek tua kemarin. Sial.

Victor lalu ingat akan ucapan kakek tua itu kemarin, kalau ia boleh menjual cincin itu jika dalam keadaan genting. Saat ini, ia benar-benar membutuhkan uang. Selain untuk mencegah Jessica pergi sendirian, ia ingin ikut dan mengantar Jessica untuk mengejar cita-citanya, mewujudkan mimpi Jessica yang selama ini belum tercapai.

Mungkin ia butuh uang banyak sekarang. Selain itu, ia ingin ibu mertuanya senang.

Ya, Victor memutuskan untuk menjual cincin itu. Ia mencari toko emas di sekitaran kota dan sepanjang itu ia terus bergumam meminta maaf. Seharusnya ia tidak menjualnya, sayangnya ia dalam situasi genting sekarang.

"Tuan, silakan ke arah sini. Kami akan memproses uangnya segera." Pelayan toko emas bahkan memanggilnya Tuan. Apa ada yang salah? Kenapa mereka memanggil Victor dengan panggilan itu? Padahal penampilannya terlihat lusuh.

Tanpa banyak basa-basi, Victor pun mengikuti pelayan toko dan menemui seseorang di belakang sana. Seorang dengan pakaian rapih, berjas mewah dan jam tangan mewah. Rambutnya basah dan disisir begitu rapih.

"Silakan duduk, Tuan." Pria berpenampilan rapih itu menyuruh Victor duduk di kursi dengannya. Victor pun melakukannya lagi.

Penampilan Victor saat ini bahkan seperti gembel. Celana jeans yang warnanya sudah luntur, serta kaos polos yang terlihat kusam. Namun, sepertinya pria itu tak memperdulikan penampilan Victor. Ia berfokus kepada cincin yang Victor berikan sebelumnya.

"Apakah Tuan sendiri yang memiliki cincin batu ini?"

Victor mengangguk akan pertanyaan itu. "Ya, saya pemiliknya."

Pria berjas mewah itupun tersenyum. "Silakan dicek dulu, jika Tuan setuju maka tandatangan lah."

Pria itu memberikan selembaran kertas, itu sebuah cek yang menuliskan nominal uang yang akan diberikan atas cincin batu tersebut.

Victor yang melihatnya sungguh terkejut. Nominal itu sungguh besar, bahkan ia bisa membiayai Jessica seumur hidupnya menjadi model. Selain itu, ia juga bisa membeli kendaraan mewah bahkan lebih dari itu.

Harga yang diberikan sungguh fantastis. Victor tak percaya jika cincin itu seberharga ini.

"Apa benar Anda akan membelinya dengan harga yang tertera?" tanya Victor lagi, seolah meyakinkan.

Pria itupun mengangguk. "Ya, bahkan itu masih kurang. Saya hanya mampu membelinya di harga yang rendah."

Harga rendah katanya? Apa kemungkinan bisa lebih dari itu?

"Kenapa demikian?" ucap Victor lagi.

"Sebab kondisi toko saya sedang tidak baik, saya hanya memiliki pegangan itu, itupun saya beri semua yang saya punya. Jika Anda ingin menjualnya di tempat lain, silakan. Tetapi saya harap Anda mau memikirkannya kembali dan saya ingin Anda setuju akan harga yang saya beri."

Victor sungguh tak percaya. Satu cincin batu bisa menghasilkan ratusan milyar dolar? Yang benar saja.

Dengan menjual cincin itu, ia bahkan bisa berinvestasi dan kemungkinan besar, ia akan kaya.

"Bagaimana? Apakah Anda setuju, Tuan?"

