Share

03. Menolong gadis

Sementara itu, Victor yang baru saja pamit dengan alasan menemui temannya, pada kenyataannya ia berada di bibir pantai tengah melihat orang-orang begitu menikmati liburan mereka di sana.

Pakaian mereka terbuka, tubuhnya pun mulus-mulus. Namun, bukan itu yang Victor perhatikan. Victor hanya menatap kosong dengan bayangan di dalam kepalanya.

Victor berandai-andai. Andai saja dirinya seperti mereka yang bisa tertawa bersama pasangannya dengan bebas tanpa ada hambatan. Andai dirinya pun bisa membeli apa saja serta bisa menjelajah dunia seperti mereka. Andai juga ia memiliki banyak uang, mungkin Victor dan Jessica akan sebahagia itu.

Ahh ... itu hanya sebuah angan-angan Victor yang tentu tidak akan terwujud. Lagi pula, jika benar, ia harus memiliki bekal yang banyak. Minimal bisa untuk menyewa pesawat atau lebih minimalnya lagi sebuah mobil yang bisa membawa sang istri serta ibu mertuanya keliling kota atau bahkan keliling dunia.

Victor tersenyum membayangkan itu. Cita-citanya sungguh besar, yaitu bisa menyenangkan ibu mertua serta istri tercinta.

Sayang sekali, keadaan Victor sekarang tentu tidak memungkinkan. Ditambah setiap harinya hanya bisa melihat kebahagiaan para orang di pantai itu.

"Oh, tidak! Cucuku tenggelam. Dia berada di tengah pantai. Siapapun ... tolong cucuku!"

Lamunan Victor seketika buyar saat ia mendengar teriakan dari arah sana. Seorang kakek tua meneriaki cucunya yang terombang-ambing air laut di tengah pantai.

Tidak ada yang mau menolongnya, penjaga pantai pun seolah tak menampakkan batang hidungnya untuk membantu seorang wanita muda di sana.

Segera, Victor bergegas dan berlari ke arah pantai, berniat untuk menolong gadis itu. Dengan keahliannya dalam berenang, Victor mampu menarik tangan gadis itu dan membawanya ke pinggir pantai.

Kondisi gadis itu sudah tak sadarkan diri. Kemungkinan ia merasa sesak akan tekanan air laut yang dalam. Victor tentu berniat menolong gadis itu. Namun, sebelumnya ia meminta izin terlebih dahulu kepada sang kakek.

"Maafkan saya karena saya sudah lancang menekan dada cucu Anda, Tuan," ucap Victor.

Tentu, demi keselamatan cucunya, kakek tua itu membiarkan Victor melakukannya.

"Silakan, lakukan apa yang kau bisa asal cucuku selamat."

Tanpa membuang waktu, Victor pun segera melakukan tindakan serius pada gadis itu sampai gadis itu terbatuk dan membuang air laut yang ia telan.

Banyak yang melihat, orang-orang bergerombol menyaksikan kejadian yang menimpa gadis berusia 17 tahun tersebut.

"Uhuk ... uhuk ..."

Beruntung nyawanya bisa terselamatkan dan itu berkat Victor.

"Oh, Tuhan, cucuku." Sang kakek memeluk cucunya yang baru tersadar. Ia sangat bersyukur akan keselamatan cucunya. Berkat Victor, ia berhutang nyawa.

Bukan hanya sang kakek, bahkan orang yang menyaksikan pun turut lega.

Gadis itu menatap ke arah Victor. Ia jelas tak mengenali Victor, sementara Victor hanya tersenyum senang saat tindakannya berhasil.

"Kakek sangat khawatir. Lain kali kau jangan berenang sampai ke tengah, paham?!" Kakek tua itu mengingatkannya kembali dan gadis itu pun mengangguk.

Perlahan gerombolan orang pun berkurang. Mereka mengucapkan selamat atas keselamatan gadis dan mereka sudah kembali ke aktivitasnya masing-masing.

Namun, seketika seseorang datang. Ia berlari dari arah sana, menghampiri kakek tua dan cucunya.

"Apa yang terjadi? Apa putrimu tidak apa-apa?" tanyanya. Dia adalah seorang penjaga pantai yang sejak tadi tidak ada di tempat.

"Apa kau penjaga pantainya?" tanya sang kakek dan diangguki oleh pria tersebut.

"Ya, saya penjaga pantai di sini."

