Share

Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya
Dari Menantu Terhina, Menjadi Kaya Raya
Penulis: Azzam Dera

01. Diremehkan

"Lihatlah suamimu itu! Bisanya cuma makan tidur, makan tidur saja tiap hari. Dia seperti bukan menantu tapi cuma mau numpang hidup di rumah ini."

Ucapan dari seorang wanita tua berumur sekitar 56 tahun itu sudah berhasil membuat Victor George menghentikan suapan terakhirnya.

Saat ini, sepasang suami istri tengah menikmati makan siang mereka. Namun, tiba-tiba sang mertua datang lalu mengoceh tak jelas.

Ya, inilah kenyataannya. Bukan hanya setiap hari wanita tua itu berbicara seperti ini, bahkan setiap waktu ketika Victor melakukan hal yang tidak beliau sukai, maka wanita tersebut pastilah mengoceh.

Joanna, yang merupakan mertua dari Victor George. Sejak kehilangan suami, beliau tidak bisa berbuat banyak. Ditambah dengan sang putri yang terus bertahan demi lelaki yang bisa dikatakan sampai sekarang pun belum mendapatkan pekerjaan.

Bukan tidak mampu, hanya saja Victor tidak memiliki pendidikan yang tinggi sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Berbeda dengan sang istri yang jika menjadi pelayan restoran pun sudah bisa diterima di salah satu resto di sana.

Tinggal di sekitaran pesisir pantai, tentu sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Ditambah dengan minimnya pengalaman.

Anna Jessica yang merupakan istri sah dari Victor tentu tidak keberatan. Karena bagaimana pun Victor adalah lelaki yang ia cintai selama ini. Usia pernikahan mereka baru setahun, akan tetapi sampai sekarang mereka belum dikaruniai seorang anak.

Beruntunglah, dengan begitu Jessica masih bisa melakukan aktivitasnya dengan bebas tanpa beban harus mengurus bayi. Namun, tetap saja, keinginan Jessica mendapat momongan sangatlah besar. Hanya saja untuk sekarang mungkin belum mereka pikirkan. Kondisi ekonomi mereka sejak menikah pun sering naik turun.

"Eh, ibu, baru pulang? Sini, biar aku siapin juga buat ibu, ya?!" Jessica tidak mau sang ibu mengoceh pun segera menyambut beliau yang baru saja pulang.

Di hari minggu, biasanya sang ibu suka keluar dengan teman seumurannya. Lagi pula, berada di rumah ini membuat Joanna tak betah, apa lagi melihat ketika Jessica memanjakan sang suami. Itu adalah hal yang menjijikan bagi Joanna.

Tatapan Joanna begitu tajam dan itu mengarah hanya kepada Victor saja.

"Tidak! Ibu gak akan makan kalau masih ada lelaki pengangguran itu! Setiap hari ibu melihatnya hanya begitu-begitu saja. Kalau tidak makan ya main, kalau tidak main ya tidur. Apa kamu tahan dengan lelaki pengangguran seperti dia, Jessica? Ibu yang melihatnya saja sudah muak! Baiknya kamu bercerai saja dengan dia!"

Apa? Bercerai? Semudah itu Joanna memerintahkan Jessica yang begitu cinta terhadap Victor?

Victor yang mendengarnya pun tentu marah. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak. Ia sadar kalau dirinya memanglah seorang pengangguran yang sulit mendapat pekerjaan. Ditambah dengan pendidikannya yang rendah.

Padahal, setiap hari Victor selalu mencari pekerjaan di pesisir. Setidaknya ia bisa membantu orang di sana. Namun, setiap kali Victor mau membantu, selalu saja ada orang yang menyerobot seperti mereka pun membutuhkan pekerjaan itu.

Victor bisa apa? Sempat dia diancam agar tidak ikut campur masalah pekerjaan di sana. Itulah kenapa Victor dicap sebagai pengangguran paling lama.

Mendengar ocehan sang ibu, Jessica lalu meninggalkan kursinya untuk kembali membujuk sang ibu. Jessica tidak mau sang ibu terus membenci suaminya. Bagaimana pun, Jessica begitu cinta pada Victor.

"Ibu, sepertinya ibu lelah. Ayo, biar aku temani ibu istirahat." Jessica tadinya mau membawa sang ibu ke kamarnya. Namun, seketika terdengar suara klakson di luar sana.

Bip ... bipp!!