Bab terkait

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   05. Jessica memilih untuk pergi

    Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, ini waktunya untuk Victor kembali. Namun, sebelum itu ia telah menerima sebuah cek dan ia juga sudah membuat rekening bank nya sendiri. Itu artinya, Victor menyetujui tawaran untuk cincin yang telah ia jual. Di tangan Victor, ia memegang kartu hitam yang isinya sungguh luar biasa. Victor bahkan tak pernah menyangka jika dalam waktu yang singkat, ia memiliki uang banyak tanpa bekerja. Ajaib sekali. Namun, tetap saja, Victor merasa bersalah atas apa yang ia lakukan. Ia tidak bertanggungjawab atas janjinya kepada kakek tua. Di satu sisi, Victor juga sangat membutuhkan uang itu untuk membiayai Jessica dan untuk membuat ibu mertuanya senang. Ia tidak mau ibu mertuanya terus-terusan marah hanya karena ia tak bisa membiayai Jessica. Kembalinya ia ke rumah, di sana tentu ada Joanna. Ibu mertuanya menatap Victor tak suka dan memang, setiap kali ia pulang, Joanna tidak pernah terlihat senang. "Ya, terus saja begitu. Bukanya cari kerja, malah main terus

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   06. Cincin itu kembali

    Tangan kanannya mengepal dengan begitu kuat. Victor mencoba untuk menahan rasa sakit yang menyerangnya secara tiba-tiba. Bahkan urat nadinya menonjol saking kuatnya ia menahan. Ini begitu menyakitkan, lebih dari rasa sakit yang sebelumnya. Namun, yang pasti ia tak percaya jika suatu hal di luar nalarnya kembali terjadi. Sebuah benda melingkar, perlahan menutupi jari telunjuknya. Itu adalah cincin yang semula ia jual dan cincin itu telah kembali, hanya saja letaknya berpindah dari jari tengah ke jari telunjuk. Ini sangat ajaib. "A-apa ini? K-kenapa bisa cincin ini kembali?" Victor bahkan tak menyangka. Ia terkejut sendiri dan benar-benar merasa aneh. Seketika rasa sakit itu pun hilang, bersamaan dengan munculnya benda tersebut. Padahal seharusnya barang yang sudah dijual takkan kembali kecuali ia membelinya lagi. Tetapi cincin itu? "Kenapa kau kembali wahai cincin? Apa jangan-jangan uangku jadi hilang?" gumamnya sendiri. Victor berpikir, jika cincin itu kembali, apakah uangnya me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   07. Terjadi begitu saja

    George baru tiba di kediaman sang Kakek, sebab niatnya ke pusat kota hanya untuk bertemu sang kakek. Ia disambut oleh adik perempuannya yang cantik. "Kakak ke mana saja? Acara ulang tahun Kakek sudah dimulai," kata si adik perempuan. Sebut saja namanya Elly. "Benarkah? Maafkan kakak, ada masalah sewaktu di jalan tadi. Mobil payah ini mogok, beruntung ada orang yang menolong." Elly mengerutkan keningnya dan menatap George. "Mogok? Jangan bilang kalau Kakak lupa mengisi bahan bakar." George hanya terkekeh. "Hehe." "Sudah biasa," gumam Elly. "Ayo, Kak, sebaiknya kita masuk, Kakek sama Papa sudah menunggu." "Oh, oke." Mereka lantas masuk ke dalam rumah mewah milik sang kakek. Di dalam sana, semua sudah tersedia dan acara ulang tahun sang kakek sudah dimulai. "Selamat ulang tahun, Pa, semoga sehat selalu dan panjang umur." Ucapan itu diberikan oleh Parker selaku putra dari Tuan Asher. Tuan Asher tentu senang, apa lagi dihadiri oleh cucu-cucunya dan memberikan hadiah untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   08. Keras kepala?

    Jangankan Marten, Victor sendiri pun bahkan terkejut akan apa yang ia lakukan. Seketika tangannya merasa ringan. Ketika tongkat itu mulai dilayangkan dan hampir mengenai dirinya, tangannya dengan mudah menangkis tongkat itu dan menariknya, mengangkatnya ke atas serta memutarnya sehingga orang itu turut berputar dan terlempar begitu saja bersamaan dengan tongkat yang masih ia pegang. Ini sangat ringan, seperti punya keahlian dalam melawan, Victor sadar akan apa yang ia lakukan. Pria itu terjatuh dan merasa kaget sekaligus merasa punggungnya yang sakit karena terbentur. Sementara Marten terus menekan pria itu supaya kembali melawan Victor. "Payah! Cepat bangun dan habisi dia!" hardiknya sambil menunjuk ke arah Victor. Namun, Victor mencoba untuk menahan. Bukan ini yang ia inginkan. "Kakak Ipar, saya hanya ingin bertemu dengan Jessica, tolong panggilkan Jessica ke mari," pinta Victor lagi. Sayangnya Marten menolak. "Jessica tidak ada di sini. Dia sudah kami daftarkan menjadi model