"Apa pakerjaanmu sebenarnya? Apa kau sering bermalas-malasan dan tidak menjaga pantai dengan baik? Kau hanya memakan gaji buta! Seharusnya kau tak bekerja sebagai penjaga pantai melainkan seorang pemalas yang tidak bertanggungjawab atas pekerjaanmu!"

Pria itu hanya menunduk, sementara Victor memutuskan untuk pergi. Menurut Victor, urusannya sudah selesai dan gadis itu sudah selamat dari maut.

Namun, seketika kakek tua menghentikannya.

"Tunggu sebentar, anak muda."

Mendengar panggilan itu, Victor lantas menoleh kembali.

"Kemarilah, saya ingin memberimu sesuatu," ucap kakek tua.

Victor pun lantas kembali. Ia kembali menghampiri sang kakek yang tengah melepas sesuatu di jarinya.

"Berkatmu, cucuku selamat. Berkatmu juga, keadaan cucuku membaik. Kalau kau tidak menyelamatkan cucuku, entah apa yang terjadi kepadanya. Mungkin hal buruk akan menimpanya, jadi, terimalah apa yang ingin saya berikan padamu sebagai ucapan terimakasih."

Kakek tua itu memberikan cincin yang tengah ia pakai kepada Victor. Sebuah cincin emas dengan variasi batu di tengahnya. Sangat berkilau dan itu asli.

Namun, Victor menolak. "Tidak, Tuan. Saya menolong putri Anda ikhlas. Saya tidak mengharapkan imbalan apapun, maka sebelumnya terimakasih banyak atas perhatian Tuan," ucap Victor. Ia sungguh berhari mulia.

Kakek tua tentu memaksanya.

"Sudah, ambil saja. Anggap saja saya menitipkan barang berharga saya padamu, anak muda."

Barang berharga katanya? Apa cincin itu bisa dijual?

Dan pemberian itu jelas dilihat oleh seorang penjaga pantai. Ia menatap Victor tak senang karena seharusnya cincin itu diberikan padanya sebagai seorang penjaga pantai.

Ia menyesal. Andai saja ia datang lebih awal, mungkin dirinyalah yang mendapatkan imbalan itu.

"Saya harap kau tak menjualnya. Jagalah cincin itu sebaik mungkin sebagai kenang-kenangan dariku, anak muda," lanjutnya lagi.

Tidak boleh dijual katanya? Apa cincin itu tidak berharga?

Memang, cincin batu sangatlah digemari oleh kalangan pria. Selain terlihat mewah, cincin itu sangat bernilai harganya.

Mungkin kakek tua ini tidak ingin Victor menghilangkannya sebagai kenang-kenangan bahwa dia telah memberikannya. Mungkin juga, kakek tua ingin mengenang momen kejadian ini dengan memberi cincin itu sebagai penghilang hal buruk. Entahlah.

Sejenak, Victor menoleh ke arah penjaga pantai. Hanya sebentar, setelah itu ia kembali menatap cincin yang belum ia ambil dari tangan kakek tua.

Raut wajah seorang penjaga pantai itu sangatlah masam. Jelas saja, ia tidak menyukai Victor yang telah mengambil alih pekerjaannya. Tidak. Seharusnya dirinyalah yang salah. Seharusnya ia sadar jika dirinya tidak bekerja dengan baik sebagai seorang penjaga pantai.

"Ayolah, aku tidak mau ada penolakan darimu, anak muda." Kakek tua itu terus memaksa. Ia bahkan memaksa Victor untuk menerima pemberiannya.

Baiklah, kali ini Victor terima. Di tangannya sudah ada cincin batu yang bersinar.

"Pakailah. Aku ingin kau memakainya dan ingat, jangan kau jual. Kalaupun kau ingin menjualnya, jual lah ketika kau sedang dalam situasi genting."

Apa itu artinya cincin tersebut bisa Victor pergunakan sebagai penolongnya kelak?

Victor pun tersenyum. Ia segera memakai cincin itu di hadapan kakek tua dan penjaga pantai, serta gadis yang sejak tadi memperhatikan mereka.

Ketika cincin itu masuk ke jari manis Victor, seketika batu di tengahnya mengeluarkan cahaya. Membuat takjub yang melihatnya.

Sementara kakek tua hanya tersenyum.

"Waw ... cincin ini sangat berkilau," ucap Victor yang merasa takjub.

"Jagalah cincin itu. Jangan sampai ada orang yang ingin mengambilnya. Aku percaya padamu, anak muda."

"Namaku Victor."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status