Suara klakson itu berasal dari sebuah mobil yang berhenti tepat di depan rumah mereka. Jika bisa dikatakan, rumah ini merupakan peninggalan dari ayah Jessica sendiri alias suami dari Joanna.

Segera! Jessica maupun Joanna melihat siapa yang datang di hari minggu ini. Dilihatnya di sana, ternyata itu adalah putra ketiga yang artinya kakak dari Jessica. Dia datang bersama sang suami serta anak-anak mereka yang sudah cukup dewasa.

"Ibu ... Jessica ..."

Seorang perempuan keluar dari mobil segera berjalan ke arah Joanna dan Jessica ketika mereka membukakan pintu. Sementara Victor masih berdiri di samping kursi sebab ia baru menghabiskan makan siangnya.

Victor mengelap mulutnya yang basah karena habis minum. Melihat ada kakak ipar datang, Victor pun segera membawa piring serta gelas kotor ke belakang sana. Setelah itu Victor pun turut menyambut mereka.

"Halo, apa kabar, Kakak ipar?" Victor bertanya pada Vivian, Kakak ipar sekaligus kakak perempuan dari sang istri.

Ketika Victor menyodorkan tangannya untuk menyambut, seketika Vivian mun menoleh. Tatapan Vivian sama seperi Joanna yang tentu tidak menyukai Victor. Vivian bahkan mengangkat sebelah bahunya serta menampar tangan Victor yang hendak memberi salam.

Jessica sebagai seorang istri tentunya merasa bersalah akan kelakuan ibu dan kakaknya. Namun, di satu sisi Jessica tidak bisa memaksa mereka untuk menyukai Victor. Sejak pertama, mereka memang tidak pernah menyukai keberadaan Victor, apalagi sejak menikah.

"Singkirkan jauh-jauh tanganmu itu! Aku tidak mau menyentuh laki-laki malas seperti kamu, Victor." Vivian berkata dengan nada angkuhnya. Di sana, Victor hanya bisa mengangguk lalu menarik tangannya kembali.

"Halo, Ibu." Suami dari Vivian pun baru keluar dari mobil. Ia membawa banyak oleh-oleh dari rumahnya dan tentu, Joanna menyambutnya dengan hangat.

"Hai, menantu kesayangan ibu. Kau apa kabar, Nak? Waahh terlihat makin gagah saja dirimu." Joanna tentu membanggakan sang menantu satu ini. Tidak, bukan hanya Marten saja yang Joanna banggakan, ada menantu yang lain terkecuali Victor.

"Hehe, baik, Ibu. Ini aku bawa banyak buat ibu sama Jessica, tapi ..." Marten lalu menatap ke arah Victor.

Joanna pun paham. "Aduh, makasih banyak. Gak perlu kamu belikan buat lelaki payah seperti dia. Harusnya dia sendiri yang bisa belikan banyak untuk ibu tapi nyatanya dari menikah saja hanya penyakit saja yang dia kasih," celetuk Joanna.

Lagi-lagi Victor hanya bisa menghela napas. Jessica yang melihat suaminya berekspresi seperti itu tentulah paham. Jessica tentu mengelus tangan Victor seolah memberi Victor untuk tetap sabar.

Joanna lalu membuka isi dari paper bag yang diberikan oleh Marten di sana. Ternyata isinya banyak makanan termasuk makan siang serta beberapa barang yang lain.

"Waah ... kamu tau saja kalau ibu belum makan siang, Nak." Joanna senang diberikan makanan kesukaannya oleh Marten. Lalu Joanna membuka paper bag yang lainnya.

"Uuhh, apa lagi ini?" Joanna melihat isinya. "Waahh gaun! Cantik sekali."

"Apa ibu suka?" tanya Marten dan Joanna pun mengangguk seraya menempelkan gaun itu pada tubuhnya.

"Suka sekali, pasti mahal."

Marten hanya terkekeh. "Coba buka yang lainnya. Di dalam sana ada kotak kecil yang sengaja aku belikan untuk ibu."

Joanna pun mengikuti apa yang Marten arahkan. Ya, di dalam sana selain gaun serta barang yang lain, Joanna menemukan sebuah kotak yang pas untuk ia genggam.

"Apa ini?" Joanna ragu.

"Buka saja," perintah Marten lagi.

Karena penasaran, lalu Joanna pun membukanya. Tidak biasanya menantunya ini memberinya sesuatu yang banyak dan lagi ada kejutan lain di dalam sana.

Sewaktu Joanna membuka kotak kecil yang Marten maksud, seketika matanya melotot sempurna.

"Ya ampun ... berlian?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status