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   09. Diusir

    Seorang perempuan berjalan mendekat. Langkah kakinya begitu cepat dan ia melihat suatu hal terjadi saat Victor melepas cengkraman tangan dari leher Marten. Ya, perempuan itu adalah Jessica. Ia telah kembali dari pendaftarannya menjadi model. Namun, yang Victor tidak suka, Jessica malah datang bersama lelaki. Entah itu siapa, tetapi yang jelas Victor tidak mengenalinya. "Istriku, akhirnya kau di sini," ucap Victor yang tentu menyambut kedatangan Jessica. Jessica tidak menjawab pertanyaan Victor sebab lelaki yang bersamanya telah berkata, "Saya tunggu kabar baiknya. Sayang jika nantinya Nona mundur, sebab saya suka dengan semua yang Nona miliki." Jessica mengangguk. "Baik, akan saya kabari nanti." Lelaki itu pun lantas pamit. Ia melihat Victor sebentar, lalu melihat ke setiap orang yang ada di sana. Setelah itu barulah dia pergi. Jessica lantas melihat ke arah Marten yang berusaha untuk berdiri, dibantu oleh Vivian beserta Ronald. "Apa yang kamu lakukan sama Mas Marten? Apa kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   10. Salah sasaran

    George tentu tahu bagaimana sifat ayahnya. Bagaimanapun, rasa penasaran George terhadap cincin itu semakin bertambah, apa lagi ketika tahu kalau barang kecil itu direbutkan. "Aku tidak akan memberitahu sebelum Papa menjelaskan apa manfaat dari cincin itu. Kenapa cincin itu bisa direbutkan dan untuk apa? Apakah barang itu bisa membuat kita menjadi penguasa? Atau kita akan semakin kaya, memiliki segalanya, atau tidak terkalahkan?" George tetap ingin penjelasan itu. "Lebih dari itu, George. Ada energi positif yang akan mengalir ke darah jika cincin itu dipakai." George yang baru tahu pun cukup merasa tertarik. "Benarkah? Lalu, kelebihan apa lagi?" Tetap saja, Parker menjelaskannya terlalu singkat sehingga George semakin penasaran. Demi kelancarannya menemukan orang tersebut, Parker lantas menjelaskannya secara detail. Dari A sampai Z, dan itu tentu membuat George semakin tertarik. "Jika kau memberitahu papa di mana orang itu, maka papa akan memberi apa yang kau inginkan, termasuk b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   11. Hal tak terduga

    Victor yang tidak tahu apa-apa, dengan polosnya membuka pagar yang tak terkunci. Ia lalu melihat Jessica di sana dan tentu, ia tidak suka istrinya diperlakukan kasar seperti itu. "Istriku! Dia istriku, apa yang kalian lakukan kepada istriku?!" Victor protes seraya mendekat. Mereka melepaskan orang yang katanya salah, sekarang tujuan mereka ialah Victor. Marten dan yang lainnya merasa lega, karena kini sasaran para pria menyeramkan bukan lagi dirinya tetapi Victor. Lagi pula, mereka mencari Victor dan entah apa yang akan mereka lakukan terhadap Victor, tetapi yang jelas, Marten mengharapkan suatu hal buruk terjadi pada Victor. 'Rasakan! Mereka pasti akan membunuhmu, Victor.' Selain Marten, Joanna dan Vivian pun memiliki harapan yang sama. 'Victor sama sekali tak berguna. Dia penghalang putriku untuk menjadi bintang.' batin Joanna. 'Ya, dialah yang mereka cari. Kalau perlu bunuh saja lelaki payah itu!' Terkecuali Jessica. Bagaimana pun ia masih mencintai Victor dan lelaki itu ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   12. Berpikir

    Saat peluru itu kembali dilepas, saat itu juga Victor menendangnya hingga benda itu terlempar cukup jauh. Pria si pemilik benda itu tentu marah. "Sialan!" Mereka tentu takkan menyerah begitu saja, demi mendapatkan cincin yang diincarnya, mereka harus berjuang melawan satu orang ini. Tetapi mengapa ia begitu kuat? Ya, mereka jelas kesusahan. Bukan hanya pukulannya saja, tetapi gerakannya pun sulit untuk dibaca. Padahal kondisi tangan Victor sudah terluka dan mengeluarkan darah. Tidak ada yang mau membantu. Marten yang masih berada di sana malah mengharapkan Victor kalah. Padahal Victor telah berusaha agar orang-orang itu tidak mengincar Marten. Kakak Ipar macam apa dia? "Kakak ipar, cepat bantu suamiku, dia kesusahan, tangannya terus mengeluarkan darah," kata Jessica yang tentu khawatir akan keadaan Victor. Namun, di sana Marten hanya tersenyum. "Maafkan aku, wahai adik ipar. Aku tidak memiliki kemampuan dalam bertarung dan biarkan saja dia kalah sendiri." Apa? "Kakak ipar, kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03

Bab terbaru

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   90. Ini bukan balasan

    Levin sampai bertanya-tanya sendiri, untuk apa Victor datang kemari? Dan lagi dari mana dia tahu dia bekerja di sini? Apakah dari Jessica? "Victor, untuk apa kau kemari? Apakah hendak melamar pekerjaan di sini?" kata Levin seolah merendahkannya.Kesalahan Levin bukan hanya di sini saja. Dia pernah menuduh Victor kalau Victor telah berselingkuh. Padahal kenyataannya dialah yang berselingkuh. Dialah yang telah menduakan istrinya, tetapi Victor yang mendapat getahnya. Ini sangat tidak adil jika terus dibiarkan. Levin tidak akan berpikir terlebih lagi dia tidak akan berubah sedikitpun. Namun, perihal hubungan Levin dan Lussy, Victor sama sekali tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, seseorang yang pernah berselingkuh tidak akan pernah berubah, Bahkan dia akan melakukan yang berulang kali sampai dia puas. Entahlah."Levin, apa kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" pemilik perusahaan ini telah bicara langsung dengan Levin di hadapan para pekerja. "Kesalahanku? Apakah aku telah membuat ke

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   89. Bukan milik Levin

    Bukan Hal mudah untuk meyakinkan seseorang, apalagi kepada orang baru yang Bahkan orang itu terlihat sejati mata orang lain. Dia sangat ditakuti banyak orang termasuk anak buahnya sekalipun.Namun, Victor tentu mudah. Ia tentu memanfaatkan apa yang dia miliki sekarang ini. Dan sudah terbukti jika uang adalah jawaban dari semua masalah.Sesuai kesepakatan mereka, pria itu telah memberitahu siapa-siapa saja pelanggan yang datang kepadanya. Siapa-siapa saja orang yang berani membeli barangnya dengan harga yang cukup tinggi.Setiap orang yang membeli barangnya adalah orang yang memiliki rencana tertentu termasuk, dia.Ya, ketika pria itu memberitahu nama-nama dari pelanggannya, dari 2 hari kebelakang sampai hari kemarin, ternyata ada satu orang yang Victor kenali. Jelas saja, dia terlalu bodoh. Dia menyebutkan namanya memakai nama asli bukan nama samaran. Tetapi di sini, Victor sangat beruntung. Sepertinya dia juga tidak salah tempat, dia tidak salah sasaran, dia tidak salah menemui oran

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   88. Sebuah perjanjian

    "Bukan apa-apa." Victor menjawab demikian.Mereka lalu masuk ke dalam rumah besar itu. Di sana nampak seseorang yang tengah duduk santai. Iya memakai topi koboi, di tangannya, ya Tengah menghisap sebatang rokok. Ya, Iya pemiliknya. Jack mengantar Victor ke hadapan orang itu."Hormat tuan." Jack memberi hormat dengan cara membungkukkan setengah badannya di hadapan pria itu. Tetapi tidak dengan Victor. Victor sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan tetapi, pria itu menatapnya sinis."Ada hal apa yang Membawamu menghadapku? Apakah ada pelanggan untukku?"Jack mengangguk. "Ya, Tuan. Dialah pelanggan kita yang baru." Jack menunjuk ke arah Viktor dan memang Victor lah pelanggan barunya.Victor masih tidak berbuat apa-apa. Dia masih belum paham apa yang harus dia lakukan sekarang. Namun, Jack memberitahunya."Bungkukkan setengah badanmu di hadapan Tuan." Terpaksa Victor melakukannya. Sesuai dengan arahan Jack, picture membungkukkan setengah badannya sesuai dengan apa yang dia laku

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   87. Menyelidiki

    Victor jelas membantah. "Itu bukan milikku, aku tidak pernah menggunakannya." "Bohong, kau berbohong!!" gadis itu seperti tak percaya jika hasil tersebut bukan milinya. "Temanku yang tak sengaja menggunakan barang itu. Dia sepertinya dijebak." Dijebak? "Lalu di mana temanmu?" tanya gadis itu. Dia seperti mengetahui sesuatu. "Masih dirawat. Dia perlu perawatan intensif." Masuk akal. Jika memang Victor yang memakainya, mana mungkin dia ada di sini sekarang. Gadis itu percaya jika bukan Victor yang mengenakannya. "Jangan pernah memakai barang ini dan jangan mau walaupun sedikit." Victor mengerutkan keningnya seolah tak paham akan apa yang dia katakan. Namun, apakah dia tahu tentang narko** jenis Xx14 seperti yang dituliskan di sana? "Kau tau, Nona?" Gadis itu mengangguk. "Ada sesuatu yang ..." "Total belanja $2...." Ucapan Frya terhenti oleh seorang kasir yang menagih total belanjaannya. Cukup banyak, tetapi bukan masalah bagi Victor. "Silakan, Tuan, terimakasih." Kasir itu

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   86. Hanya sekadar menolong

    Itu hanya dugaan sementara, Leo tetap harus diperiksa langsung untuk mengecek apakah benar ia telah menggunakan barang terlarang itu? Dugaan sementara mengatakan kalau Leo tidak sengaja atau bahkan ada unsur keterpaksaan sebab, bagi orang yang tahu akan barang itu, tidak mungkin dia berani menggunakannya sebab kandungan serta kadar yang dihasilkan sungguh buruk. Tidak lama, hasilnya telah keluar. Hasil menunjukkan jika dugaan itu memang benar. Keadaan Leo pun tetap sama. Dia banyak bergumam serta mengatakan sesuatu hal yang tidak dimengerti, bahkan perkataannya ke mana-mana. "Di sana ada bulan, bentuknya setengah meter dari persegi panjang. Diameternya seperempat dari bentuk lonjong tak berdasar." Leo semakin mengada-ngada. Melihat keadaan Leo seperti itu, Victor lantas mencari tahunya. Berawal dari kegiatan Leo, hingga keberadaan Leo seharian kemarin. 'Tidak salah. Leo hanya ada di kantor sejak kemarin. Itu artinya ...' Victor berpikir demikian. Ia lalu mengecek alat penangkap

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   85. Darah dari mulut Leo

    "Papa, kamu kasar sekali. Ini sakit!" Elly mendapat perlakuan tak mengenakan dari Parker ayahnya sendiri. Dari tadi, Parker terus memaksanya untuk ikut dengannya. Lagi, Parker bahkan memperlakukan Elly seperti bukan anaknya saja. Dia begitu kasar. "Kamu sudah keterlaluan, Elly. Untuk apa kamu ikut dengan lelaki brengsek itu, hah!" Parker malah menyalahkan Elly. "Papa, aku tidak ikut dengan Paman Victor, justru Paman Victor telah menyelamatkan aku dari kakek tua yang kejam. Dia yang telah menyiksaku." Parker mencoba untuk meredakan emosinya. Bukan ini yang ia maksud. Sepertinya dia harus kembali ke rencananya yang ingin mengetahui informasi tentang cincin itu. Seharusnya dia tidak kasar, dengan begitu Elly akan memberitahu apa yang dia inginkan. Dia telah salah mengambil langkah. "Maafkan aku, putriku, aku terlalu emosi." Kali ini Parker meminta maaf kepadanya. Elly tentu paham. Tetapi ia tidak suka terus diintimidasi. "Papa, tolong jangan berpikiran buruk tentang Paman Victor.

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   84. Tentang Victor dan Elly

    "Ceritakan kepadaku dan siapa kakek peramal yang Elly maksud." Matanya menyipit, Victor mengingat kembali apa yang telah Elly ceritakan kepada kakeknya. "Oh, itu. Kami tidak sengaja bertemu. Kakek itu tau semua hal termasuk luka ketika aku ditembak. Aku tidak mengenalinya, tetapi kakek itulah yang bisa membuat Nona Elly sembuh dari penyakitnya." Penyakit? Banyak hal yang tidak diketahui oleh Asher termasuk penyakit yang Elly idap. Namun, bukan sesuatu hal buruk."Aku tidak pernah tau Elly mempunyai penyakit, apakah itu parah?" kata Asher. Victor tertawa. Bukankah Elly sudah menceritakan kepadanya? "Kakek tua, sepertinya Anda memang sudah tua." "Apa maksudmu?" Tuan Asher bahkan tak mengerti apa yang Victor katakan. Lalu, Victor pun tertawa lagi. "Bukankah baru saja Nona Elly bercerita kalau dia mengalami kulit melepuh?" Tuan Asher menjadi tertawa. "Haha ... oh itu. Kupikir Elly punya penyakit lain dari pada itu. Dasar. Aku ini memang pelupa, itulah kenapa kau menyebutku kakek

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   83. Mengenai Elly dan Parker

    "Papa, apakah Elly sudah kembali?" Parker menemui Asher di kediamannya hanya untuk bertanya apakah Elly sudah kembali? Namun, Asher sama sekali tidak tahu. "Sepertinya belum. Aku tidak melihat keberadaan Elly." Parker menjadi kesal, sudah beberapa hari ini sejak anak buahnya kembali, ternyata Elly belum kunjung pulang. Apakah Victor berbohong? "Sudah kuduga kalau lelaki brengsek itu pasti menculik Elly!" kata Parker dan dibantah oleh Tuan Asher sebagai kakek yang telah membesarkan Elly. "Elly sudah dewasa. Lagi pula, Victor hanya menjaganya. Kalaupun Elly ingin pergi dengannya, aku akan merestuinya." Apa? Parker semakin marah. "Apa maksudmu, Papa? Aku yang sebagai papa kandungnya, tidak sudi kalau Elly menyukai lelaki brengsek itu. Aku yakin, Elly tidak menyukainya dan aku harap dia tak pernah suka!" Tuan Asher yang mendengarnya lalu tersenyum. Baginya dia sangat lucu. "Parker, Parker, Elly dibesarkan olehku maka akulah yang berhak mengaturnya. Kamu memang ayah kandungnya, te

  • Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya   82. Elly menyukainya

    Elly sangat mempercayai ucapan pria tua itu. Dia seperti peramal yang tahu akan segala hal termasuk apa-apa saja yang harus dia lakukan demi menyembuhkan lukanya. Ini sungguh luar biasa. Jika benar, dirinya tidak harus menjalani pengobatan sebab Elly memiliki trauma dengan sebuah Rumah Sakit. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. "Paman, perut paman terluka, darahnya sampai rembes ke baju," ternyata Elly menyadari luka di bagian perut Victor. Victor lalu menjawab. "Tidak apa-apa, nanti juga sembuh." Lalu, pria tua tertawa. "Hahaha ... dia sangat kuat. Bahkan jika disayat pun tidak akan terasa sakit." Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dari tadi dia tahu semua hal mengenai kelebihan yang Victor miliki? "Benarkah? Sepertinya kakekku juga pernah bercerita kalau kakek adalah orang yang tidak kalah dengan peluru, sama seperti paman. Apa karena ..." Victor menutup mulut Elly."Nona, sepertinya kita harus segera pulang. Kakek tua pasti menunggu. Sebagai gantinya, saya akan

DMCA.com Protection Status